| FUN STATION Forum Friendship & Brotherhood FS Forum Net Brotherhood,Share,Ask,Tips,Trick,Solution,Lifestyle,Health,Bussines,Gadget,Phone,Otomotif,Sport,Friendship,Networking,Fun,Friendship,Chat, Sport,Jokes,Ask,Internet,Repair,Assesories,Spare parts,Trade, |
untuk semua Sobat.Kami Mengundang Para Tamu, sekiranya berkenan para Sobat mari bergabung menjadi bagian dari FS Forum Brotherhood ---- Mari kita saling Ask & Share Solusi dan menambah Wawasan kita2 semua
Thanks Alot
Salam kenal - Admin FS Forum |
Top posting users this week | |
|
| The Story Of Novus | |
| | |
Pengirim | Message |
---|
Lygatto Vice Admin
Jumlah posting : 474 Score : 1007 Reputasi : 0 Join date : 26.06.11 Lokasi : Beverlly Hills
Karakter Table: 1
| Subyek: The Story Of Novus Thu 30 Jun - 4:05:02 | |
| First topic message reminder :
The Story of Novus Part 1 [Begining]
Nama gw Ravi... gw mau cerita tentang tragedi kehidupan gw di galaksi Novus ini...
Dulu gw punya sahabat-sahabat sejati... Zinn dan TherMiaN. kita bertiga sama-sama ditempatin di pos Lunar. gw dan Zinn adalah anak yatim piatu. ortu gw dibunuh accretia waktu gw kecil, trus gw dirawat oleh pemerintah di bagian militer. ortunya Zinn udah ga ada dari kecil n dia tinggal bersama keluarga tantenya di desa, orang paling baik yang gw kenal, mungkin orang paling pendek se-Cora dan sering jadi ledekan gw dan TherMian. Lain lagi halnya dengan TherMiaN, dia ini bagian elitenya Cora. dari keluarga tob banget deh. dia ini Cora paling berbakat yang gw tau (n rada-rada sombong kadang2) udah gitu kidal pula, bikin makin repot aja klo lagi latihan tanding lawan dia, sementaranya dia sendiri haus banget akan kekuatan.
Kita mengambil posisi berbeda dalam training. gw ngambil kearah Black Knight, Zinn ke arah Ranger dan TherMian ke arah Templar. Kekompakan kita bertiga saat latihan perang paling terkenal. kombinasi serangan kita merupakan salah satu rangking tertinggi di training camp.
Pada dasarnya emang berbakat, TherMian di panggil ke garis depan untuk perang berikutnya. kehebatannya sudah diakui DECEM. wajahnya terlihat puas dan semangat sekali mendengar pemanggilan ini, tentunya gw dan Zinn juga ikut kesenengan.
berada di garis depan adalah impian kita dari dulu. dan TherMian mendapatkan kesempatan ini duluan.
"Hei, sisain bagian buat gw ya nanti!", kata gw dalam kamar kita malam itu.
"Ogah! gw abisin semua itu Belatung n Kaleng-kaleng di jalanan!! biar pas lu masuk ke garis depan kerjaannya tinggal ngopi doang!" tawa TherMian.
"bawain kepala kaleng dong satu buat lampu kamar!" canda Zinn.
Kita merayakan keberangkatan TherMian malam itu dengan penuh keceriaan. besoknya pada saat berangkat, kami berpelukan (berpelukaaaann...). dan kata-kata yang terakhir diucapkan TherMian adalah..
"jangan bikin gw nunggu terlalu lama.." dengan senyum sombong khasnya.
kata-kata terakhir itu rupanya benar-benar kata-kata terakhir yang kami dengar dari dia. Cora kalah total hari itu karena keabsenan Archon yang entah apa sebabnya. dari 300 yang berangkat, yang kembali hanya 91, dan TherMian tidak termasuk diantaranya. gw dan Zinn yang menunggu berdebar-debar di portal akhirnya terduduk lemas begitu patriot Cora terakhir melewati portal dan kemudian portal tersebut ditutup.
gw berdua melaporkan hal ini kepada ortunya TherMiaN yang merupakan salah satu petinggi Cora, dan mereka bilang sudah tau karena diberitahukan oleh komandan lapangannya duluan. mereka berdua menumpahkan air mata, dan membuat gw berdua juga tidak kuat nahan air mata kita.
Setelah kepergian TherMiaN itu, gw dan Zinn jadi jarang ngobrol. kita berdua lebih banyak fokus ningkatin PT dan level masing-masing....berminggu-minggu, hingga suatu saat, Zinn memulai pembicaraan.
"hari ini gw ketemu Bellato di Rawa Kabut" katanya pelan.
"oya?! nyesel dong dia ketemu lu?" sahut gw.
"dia lagi diserang sama 5 Vafer..." katanya lagi, masih pelan.
"......." gw mandang dia dan berkata "jangan bilang lu tolong dia?!"
dia diem...
dengan menampar muka gw sendiri, gw bilang "ampun den Zinn...dia kan musuh. gw tau lu baik, tapi ga perlu juga kali ditolongin?!" dan gw tiba-tiba menyadari kalo tangan kanannya di balut sama kain warna biru muda.
sekarang kita berdua diem...
"cewe?" kata gw. dan dia masih tetep diem.
jadi bingung gw mo ngomong apa. tapi akhirnya dia yang ngomong duluan. "Vi, gw mau ke markas Bellato".
Sesaat gw seneng, dan berseru "wues, gaya amat lu mo nyerang markas bellato sendirian doang demi cewe?!", tapi sesaat kemudian gw menyadari kalo yang dimaksud bukan itu.. "jangan bilang klo..."
Zinn berdiri dan berkata, "ya. gw mau jadi pasukan Bellato".
yang namanya didikan militer dari kecil, emosi suka ga kejaga. dalam kejapan mata, gw udah nonjok Zinn sampe jatuh ke
lantai. "LU GILA YA?!! LU MAU KHIANATIN BANGSA LU SENDIRI DEMI SEORANG CEWE??!!".
Zinn tidak melawan. dia menyapu darah dari bibirnya yang sobek oleh pukulan gw dan berdiri. "Vi, lu tau kenapa ortu gw ga ada dari kecil?". gw terdiem, dan emosi gw menurun dengan sendirinya. gw belom pernah tau kenapa ortu Zinn meninggal. karena ortu gw sendiri juga dah ga ada, gw juga ga berminat berbagi cerita soal itu.
"gw bukan keturunan murni Cora", kata Zinn dengan jelas.
di dalam kebengongan gw, dia melanjutkan, "Nyokap gw orang Bellato. karena itu tinggi gw dibawah rata-rata orang Cora".
Shock. gw terduduk di tempat tidur. sementara Zinn melanjutkan ceritanya "Ortu gw dihukum oleh pengadilan Cora. karena pernikahan mereka diharamkan oleh DECEM", terdiam sebentar, dia duduk disamping gw.
"orang tua gw ga pernah diakui eksis di Cora, yang menyebut nama ortu gw akan dihukum berat" dia mengambil nafas panjang, "om dan tante yang gw tinggal sekarang sayang banget sama bokap gw karena dia orangnya baik banget katanya, makanya mereka berani cerita ini ke gw".
dia berdiri, "gw ke Bellato bukan demi cewe itu Vi, demi orang tua gw...", entah kenapa tiba-tiba airmata gw keluar tanpa gw sadari. gw berdiri,
"apa lu mengerti Zinn?!" kata-kata keluar dari mulut gw dengan tersendat-sendat "kalo lu pergi kesana, pertemuan kita berikutnya, gw akan bunuh lu tanpa ragu-ragu...!!!" tegas gw disela airmata yang ga berhenti.
Zinn terdiam membelakangi gw, dia menoleh balik ke arah gw dan berkata "gw juga..." dengan linangan airmata yang ga kalah deras sama gw. diapun keluar dari pintu meninggalkan gw sendiri. sebuah perpisahan lagi dengan sahabat gw...
........
Berbulan-bulan sudah lewat. gw udah jadi pasukan garis depan. hari ini tugas pertama gw di lapangan. Chip war jam 9 Malem. dengan Perisai kebanggan gw yang gw dapet dari para petinggi Cora, gw berangkat. Formasi sudah disiapkan, dan gw bertugas untuk bagian pertahanan. Serangan pertama yang dateng dari Accretia. bangsa kaleng yang paling gw benci.
karena intensitas peperangan, entah bagaimana mulanya, formasi udah berantakan. gw terpisah dari tim. dan dihadapan gw sekaleng robot yang siap melumat gw. tapi gw ga takut. gw hadapi makhluk itu dengan sepenuh hati. hingga kita beradu pedang jarak dekat, kaleng itu berbicara,
"kemampuan lu masih segini aja...", katanya dengan suara mekanis yang entah keluar dari mana.
gw mundur sedikit dan merasa terhina, "kaleng kayak lu ngerti apa soal gw?! lu ngeremehin bangsa Cora HAH?!!" dan melakukan Buff Power Up. tiba-tiba kaleng itu mengucapkan sesuati yang mengejutkan gw.
"Sampe kapanpun lu ga bakal menang dari gw, Vi.." suara paraunya memanggil nama gw. dan dia mengangkat tangan kirinya tinggi-tinggi dan mengacungkan pedangnya kearah gw. di pundak kirinya gw liat name-tag makhluk itu : "TherMiaN". bagaikan tersambar petir, pedang yang gw pegang hampir jatoh.
"Ther....MiaN...?" kata gw terbata-bata.
kaleng ber namakan TherMiaN itu terbahak-bahak melihat ketidakpercayaan gw "wahahahaha... lu sedemikian takutnya liat gw Vi?!". di berjalan pelan kearah gw, "Lu liat? kekuatan ini, sekarang ga ada satupun bangsa di dunia ini yang bisa mengalahkan gw!" dan serta merta dia mengayunkan pedangnya ke kepala gw. entah bagaimana gw masih sempet mundur hingga jatuh terduduk mengindari tebasan itu.
masih dalam tawanya, TherMian mendekati gw lagi dan sepertinya kali ini tidak ragu-ragu lagi untuk membelah badan gw.
badan gw ga bisa bergerak karena masih dalam kondisi shock. saat pedang yang dibawa TherMian sudah terangkat tinggi mengarah sekali lagi ke kepala gw, tiba-tiba sesuatu menyeruduk badan TherMian yang terbuat dari baja itu menjauh dari gw. sebuah BMAU menghantam keras tubuh TherMiaN.
di hadapan gw BMAU itu menoleh kearah gw, dan sekali lagi gw liat Name-Tagnya : "Zinn". BMAU itupun meneruskan serangannya kearah TherMian. gw yang terduduk terbengong-bengong melihat pemandangan didepan gw dimana kedua sahabat gw bertarung dalam wujud yang berbeda. tiba-tiba dari belakang, 2 orang Spiritualist menarik badan gw kembali ke pos untuk dibawa kembali ke markas.
........................
sudah 1 bulan dari kejadian itu. sekarang gw udah kembali ke garis depan. kali ini serangan datang dari 2 arah. Accretia dan Bellato. di deretan terdepan masing-masing bangsa gw bisa lihat sosok TherMian dan Zinn yang datang menyerang kearah kami.
kali ini tidak ada keraguan di diri gw.
dan gw ga melihat keraguan di diri mereka.
gw akan menyelesaikan semuanya HARI INI!!
Terakhir diubah oleh Lygatto tanggal Fri 5 Aug - 0:51:15, total 1 kali diubah | |
| | |
Pengirim | Message |
---|
ninz26 Valid Member
Jumlah posting : 112 Join date : 15.07.11
| Subyek: Re: The Story Of Novus Tue 26 Jul - 11:25:36 | |
| | |
| | | Lygatto Vice Admin
Jumlah posting : 474 Join date : 26.06.11
Karakter Table: 1
| Subyek: Re: The Story Of Novus Tue 26 Jul - 23:04:39 | |
| - ninz26 wrote:
- panjang amat!!
masih ada ending nya loh... n masih ada side story nya... jadi ya... baca nya plan" aja n di nikmatin ^^ | |
| | | Lygatto Vice Admin
Jumlah posting : 474 Join date : 26.06.11
Karakter Table: 1
| Subyek: Re: The Story Of Novus Sun 31 Jul - 2:00:27 | |
| The Story of Novus (Part 19-1) Heaven Knows.
TherMiaN berada dalam ruangan interogasi, dia sudah tidak dalam kondisi terbelenggu lagi, dirinya dibiarkan berjalan bebas dalam ruangan atas perintah dari Zinn.
...........................
Huh... gw tinggal jebol tembok ini juga bisa langsung keluar dari ruangan ini…
Tapi…
Gw mau pergi kemana? Pergi ke bangsa gw sendiri bakalan dipenjara juga, pergi ke bangsa Cora sama aja bunuh diri….hhh… masa gw harus ikut para Turncoat? Au ah pusing..
TREK… tiba-tiba dari arah pintu terdengar suara pintu terbuka. Gw liat Zinn membuka pintu dan masuk kedalam.
“Hei Ther, gimana keadaan lu? Charger buat unit MAU kita bisa buat nge-cas batre lu kan?” tanya Zinn.
“Lumayan deh, tapi sayang kayaknya charger buatan bangsa lu payah, batre gw ngedropnya cepet banget. Sekarang aja udah laper lagi gw”, jawab gw.
Zinn ketawa kecil, dan membalas, “Mungkin bukan Charger bangsa gw kali yang payah, tapi mungkin batre lu yang udah bocor?”. Kali ini gw ga tertarik untuk meladeni becandaan sarkastiknya. Gw berdiri dan berjalan menuju satu-satunya jendela yang ada disitu dan terdiam untuk beberapa saat.
“Betewe, ada yang mau ketemu sama lu nih…”, kata Zinn, gw bisa menduga siapa orangnya, dan saat gw menengokkan kepala gw, sesuai dugaan gw, Monica udah berada di dalem ruangan itu. “Oke, gw tinggal dulu kalian berdua ya..”, Kata Zinn sambil meninggalkan ruangan.
Tidak ada kata-kata antara gw dan Monica untuk waktu yang lumayan lama…
Lumayan lama untuk masak mie…
Lumayan lama untuk bikin kopi…
Lumayan lama untuk abisin Vocher Premium klo gw lagi pake…
Hingga akhirnya kita berkata secara bersamaan..
“Maaf..” “Kenapa?”
Ga perlu dijelasin dah tau dong siapa yang bilang ‘maaf’ dan siapa yang bilang ‘kenapa?’? lalu kita berdua terdiam lagi…
Cukup lama untuk… (buang-buang tempat karena kurang ide?)..
o_O ??
Siapa yang ngomong tuh? Sambil gw celingak-celinguk nyari sumber suara…. Ga ada siapa2 selain gw sama Monica…. Aneh…?? Penampakan???
“Kenapa, Them?”, Tanya Monica yang kebingungan ngeliat gw.
“Enggak kok, rasanya tadi ada yang ngomong..”, Jawab gw.
Lalu kita terdiam lagi, tapi kali ini ga terlalu lama sebelom gw ngomong duluan.
“Apa lu tau perasaan gw sekarang?”, tanya gw tajem. Gw masih melihat keluar jendela, sambil menunggu, tapi ga ada jawaban dari Monica. “Lu tau rasanya saat gw ngeliat lu berdiri disana sementara banyak cebol-cebol yang ngerubutin gw kayak semut?”, lanjut gw.
Monica sepertinya lagi nangis, karena waktu dia menjawab kata-kata gw, suarang udah bindeng dan terisak, “Aku melakukan itu untuk kamu, Them, kamu harus percaya sama aku…!”
Gw ketawa sinis dan berbalik memandangnya, “haha… Lah, aku harus percaya sama kamu seperti bangsa kamu yang percaya sama kamu? Heh… aktingnya boleh juga, pake nangis segala pula, bener-bener pengkhianat sejati… belajar darimana kamu?”. Seketika wajah Monica yang memandang gw berubah seperti melihat sesuatu yang menjijikan, dan langsung berlari keluar dari ruangan sambil menangis. Gw sendiri saking keselnya mukul meja yang ada disitu sampe kebelah dua. BRUAK!! Halah… disuruh ganti ga ya gw? Bodo ah..
Gw berjalan kembali menuju jendela dan melihat keluar. Sepertinya jendela ini menghadap ke halaman depan markas ini. Saat itu gw ngeliat Monica lari keluar entah mau kemana, dan dari belakangnya Zinn mengejar dia. Zinn menangkap tangan Monica dan menghentikan larinya. Et2.. Zinn mulai kurang ajar nih berani megang-megang. Monica berusaha berontak dari cengkeraman tangan Zinn, sementara sepertinya Zinn berusaha untuk membujuk dengan kata-katanya. Perlahan-lahan Monica makin berkurang berontaknya hingga akhirnya berhenti sama sekali, akhirnya dia menangis sambil menutupi mukanya. Zinn masih terlihat membujuk Monica sambil mengelus-elus rambutnya. Zzzz.. ga sopan bener si Zinn ini… gw aja baru kemaren bisa ngelus-ngelus rambut Monica.
Setelah itu Zinn dan Monica berjalan kembali kedalam markas. Gw yang entah kenapa jadi kesel sendiri bawaannya pingin makan orang aja.
….....................................
Keesokannya, Zinn kembali mendatangi ruangan tempat gw di kurung.
“Hallo bos, gimana perasaan lu, dah mendingan?”, tanya dia.
“Lah, gimana mo mendingan klo gw lagi laper gini?”, bales gw ketus.
Zinn tersenyum, “Yah, susah juga ya… gimana kita bisa ngecas batre lu kalo lunya sendiri tiap ada yang deket-deket bawaannya ngamuk mlulu? Udah 7 orang lho yang masuk ruang perawatan gara-gara ngurusin lu seharian kemaren, mo nambah lagi?”, gw diem aja merengut..
Zinn mengeluarkan secarik kertas dari tangannya dan memberikannya kepada gw, “Kabar baik tuh, aliansi Cora dan Accretia batal karena Archonnya diturunkan, dan Cora saat ini sedang dalam gejolak revolusi karena mengangkat Archon dadakan”, gw membaca lembar kertas itu dengan seksama. “Sepertinya ada kemungkinan lu bisa pulang ke Accretia”, entah kenapa gw ga terlalu antusias dengan situasi ini.
“Lah, gw udah dikorbanin buat aliansi kok, buat apa gw balik lagi? Mending juga diterima”, jawab gw rada lesu.
Zinn duduk di kursi kosong yang ada di ruangan itu, “Lu kan seorang prajurit sejati Ther, masa urusan politik kayak gitu aja lu ga ngerti sih?” Zinn memandang gw dengan serius banget. “Lu pastinya tau dong ada yang namanya pengorbanan untuk sesuatu yang lebih baik? Saat itu mungkin bangsa lu membutuhkan pengorbanan lu, bukan berarti mereka ga butuh diri lu… ya ga?”, gw terdiam, emang sih ga ada sakit hati yang terlalu parah di diri gw, (selain karena gw emang udah ga punya hati tentunya) gw emang tau bahwa pengorbanan2 seperti ini memang perlu bagi seorang prajurit untuk bangsanya.
“Jadi… malem ini gw akan coba mengeluarkan lu dari sini dan mengantarkan lu kembali ke markas lu, bersama Monica”, Zinn terdiam sejenak, lalu berkata, “Eh, tapi ga boleh ketauan lho klo gw mau ngeluarin lu dari sini… bisa dituduh pengkhianat gw… kayak lu^^”, Kata Zinn senang, tanpa tau klo gw lagi bete sama dia, dan kata2nya barusan ga membantu sama sekali. “Oke, kalo gitu gw siap2 dulu ya!” Zinn berdiri dan meninggalkan gw sendirian. Setengah hati gw seneng karena gw akan kembali ke bangsa gw lagi, tapi setengahnya lagi rada takut sama apa yang akan gw hadapi saat gw balik nanti.
…............................. | |
| | | Lygatto Vice Admin
Jumlah posting : 474 Join date : 26.06.11
Karakter Table: 1
| Subyek: Re: The Story Of Novus Sun 31 Jul - 2:01:21 | |
| The Story of Novus (Part 19-2) Heaven Knows.
Sore itu Zinn kembali mendatangi ruangan tempat gw ditahan, kali ini bersama Monica. Dengan tenangnya dia berkata,
“Udah siap?”
“Sekarang?, tanya gw.
“mm… klo lu maunya sekitar 10 taun lagi juga gapapa sih… tapi mungkin nanti gw udah lupa klo lu ada disini”, balesnya sambil senyum polos. Salah banget gw nanya kayak gitu ke dia.
“Mang lu pake alesan apa?”, tanya gw lagi, entah kenapa gw merasa bahwa gw akan menyesal telah bertanya.
Zinn dengan santainya berkata, “Di eksekusi lah… apa lagi?”
Bener kan… nyesel gw nanya… “swt, gimana caranya mau ngeluarin gw dari sini klo alesannya eksekusi? Pastinya rame2 dong?” entah knapa gw pake nanya lagi.
“ga kok… gw bilang ke para petinggi, ‘saya dan grazier ini juga cukup untuk beresin 1 kaleng kayak gitu doang’ sambil nunjuk Monica… dan mereka setuju tuh”, jawab si Zinn tersenyum senang. Seketika gw langsung naik darah.
“APAAA?!!! DASAR PETINGGI2 KURANG AJARRR!!! BRANI2NYA REMEHIN GW?!!! 100 ORANG JUGA GA CUKUP BUAT NGALAHIN GW TAU!!!” Bentak gw ke arah pintu, dengan harapan petinggi2 dodol itu pada denger.
“euh… sebenernya lu mau di keluarin dari sini, apa dieksekusi beneran sih?”, kata Zinn. “Bukannya bersyukur gitu udah dipermudah..”
“TETEP AJA GW GA TERIMA!!!! GW….BlAblABLABLABLA”, gw terus mengoceh sementara gw liat Zinn dan Monica liat2an lalu menghela nafas panjang.
Zinn merogoh sesuatu di kantongnya, lalu memberikan sebuah alat kecil kepada gw. “Paan nih?” tanya gw sinis.
“Itu alat komunikasi. Biasa dipake klo mau hunt party, jadi kita bisa saling ngobrol meskipun jarak jauh”, jawab Zinn “Coba lu taro di daerah sensor pendengaran lu, tapi cari posisi yang tersembunyi supaya ga keliatan dari luar. Monica udah pake juga.”
“Mang buat apa gw make ini?”, tanya gw.
Zinn mengangkat bahunya , lalu berkata, “Yah, buat jaga2 aja. Seandainya situasi ga berjalan sesuai rencana, kita ada alat komunikasi yang ga bakal didenger olang lain”
“olang?”, tanya gw heran.
“orang!”, jawab Zinn ketus. “lidah gw kepleset”, gw cekikan. Oo.. gini toh rasanya Zinn klo lagi ngeledekin orang…. Enak juga… pantesan dia doyan banget. Wkwkwk… “Udah ah! Pokoknya pasang itu transmitter yang bener… nanti lu akan di bawa ke portal sama beberapa orang! Jangan diapa2in!! ntar kita jadi repot!!”, kata Zinn sambil ngeloyor keluar ruangan. Lah? Dia ngambek… Zinn klo kalah gitu ya? Hmmyaya.. gw baru tau.. wkwkwkw…. ….
Ga lama kemudian, gw udah ada di depan portal Bellato yang mengarah ke Craig Mine. Disana Zinn dan Monica udah nunggu. Dan ga Cuma mereka berdua doang. Banyak banget cebol2 yang berkumpul di sekitar portal itu n ngeliatin gw terus, sambil ngerumpi entah apa.
…… kok rasanya dejavu ya? Hmm… kapan ya? …..Halah! gw inget… waktu di Cora, mo beli pot SP wat si Monica… ketemu siapa namanya ya yang waktu itu bantuin gw? Si….. Panty? Klo ga salah… tauk ah lupa. Zinn sedang diberikan wejangan oleh para petingginya. Gak terlalu lama hingga akhirnya dia memberi hormat dan mulai berjalan menuju unit BMAUnya, sementara Monica berjalan mendekati gw, tapi sama sekali ga mau ngeliat muka gw. Knapa nih anak?
Belom terlalu jauh Zinn berjalan, tiba2 dari kerumunan cebol2 itu ada yang berteriak,
“TUNGGU!!’
Seketika keadaan menjadi sunyi senyap, semua orang menoleh kearah suara tersebut. Lalu dari kerumunan itu, seseorang berjalan maju. Seorang cebol cowo… Dari armornya… lvl 50? Tapi armor apa itu ya? Gw ga terlalu hafal armor cebol ini. Orang tersebut berjalan mendekati Zinn, dari posisi ini pun gw bisa liat klo Zinn tiba-tiba keliatan pucet.
“Maximus Hazel..?” suara Zinn kedengeran kayak lagi dicekek orang.
Orang tersebut menepuk pundak Zinn lalu berkata, “Misi ini terlalu berbahaya kalau kamu jalanin sendirian, Zinn. Saya akan bantu kamu”. Nah lho? Ada yang ga beres nih..
Zinn keliatan agak panik, “Ah, tidak perlu repot2 Maximus Hazel!, saya bisa atasi ini sendiri dengan bantuan Grazier itu!!”.
Orang yang dipanggil Hazel itu tersenyum, “Hei, sudahlah… kamu kan junior favorit saya. Takutnya kalau terjadi apa-apa....”
“Dengan segala hormat, Maximus Hazel!” tiba-tiba Zinn membentak, membuat semua orang kaget, termasuk gw. “Kalau anda berkata seperti itu, sama saja dengan anda tidak mengakui kemampuan saya untuk menyelesaikan misi! Dan menyatakan ketidak becusan saya sebagai patriot Bellato!!”, hooo… pinter juga si Zinn, hmyaya… urusan diplomasi2 emang dia paling jago deh. Si Selai kacang itu terdiam sejenak menatap Zinn tanpa kata2.
Lalu dia berkata, “Baiklah….”, Muka Zinn sesaat terlihat lega. “Tapi kalau kamu ga keberatan, boleh saya melihat kamu beraksi? Rasanya udah lama ga liat. Saya janji ga akan ikut campur SAMA SEKALI dengan semua yang berhubungan dengan misi ini. APAPUN yang terjadi. Saya nonton aja. Boleh?”, wedew… gawat juga nih. Zinn memandang gw sekilas, lalu berkata.
“Baiklah, Maximus”, kata Zinn kepada si selai kacang, keliatan banget klo si Zinn tegang.
Si Hazel dengan senang menepuk pundak Zinn dengan kencang “Hahahaha….. bagus! Saya mau liat udah sejauh apa kemampuan kamu berkembang!! Hahahaha…”, lalu dia mengambil semacam transmitter dari kantongnya lalu berkata. “Tolong siapin unit saya di Dock no.2 ya!”. Lalu dia berjalan ke arah tempat persiapan Unit MAU, dimana unitnya Zinn udah siap di Dock no. 1, sementara Dock no. 2nya masih tertutup.
Zinn mengikuti si selai kacang ke arah Dock itu, selagi mereka berjalan, gerbang Dock no.2 perlahan-lahan terbuka. Dan terlihat sebuah MAU…………. Berwarna…….. MERAH?? Unit macam apa itu??!!!
Zinn sekali lagi memandang sekilas ke arah gw dengan tampang khawatir…. Gw bertanya pelan2 sama Monica yang ada disamping gw, yang baru gw sadari klo mukanya sekarang pucet banget.
"Mon, itu apa? Maunya kok merah gitu? ketumpahan cat?"
Monica masih dengan tampang pucet ngeliatin gw, "Kamu ga tau?... iyalah kmu belom tau... itu adalah proyek rahasia Bellato sejak lama... RMAU!", gw terdiam sejenak.
"Hmm... bedanya apa sama BMAU?" tanya gw, tiba2 gw mengerti sesuatu"Oh! jadi klo B itu Black, R itu Red ya?! hmyaya... gw slama ini bingung itu artinya B apa.."
"zzzzz...." kata Monica.
"Emang bagusnya itu tipe R apa?", tanya gw lagi.
Monica dengan tatapan khawatir melihat ke arah unit RMAU yang mulai bergerak itu. "Jauh... kemampuan bertahan unit itu emang sedikit berkurang, tapi kemampuan menyerangnya meningkat berlipat-lipat".
"oyaaa?" gw merasa kamera gw tiba2 nyala2 sendiri.
"Jangan aneh2!", tiba2 Monica membentak gw dengan kasar, "unit R itu bisa bikin layar kamu miring sekali tebas! Sama sekali ga ada bandingannya sama tipe B!"
Si dudud ini masih ga ngerti juga klo di gituin gw malah makin napsu? hehehe....
Ga lama kemudian, kita ber 4 (gw, Monica, Zinn, sama siapa tadi namanya si merah2 itu)sampai di Craig Mine setelah melalui portal. Ampe bosen gw ama Craig Mine, kayaknya 3x sehari jaman2nya lagi rajin war gw ada disini mlulu... Mereka menggiring gw dengan posisi si Zinn di depan, Monica di belakang gw dan si merah2 itu paling belakang.
*PIIP* tiba2 alat komunikasi yang diberikan Zinn tadi berbunyi, dari situ terdengar suara Zinn.
"Ther, posisi kita kritis banget nih", suara si Zinn kayaknya lagi mo dimakan ama Clod..
"Kenapa kritis? mang ada masalah apa?", jawab gw santai.
*PIIP* tiba2 alatnya bunyi lagi, kali ini suara Monica
"zzzz... kan aku dah bilang tentang unit R itu!", suaranya rada sewot kayaknya
"huh.. kan gw udah bilang, ga ada masalah. Biar gw yang hadapin itu REMO...", bales gw, tetep santai.
" "REMO?" ", Suara Zinn dan Monica terdengar berbarengan.
"Gimana sih kalian? klo yang item2 kan BEMO, yang merah gini ya REMO dong?", bales gw kesel.
" "zzzzzz..." "terdengar dari headset gw. kok?
Suara Zinn keluar lagi, "Ngaco aja lu, klo lu cari masalah sama dia, 1. lu ga bakal menang, 2. nama gw bakalan rusak di Bell.... solusi yang manapun ga ada yang bagus!...."
Tiba-tiba suara Zinn terdiam.... sesaat kemudian, dia berkata, "...... Ther, Mon, si Hazel baru aja ngasih tau gw supaya mengeksekusi lu jangan terlalu jauh dari portal... disini aja katanya", Monica memperhatikan gw dengan penuh kekhawatiran.
"Udah ada rencana yang lebih bagus?", tanya gw...kepada siapa aja yang bisa jawab.
"........."
"Oke... karena ga ada yang bisa jawab, gw anggep rencana gw yang paling bagus...", kata gw kesenengan. Lalu mereka menyuruh gw untuk mepet ke dinding, sementara mereka bertiga memperhatikan dari jauh... udah kayak terdakwa hukuman mati gw.... euh... emang iya ya?
Monica dan Zinn menghadapi gw dengan penuh kebimbangan. Klo feeling gw, sebentar lagi Zinn bakalan nyerang atasannya itu. Gw yakin dia ga bakal mampu bunuh gw.
..... Detik2 lewat rasanya lama banget, dan si bemo merah2 itu juga keliatannya ga sabar, dia mulai maju pelan2. Dan bener aja, begitu si merah2 udah mulai deket, si Zinn langsung putar badan dan berusaha menyerang. tiba-tiba...
DHUAR!! DHUAR!! DHUAR!!!! DHUAR!! DHUARR!! DHUARR!! BEMOnya si Zinn langsung terpelanting ke arah si merah2 itu, dan mereka jatoh berdua ketanah, sementara Monica langsung berusaha menjauhi mereka berdua.
Badan BEMO Zinn terkena tembakan yang seperti efek Doomblast! Tapi kok lebih banyak?? Gw celingak celinguk, tapi ga nemu ada Accre lainnya dimana2.. tiba-tiba di samping gw sekelebat bayangan muncul dari atas. | |
| | | Lygatto Vice Admin
Jumlah posting : 474 Join date : 26.06.11
Karakter Table: 1
| Subyek: Re: The Story Of Novus Sun 31 Jul - 2:02:00 | |
| The Story of Novus (Part 19-3) Heaven Knows.
BRUAKK!! debu2 langsung menampar muka dan kamera gw, membuat gw susah melihat.....
Setelah debu-debu itu perlahan lenyap... gw liat... sesosok..... Accre.... berbaju..... putih?? wew... lvl 50... gw liat di name tagnya... Raxion.. tatapannya menyorot tajam ke depan dan perlahan-lahan berdiri. Di tangan kanannya gw liat dia megang launcher... tapi... kok tangan kirinya juga ya? tiba tiba dia melakukan sebuah gerakan yang gw tau sedang mengaktifkan Siege Mode. Tapi...... kok....????? perlahan-lahan gw liat orang itu memasuki Siege Mode, tapi tidak hanya di sebelah kanannya!! kirinya juga?!! Twin Siege Mode??!! Gile ini orang!! PT launchernya apa?? udah ga GM lagi kali?? udah MG?? (jangan tanya gw artinya). Dulu waktu gw cobain launchernya Verde aja gw sampe ngejengkang... ini orang megang DUA?!!
Perlahan-lahan ujung kedua launchernya menyala... wayah.. Doomblast lagi?!
BDHUUARRARAARR!!!
WHUSSHHHHHH.... Seketika tekanan angin besar menghantam gw, dan menghempaskan badan gw. setengah mati gw berusaha tetap dalam kondisi berdiri meskipun terpental, malu man klo gw sampe mental gara-gara gituan..
begitu gw sadar, gw liat si REMO yang dikendarain....euh.. siapa namanya tadi ya? si... Kucel? yah pokoknya itu lah.. udah berdiri diantara si Accre ini dan bemonya Zinn (yang keliatannya rusak cukup parah) sambil menyilangkan tangannya. Wiw... keliatannya seperti kata si Monica, itu robot ampir ga lecet... gile, padahal udah double launcher?!!
Si RMAU itu mulai bergerak ke posisi menyerang, si Accre dewa ini... (tunggu dulu.. kenapa gw bilang dewa? hmph... gw lom cobain kekuatan dia) masih terdiam, yah, dengan posisi siege kit gitu dia emang ga bakal mungkin bergerak, apalagi ada 2 siege kit.
Si Hazelnut merah-merah itu menerjang maju, wah! si Raxion itu pasti mampus deh lagi kondisi siege kit gitu! blom lagi delay doomblast lumayan lama (1 menitan klo ga salah?). Gw langsung mencabut SI Spadona + 5 simpenan gw................ YANG GA ADA!! gawat! gw lupa senjata gw masih jadi sitaan waktu gw ditangkep!! BEH! sebodo amat deh, gw hajar aja pake tangan kosong, sukur-sukur mental.
Gw berlari ke arah ... merah itu berharap gw nyampe sebelom dia berhasil mendekati si Raxion. Tapi kayaknya ga sempet deh, dia udah terlalu deket sama si Raxion dan udah mengangkat tangan dan mengayunkan tinjunya. Bah, ko'it dah tuh Accre... Setengah ga tega gw ngeliat dia bakalan di belah badannya sama itu REMO....... dan gw terbengong saat...
si Accre SALTO SAMBIL BAWA SIEGE KIT!!! OMG!! BUG???!! gw bener2 terbengong ngeliatnya. Dan gw yakin smua yang ada disitu juga pasti terbengong2 ngeliat atraksi tersebut. Begitu si Accre mendarat, rupanya dia udah melewati masa delay Doom Blastnya dan mulai bersiap memuntahkan DB yang berikutnya.
TWIIIIINNGGGG......
waduh... menjauh dulu ah gw...
BHDUUAAAARRR.... bo'ong klo tuh RMAU ga bolong dengan jarak segini.
Tapi RMAU itu... menghindar ke samping?!! cepet banget!! gila, ternyata selincah itu?! Sepertinya kali ini si Raxion ga akan sempet menghindar. si RMAU udah terlalu deket sementara Siege Kit nya baru aja nembak. Mati beneran deh tuh orang sekarang...
DHUAR!! DHUAR!! DHUARR!!!
Doom Blast lagi?! RMAU itu langsung terpental kebelakang.. gile! si Raxion pake cheat apa lagi tuh bisa nembak lagi dalam waktu sedeket itu? ternyata setelah gw perhatiin, si Raxion juga kayaknya bingung... karena dia diem aja, tapi siege kitnya goyang2 (mungkin mo nengokin kepala kali ya, tapi ribet). Setelah gw liat agak jauh dibelakang keliatan ada Siege Kit lagi, tapi... warnanya... Merah?? ada apa sih ama merah-merah akhir2 ini?? lagi trend apah?
si kaleng yang ber Siege Kit merah itu melepas Siege Kit nya, dan dibaliknya terlihat sosok Berbaju putih lagi, ???? kayaknya kenal.... si.. Verdebuster!! OMG!! dia udah 50?? cuma beberapa hari doang?! sial dia ga ngajak2 gw...
"TherMiaN!! lu gapapa?!!" teriak Verde dari kejauhan. Gw mengangkat jempol kiri gw ke atas, dan dia membalas dengan jempol juga. Lalu berlari mendekati gw.
Si Raxion juga perlahan-lahan melepaskan Double Siege Kit nya. Si Verdebuster yang lagi lari sampe terbengong ngeliat ada Accre yang pake Siege Kit ampe 2 gitu. Setelah Raxion selesai membereskan Siege Kit nya, dia nyamperin gw dan Verde. Aneh... Verde juga lvl 50... tapi kenapa aura orang ini berbeda ya? sepertinya dia lebih.. menyeramkan... pangkatnya... Legion.. wew.. pantes, gw liat si Verde pangkatnya... Hastati?! Buset! Ngapain aja nih anak masih pangkat Hastati??
"Halo... patriot... " Sapa Raxion kepada kita.
"Halo..", jawab gw. si Verde masih bengong aja... gw sikut,
"ah.. Halo..", kata si Verde kagok.
"mmm... kayaknya sih lucu juga klo kita ngobrol sambil ngopi ngopi... tapi.. yang disana kayaknya mo ikutan tuh?" Kata gw sambil nunjuk ke arah Zinn, Monica dan si Hazel.
Raxion dan Verdebuster melihat ke arah mereka. BMAU Zinn mendekati RMAU Hazel, disusul oleh Monica. Zinn harus bersyukur banget dia udah diselametin sama serangannya si Raxion. Dengan posisi dia mau menyerang si Hazel tadi, justru menjadikannya seolah-olah mau melindungi Hazel dari Doom Blast Raxion.
Sekarang gw yang bingung, disana ada Monica. Gimana gw bisa mengalihkan serangan Raxion dan Verdebuster agar tidak menyerang dia? Tiba-tiba gw dapet ide...
"Jadi ambil 1-1 ya? gw ambil yang merah-merah itu ok, kalian urus yang 2 lagi!", gw berkata seperti itu dengan harapan si Raxion akan menolak dan minta RMAU itu diserahkan kepada dia, karena gw tau banget si Verde pasti ga bakalan nyerang cewe.
"Okay, gw ambil yang BMAU", kata Raxion
"Sip, gw yang Cora... ", sambut Verdebuster
WHAT?!! kok gitu??!!! SIAL!! ini ga sesuai rencana!!! gawat deh.... duh, gimana nih... musti mikir lagi... mana gw ga ada senjata pula saat ini... gimana ceritanya?
"Guys, ada yang megang senjata jarak dekat cadangan? gw lagi ga bawa nih", tanya gw.
"Nih, tangkep", kata Raxion sambil melemparkan gw sebuah..... Training Sword...
"zzzzzzz... Paan nih?!!", semprot gw.
"Ya lu lagi nanyain senjata jarak deket sama Striker... plis deh ah Ther..", kata Verdebuster.
"Tapi ga penting juga kli di kasih ginian buat ngelawan begituan!!!", sahut gw sambil nunjuk ke arah REMO disana... gw liat si Raxion tatapannya tetep aja lurus ke arah musuh2 di hadapan kita, tapi gw tau dia sebenernya lagi nyengir2 tuh klo punya mulut...
"Jadi? apa kamu mau lawan yang Cora itu aja yang lebih lembek karena lagi ga pegang senjata?", tanya Raxion kepada gw. Sh*t, kok dia bisa baca pikiran gw...
Dengan sekuat mungkin untuk tetap tenang, gw bilang "Hmmm.. agak memalukan sih, tapi untuk saat ini gapapa lah..". Gw berharap2 cemas akan datang komentar2 aneh dari dia... tapi dia ga berkata apa-apa dan langsung bergerak menuju posisi yang sejajar dengan RMAU si Hazel. Verde pun bergerak tanpa kata-kata untuk mengkonfrontasi BMAUnya Zinn... fiuh... aman gw. Gw pun menghadapkan diri ke arah Monica dan mengisyaratkan agar dia menyerang gw. Sepertinya dia mengerti. Zinn juga cukup mengerti arti dari formasi ini, dan dia bergerak menjauhi Monica. Bagus, gw yakin dia pasti mengerti tujuan gw berhadapan dengan Monica, dan menjauhi dia untuk menghindari Monica kenapa2...
Saat yang bersamaan, RMAU Hazel juga menjauhi Monica. Bagus.... kayaknya lebih lancar dari yang gw kira. Sekarang posisi kita udah mencar-mencar, masing-masing mencari battle arena yang terpisah. Monica menatap gw penuh kebimbangan, tidak tahu harus berbuat apa. Gw ketawa geli ngeliat mukanya yang kebingungan. Tapi kalo kita diam berlama-lama, yang lain pasti bakalan curiga. Jadi, tanpa ba-bi-bu, gw langsung menerjang Monica dengan menghunus*uhukTrainingSworduhuk kearahnya.
Monica sedikit terkaget dengan reaksi gw, tapi langsung reflek meng-cast Ensnare kearah gw. Good! dengan ini bisa menghambat tempo pertarungan kita sementara yang lain gontok-gontokan. Gw pun meng-cast Cleanse dan melepaskan ikatan force Monica. Saat itu juga Monica mengeluarkan Hecate. Nah, bagus, kekuatan stun Hecate akan membuat timing serangan gw lebih lambat dari seharusnya, untung stok pot 3k gw masih banyak.
JDAR! JDAR! JDAR!!
Api hempasan dari Hecate langsung membakar armor gw, fiuh panas... untung radiator gw masih lumayan bagus, yah, tergantung pabrikannya juga sih. Monica meng-cast Ensnare lagi kearah gw. Yak, gini aja terus sampe yang lain selesai.... hohoho...
Tiba-tiba gw melihat sebuah cahaya terang dari arah kiri gw tempat Raxion dan Hazel lagi bertarung, saat gw menengok, Raxion sedang mengarahkan Doom Blast dengan Twin Siege Kitnya ke arah Monica!! GAWAT!! gw ga dalam kondisi bisa bergerak dengan serangan Hecate dan Ensnare Monica.
"JANGANN!!!!!", Teriak gw yang sepertinya tertelan oleh bunyi ledakan api Hecate...
Terlambat.. | |
| | | Lygatto Vice Admin
Jumlah posting : 474 Join date : 26.06.11
Karakter Table: 1
| Subyek: Re: The Story Of Novus Sun 31 Jul - 2:02:37 | |
| The Story of Novus (Part 19-4) Heaven Knows.
BDHUUARRRRRR!!!
Hempasan angin dari tembakan Raxion memburamkan kamera gw, saat gw menoleh ke arah Monica, yang terlihat hanya kepulan debu yang menghalangi pandangan gw... Monica!! dia ga bakal selamat kalau terkena serangan itu!!
Perlahan-lahan kepulan debu itu memudar dan di baliknya gw melihat sesuatu... yang berkilau.... disana ada sosok... Paimon?! berwarna perak? Paimon level berapakah itu? dan punya siapa? Hecate Monica masih berdiri di situ, tandanya Paijo itu gak mungkin punya Monica! Agak jauh di belakang Monica, terlihat banyak Cora mendatangi Monica. Satu party, satu Guild.. Jas...jus?? gw coba memfokuskan kamera gw.... oh, JusticE.... Cuma Es? nama yang aneh... siapa sih yang bikin...
Dibarisan paling depan ada seorang cewe Cora yang bernama StCelestine, sepertinya yang men-summon Paijo yang baru aja menyelamatkan Monica. Diantara kumpulan Cora-Cora itu, terlihat ada aura Warchon!! waduh, ini bisa jadi gawat. StCelestine menarik kembali Paijonya dan Cora yang ber-aura Warchon itu maju ke barisan paling depan. si.. lilsquall?! owalah... si penjual cendol yang dulu sering lewat di depan rumah gw udah jadi Warchon?! dan udah lvl 50 pula?!
2 pertarungan yang lain sepertinya ikut terhenti dan memandang ke sekumpulan Cora yang baru datang itu. Mereka menghampiri Monica, dan sepertinya menanyakan apakah dia baik-baik aja. Setengah gw bersyukur, tapi rasanya setengah lagi berkata 'beh, nambah kerjaan aja'...
Raxion dan Verdebuster melepaskan pertarungan mereka masing-masing dan mendekati gw. Zinn dan Hazel juga saling mendekat... 9 Cora, 3 Accre, 2 Bellato... hmmm... menarik sekali!! Tunggu dulu... gw baru menyadari, kalau di antara Coro tersebut... ada Ravi!! hohoho... ternyata ini akan lebih menarik dari dugaan gw. gw yakin juga si Zinn yang awalnya pusing gimana caranya membebaskan gw, sekarang lebih pusing lagi. Lepas dari lobang Sandworm masuk ke sarang ABA.
Coro itu membagi pasukannya menjadi masing-masing 2 orang. dan menyisakan si Warchon a.k.a penjual cendol lilsquall sendiri. 4 orang bergerak ke arah Zinn dan Hazel, 5 sisanya termasuk Ravi bergerak ke arah kita.
"Hmmm.. Battle Star guys, jangan ganggu gw ya nanti", kata gw kepada 2 kompatriot gw.
"hohoho... lu yang harus hati-hati dan jangan sampai kena hantaman RSiege Kit gw bro..", Jawab Verdebuster. Raxion tidak berkata apa-apa dan langsung memasang Twin Siege Kit nya, dan gw bisa ngeliat itu Coro-Coro matanya sampe keluar dari lobangnya ngeliat pemandangan di depannya ini (kok gw ngiri yak?). Tanpa ba-bi-bu, begitu Siege Kitnya terpasang dengan sempurna, Raxion langsung memuntahkan Doom Blastnya ke kumpulan coro itu.
"WHA..?", blom sempet gw selesai ngomong....
BDHUUUARRRRRR!!!!!
Gw dan Verdebuster terhempas oleh angin hembusan dari serangan Raxion. Dia sepertinya mengincar sang Warchon yang kemungkinan adalah ketua dari kumpulan boyband-girlband itu.
"Buset dah! bilang-bilang dong klo mo nyerang?!!", semprot gw. Lalu gw memperhatikan nasib coro-coro itu.
Ternyata Paijo yang di sepuh perak tadi kembali menghalangi tembakan Raxion. lilsquall tetap berdiri dengan melipatkan kedua tangannya di dada. Sial.. sok banget tuh orang. StCelestine bersama Paimon nya memisahkan diri dari kelompoknya di temani oleh seorang Templar yang bernama Aozora. Sepertinya menantang Raxion untuk menghadapi mereka secara langsung. Raxion menerima tantangan tersebut dan bergerak maju sambil menenteng Siege Kitnya, yang lagi-lagi membuat semua yang ngeliat disitu terbengong, si Verde aja keliatannya rahang mekaniknya udah jatoh menyentuh tanah.
Untuk beberapa saat tidak ada yang bergerak.... tidak ada suara yang terdengar, kecuali dari pertarungan antara 4 coro dengan 2 unit MAU jauh di belakang kita. Entah gimana nasibnya si Zinn disana. Akhirnya si Templar bergerak duluan dan maju menyerang ke arah Raxion, sementara Raxion mempersiapkan Doom Blastnya untuk meng-counter serangan tersebut. Hmm... kenapa dia melakukan hal itu?
TWIIINGGGGGG....
DHUAR!! DHUARR!! DHUARR!! twiiingg....
Seperti dugaan gw, Paimon perak tadi kembali menghalangi tembakan Raxion dan melindungi templar yang sedang melaju kearahnya itu. Templar itu muncul dari balik badan Paimon yang besar dan langsung bersalto di udara, Preassure Bomb? Apa Raxion mau menghindar lagi seperti tadi sambil menunggu delay DBnya selesai?
DHUAR!! DHUARR!! DHUARR!!
WHAT?! si Templar terpental oleh serangan Doom Blast Raxion?! kok bisa?!! Bukannya delay Doom Blast 1 menit ya? masa dia pake cheat?! tunggu dulu... gw baru perhatiin. Rupanya serangan pertama yang mengenai Paimon itu dia tidak menggunakan twin Doom Blast, tapi hanya single! dan Doom Blast yang kedua baru di lepaskan begitu si Templar udah tidak terlindungi. hohoho... bole..bole... dengan cara ini juga delay Doom Blast satunya udah selesai. Strategi yang bagus sekali, emang dia bukan patriot biasa.
Si Templar yang tadi terjatuh berusaha berdiri lagi dari serangan yang mengejutkan dan mengisyaratkan sesuatu kepada grazier pemilik Paimon perak tersebut. Lalu dia kembali menerjang Raxion. Kali ini dia hanya melakukan jurus Thurst, sebuah tusukan lurus ke arah celah di antara kedua Siege Kit Raxion, wow! serangan bunuh diri? Tapi sesuai dugaan gw, Paimon tadi kembali muncul dan menemani Templar itu mendekati Raxion sambil menghalangi jalur Tembakan Raxion, sementara si Templar melakukan serangan dari samping perut Paimon dengan tubuhnya tetap terlindungi dari serangan yang mungkin datang. Hoo... Bole juga strategi yang ini. Tapi mereka pasti ga menduga sesuatu..
Sesuai perkiraan gw, Raxion bersalto, dan melewati kepala Paimon dan Templar itu sementara dia bersalto, terlihat dari kedua ujung Launchernya sinar terang yang menandakan dia akan langsung melepaskan tembakan segera setelah dia mendarat. Para Coro itu pasti tidak ada yang menduga tindakan Raxion ini, dan itu terlihat dari muka si Templar yang tidak percaya kaleng di depannya udah menghilang. Belom tampang coro yang lain yang sedang menonton pertarungan ini. si Raxion kayaknya ga ada habisnya membuat semua orang terkejut.
Begitu dia mendarat, dia membuka kedua tangannya dan mengarahkan Siege Kitnya ke dua arah yang berbeda, yang satu ke arah si Templar, yang satu lagi ke arah si Grazier.
"Die..." katanya pelan, tapi terdengar jelas.
BDHUARRRRRR!!!
Templar dan Grazier itu langsung mental dan terhempaskan keras ke tanah. Ga bergerak, entah mati atau pingsan. Semua yang ada disitu (dan masih berdiri) terpana dengan kekuatan Raxion, dan tak ada satupun yang bergerak. Raxion melepaskan Siege Kitnya dan berjalan kembali menghampiri gw.
"Sepertinya bagian saya cukup sampai disini dulu... kalian berdua sepertinya sanggup mengatasi sisanya", kata Raxion sambil berjalan melewati gw dan menepuk pundak gw, "Kalau kamu mencari arti dari kekuatan, kamu akan menemukan saya...", lalu berlalu meninggalkan gw dan Verdebuster.
Kita berdua memperhatikan Raxion berlalu, Dan...
TANGG!!!
Kepala gw di hantam oleh sesuatu dari belakang sampe nyungsep gw. BRUG!! begitu gw mencoba berdiri dan melihat apa yang baru aja menghajar gw, disana ada BMAU Zinn yang rupanya udah terdesak sampe keposisi gw.
*PIIIP*
"WOI!! ZINN!! LIAT-LIAT DONG!!", teriak gw melalui alat Whisp yang diberikan Zinn.
"Sory..sory!! mana sempet gw liatin lu klo gw lagi di hajar lvl 50 gini??", sahut Zinn. Rupanya dia lagi di keroyok coro lvl tinggi, 1 Grazier lvl 50 dan 1 Advanturer. Gak lama kemudian, Hazel menghampiri kita, sepertinya dia cukup kewalahan juga menghadapi keryokan 1 Advanturer lvl 50 dan Monica.
Akhirnya kubu kembali terbagi 2, tim Coro melawan Accre + Cebol. 7 vs 4... hmpf... klo senjata gw ada, segini mah ga jadi masalah. Klo gw cuma modal Training Sword gini doang bakalan repot juga.
"Hah.. kelamaan nih, biar gw yang mulai!", Seru Verdebuster sambil memasang Red Siege Kit nya... Tanpa di duga, dari tim Coro sana, salah satu Graziernya yang bernama Namine maju dan men-Summon Isis. Tanah serasa bergetar saat Isis miliknya muncul dari tanah, tapi tidak seperti penampakan Isis yang biasa gw liat penuh dengan cahaya, Isis miliknya bagaikan datang dari neraka dengan seluruh tanah di sekelilingnya menjadi merah darah.... Hingga akhirnya muncul lah Isis yang juga berwarna merah darah... Buset deh... rupanya emang warna merah lagi trend sekarang ya... ketinggalan jaman gw...
Setelah penampakan Isis merah itu, Grazier-grazier yang lain juga mensummon animus andalan masing-masing... lho?? si Ravi... kok bisa men Summon Isis?? sejak kapan?? dia X-Job skarang? gw makin heran begitu dia memanggil animus lain tanpa menyimpan animus yang udah dia summon. Buset! 4 Animus sekaligus di summon?? WAHAHAHAAH!!! menarik sekali!!! perbandingan sekarang sepertinya jadi lebih berat sebelah dari sebelomnya... 7 animus + 7 coro..
"BUAHAHAHAHAHAH!!!!!" Ketawa gw udah ga bisa ditahan lagi.. "Menarik sekali!!! Majulah kalian semua sekaligus!!!" Seru gw sambil mengangkat tangan gw tinggi-tinggi keatas langit. Sepertinya coro-coro itu ga perlu provokasi lebih banyak, mereka langsung menyebar dan bergerak menyerang semua sekaligus.
Zinn dan Hazel langsung memasuki Combat Mode, sementara Verdebuster mempersiapkan Doom Blastnya, sepertinya dia mengincar Grazier-Grazier yang ada. Verde akan kesulitan menghadapi serangan bertubi-tubi kalau di keroyok. Gw langsung menghubungi Zinn.
*PIIP*
"Zinn, gw bisa minta tolong? bantu gw lindungin Striker gw ini... klo ga ada dia, kita ampir ga punya harapan untuk menang saat ini", kata gw sedikit khawatir dengan keselamatan Verdebuster. | |
| | | Lygatto Vice Admin
Jumlah posting : 474 Join date : 26.06.11
Karakter Table: 1
| Subyek: Re: The Story Of Novus Sun 31 Jul - 2:03:12 | |
| The Story of Novus (Part 19-5) Heaven Knows.
"..... gw usahain ya", jawab Zinn, yang terdengar ga terlalu yakin.
"Thanks...", bales gw. Wew, ga nyangka gw bakalan ngomong gitu.
Gw dan Zinn bergerak mengelilingi Verdebuster, Hazel sepertinya mengerti maksud dari formasi kita, dan bergerak untuk menutup celah antara gw dan Zinn, dengan maksud membantu melindungi Verdebuster. Wew (lagi), ini adalah sebuah perkembangan situasi yang tak terduga.
"Ver! mana target pertama lu?!", seru gw.
"Grazier yang lurus di depan gw!", sahutnya. Rupanya dia mengincar Grazier yang mensummon Hecate lvl 45++, pilihan yang bagus, dengan kemungkinan stun yang tinggi dari Hecate itu, bisa bikin jadi masalah besar.
TWIIIIIINNGGG....
Sebelom Verdebuster sempat memuntahkan Doom Blastnya, Seekor Paimon udah menghalangi jalur tembakan Verde. Gawat!! klo sampe serangan ini gagal, bisa repot.
WHUSSHHH.. BRUUUGG!!
BMAU Zinn tiba-tiba bergerak dan mendorong Paimon itu keluar dari jalur tembakan Verde. Bagus!!
DHUAR!! DHUARR!! DHUARR!!
Grazier yang bernama VodKaHoliC itu langsung mental ga bergerak lagi... entah nyawanya gimana. Nice! one down! 6 lagi! sementara Verdebuster melewati masa delay-nya, kita bertiga sekuat tenaga menghalau serangan-serangan yang mengarah ke Verde. Selagi gw menghalau serangan-serangan seadanya dengan Training Sword ini, gw memperhatikan kalau Ravi cukup menyulitkan dengan 4 animusnya meskipun animus-animus itu kayaknya masih cupu, tapi cukup merepotkan karena bisa menekan kita dengan jumlah.
*PIIP*
"Zinn, Ravi!!", seru gw kepada Zinn melalui Whisp.
"Ok!", balas dia.
Gw dan Zinn serta merta melepaskan diri dari formasi dengan harapan Hazel mampu mengatasi sisanya sementara waktu. Ravi sepertinya cukup terkejut melihat gw dan Zinn menerjang ke arahnya, dia lalu mengumpulkan 4 animusnya dalam satu titik, sementara dia menghunus SI Field Lance nya (yang pasti pinjeman lagi).
Zinn mendorong tubuh besar Paimon dan menghantamkannya ke badan Hecate, saat itu Isis milik Ravi menembak BMAUnya Zinn, haha.. sesuai perhitungan gw (mungkin Zinn udah memperkirakan ini juga), skill bertempur Ravi sangat-sangat minim, dia terbiasa memusatkan serangan ke satu titik tanpa memperhitungkan resiko lain. Dan saat ini badannya terbuka sangat lebar. Dan, dalam hitungan detik gw udah sampe di hadapan Ravi.
"Kemampuan strategi tempur lu masih aja kayak gini... percuma tuh animus-animus lu klo summonernya cupu!", Kata gw di depan mukanya. Tanpa sempat dia menjawab, gw langsung menghantamkan Training Sword gw sekuat tenaga ke perut sampingnya dengan jurus Slash.
PRANNGGG!!! Training Sword tersebut pecah bersamaan dengan mentalnya Ravi ke tebing di ujung sana. Buset dah nih anak, satu pukulan aja masih mental... kapan jagonya sih?? jadi cupu kok hobi...
BRUAKK!! Ravi menghantam tebing dan langsung tak sadarkan diri. Animusnya pun perlahan-lahan menghilang. Siip... gw dan Zinn buru-buru kembali ke formasi, dan bersyukur bahwa Verde masih baik-baik aja, Dan sepertinya dia baru aja menghabisi salah satu Advanturer yang ada disitu. Siip.. Kurang 2 orang lagi, tinggal 4! Klo Monica ga diitung, tinggal 3 berarti... kita udah di atas angin sekarang! Yang tersisa tinggal si Warchon cendol, Grazier dengan Isis merah, sama satu Adventurer cowo yang namanya NoSoul (hmmm... mungkin dia perlu ketemu sama penjual sol spatu dulu kali ya..) ditambah Monica.
Meskipun HP si Zinn udah ampir sekarat dan si Hazel juga udah tinggal setengah, tapi bisa lah kita beresin, karena mereka juga ga bisa dibilang masih fresh.
"Beres deh klo tinggal segini", kata gw ke Verdebuster.
"Tar dulu, Launcher gw macet nih! Gw musti lepas dulu", sahut Verdebuster. Gw menghampiri dia karena sepertinya mekanisme wat melepas Siege Kit nya juga nyangkut. Tiba-tiba Verdebuster seperti menyadari sesuatu dan mengangkat kakinya untuk menendang gw. Entah karena posisi gw yang lagi pas, tapi gw gak bergeming sedikit pun saat di tendang, malah Verdebuster yang terpental mundur.
JRRREEBBBB!!!
Sebelom gw menyadari apa yang terjadi, bagian badan Verdebuster yang tak terlindungi oleh Siege Kit telah dihujani puluhan panah elemental. Sementara posisi Verdebuster menghalangi serangan tersebut dari BMAUnya Zinn.
"VERDEE!!" Teriak gw sambil menghampiri dirinya. Zinn dan Hazel berusaha menghalau semua Coro-coro dari tempat Verde. Verde tak bergerak dari posisinya yang masih mengenggam Launcher dalam Siege Kitnya dengan kuat. Tapi dia tidak menjawab panggilan gw....
"Ver..? oi... Hay.... jangan becanda lu!! ga lucu dul!!", seru gw sambil menggoyang-goyangkan Siege Kitnya. Tapi dia tetap tak menjawab... Hanya berdiri disana.... dengan puluhan panah yang menancap di setengah bagian tubuhnya...
"GROOOAAAAAAAAAAAAAA!!!!!", lolong gw dengan sekuat tenaga. Gw mencoba memindahkan tubuh Verdebuster dari Siege Kit nya, tapi tangannya mengenggam Launchernya begitu kuat sepertinya masih ingin bertempur. "Maaf, Ver...", ...KRAK!! Gw mematahkan jari-jari Verdebuster dengan paksa... lalu merebahkan tubuh Verdebuster secara perlahan di tanah.
Gw menggengam Launcher dalam Red Siege Kit milik Verdebuster dan mengarahkannya ke arah Advanturer sial tadi! Waktu dulu gw nyobain Launcher punya dia aja gw ngejengkang, apalagi sekarang make Red Siege Kit? tapi gw ga perduli... This one's for Verdebuster!
Kebetulan saat ini, Zinn dan Hazel sedang menghalangi jalur pandang coro-coro dari posisi gw. Gw menekan pelatuk Launcher yang masih berasa genggaman tangan Verdebuster. | |
| | | Lygatto Vice Admin
Jumlah posting : 474 Join date : 26.06.11
Karakter Table: 1
| Subyek: Re: The Story Of Novus Sun 31 Jul - 2:03:44 | |
| The Story of Novus (Part 19-6) Heaven Knows.
TWIIINNNGG.... Siege Kit yang tadi macet ini bergetar bagaikan tak sabar ingin membalaskan dendam pemilik aslinya. Seblom Launchernya meledak, gw berteriak,
"ZINN!! MINGGIR!!!!", dan sesaat setelah Zinn menghindar, dibaliknya berdiri Advanturer yang gw incer!
DHUARR!!! DHUARRR!!! DHUARRR!!
Adventurer itu pun langsung terhempaskan tak sadarkan diri oleh serangan dahsyat Launcher ini, mati plis... smentara itu, badan gw pun hampir aja ngejengkang, tapi gw berusaha sekuat tenaga untuk tetap berdiri dengan mengkuatkan seluruh sirkuit-sirkuit di kaki gw. Dan dengan ajaib badan gw masih berdiri tegak bagaikan sebuah Striker sejati.
Saat itu, terdengar suara ....BRUAKK!!!
Saat gw menoleh ke sumber suara, terlihat si Warchon cendol baru aja menghujamkan Hora Spearnya dan menembus tubuh RMAU Hazel. GILE!! kapan abisnya nih?! kayaknya klo belom mati semua, belom akan selesai ini. HUH! Ayo kita bereskan semuanya skarang juga!!!
Gw liat Monica menghampiri si juragan cendol itu dan mengucapkan sesuatu dan didengarkan oleh Grazier yang satu lagi. Lalu entah bagaimana mereka mulai menarik diri sambil memperhatikan gerak-gerik kita dan menghampiri rekan-rekan mereka yang udah tumbang, sepertinya Monica menyarankan gencatan senjata dan menolong rekan-rekan yang lain karena keadaan sepertinya udah cukup seimbang untuk masing-masing pihak agar saling menarik diri.
*PIIP*
"Ther", Zinn memanggil dari balik alat Whispnya.
"Yo..", Jawab gw.
"Hazel terluka cukup parah, dan sepertinya dia ga bisa bergerak, jadi gw mau bawa dia balik dulu ya. Lu bisa urus sendiri temen lu?", tanya Zinn.
"Ga perlu di tanyain...", bales gw seadanya. Zinn pun menghampiri RMAUnya Hazel dan membuka paksa kokpitnya dengan tangan BMAUnya, lalu mengeluarkan Hazel dari dalam RMAUnya yang sepertinya mulai terbakar perlahan-lahan. Kondisi Hazel cukup mengenaskan. Sebelah kakinya sepertinya putus sementara dia sendiri sudah pingsan dengan berlumuran darah di kepalanya.
Gw mencari-cari cara untuk melepaskan Siege Kit ini dan menemukan sebuah tombol di Launchernya yang membuat Red Siege Kitnya menutup sendiri. Setelah menyimpan Launcher Verde dalam Inventory, gw menghampiri tubuh Verdebuster yang sebelah badannya penuh dengan panah. Gw cabut semua panah yang ada, lalu membopong tubuhnya yang sudah tidak bergerak lagi. Zinn bergegas menjauh dari pandangan gw, mungkin untuk menyelamatkan nyawa Hazel, sementara gw liat Monica memapah tubuh Ravi dengan susah payah.
Apakah ini... akhir yang baik....? Mungkin untuk diri gw, Zinn dan Monica yang awalnya hanya ingin membebaskan gw, semuanya berakhir dengan baik. Tapi tidak untuk Verdebuster dan Hazel..... dan untuk Coro-Coro yang kurang beruntung ini. Tiba-tiba gw teringat sesuatu...
'Kalau kamu mencari arti dari kekuatan, kamu akan menemukan saya', kata-kata Raxion kembali terngiang di kepala gw. Gw kembali ke Armory melalui jalan pintas, para Accre-Accre baru yang cupu memperhatikan gw berjalan perlahan sambil membopong tubuh Verdebuster di tangan gw. Sampai di depan pintu masuk kota, gw meletakkan tubuhnya di tanah, dan berbalik meninggalkannya.
Raxion... beritahu gw arti dari kekuatan yang sesungguhnya!
========== To Be Continued... | |
| | | ninz26 Valid Member
Jumlah posting : 112 Join date : 15.07.11
| Subyek: Re: The Story Of Novus Sun 31 Jul - 8:52:28 | |
| | |
| | | ninz26 Valid Member
Jumlah posting : 112 Score : 154 Reputasi : 31 Join date : 15.07.11
| Subyek: Re: The Story Of Novus Sun 31 Jul - 8:53:04 | |
| | |
| | | Lygatto Vice Admin
Jumlah posting : 474 Score : 1007 Reputasi : 0 Join date : 26.06.11 Lokasi : Beverlly Hills
Karakter Table: 1
| Subyek: Re: The Story Of Novus Sun 31 Jul - 22:17:00 | |
| - ninz26 wrote:
- kalo ngetik gk cape y?
ada sedikit ngetik kok ^^... tp kebanyakan dari copy ^^ cuma beberapa kata aja yg agak di edit dikit... ^^ | |
| | | Lygatto Vice Admin
Jumlah posting : 474 Score : 1007 Reputasi : 0 Join date : 26.06.11 Lokasi : Beverlly Hills
Karakter Table: 1
| Subyek: Re: The Story Of Novus Wed 3 Aug - 5:59:31 | |
| The Story of Novus (Part 20) Somewhere I Belong...
=== Ravi terbangun di ranjang rumah sakit Markas Cora
....
Adudududu... Pala gw sakit, n rusuk gw kayaknya patah semua nih..... dudududuh.... Yang teringet terakhir di benak gw cuma kata-kata TherMiaN..
'Cupu!'.
Sial tuh anak, menghancurkan harga diri gw dengan satu kata dan satu pukulan.
TREK..
Pintu kamar gw terbuka dan dari sana masuk Monica.
"Wah, udah sadar ya? gimana perasaannya?", tanya dia.
"Yah gitu deh dok, kayaknya perlu dokter periksa lagi nih di bagian ini.." Kata gw sambil menunjuk perut samping gw yang dihajar TherMiaN. Monica menghampiri gw, lalu memperhatikan perut gw yang dibalut perban.
"Hmm? yang ini?" NYUTT!! serta merta dia menekan bagian yang sakit itu dengan tangannya seolah-olah mengecek. WUADAWWW.... "Mana? kayaknya gapapa tuh?" Kata dia sambil melanjutkan 'pijatan'nya di tempat gw yang lagi 'sensitif'. "I...Iya dok... ga...gapapa kok kayaknya... u.. udah sembuh..", kata gw buru-buru untuk menghindari 'pemeriksaan' lebih lanjut.
"O gitu ya? yakin ga mau diperiksa lagi?" Tanyanya sinis...
"Iya dok... udah sehat kok^^;", jawab gw yakin.
"Bagus! tiduran lagi sana!", ketusnya. Buset dah! ni orang lagi dapet apa? galak amat... Gw pun kembali merebahkan badan gw di atas kasur. Rasa sakit di rusuk gw mengingatkan kembali kata-kata TherMiaN kepada gw...
'animus lu ga ada gunanya klo summonernya cupu!!'......
'summonernya cupu!!'.....
'cupu!!'
sial......
...................
Siang itu gw udah dikasih keluar dari rumah sakit karena luka-luka gw cukup ringan, sayangnya temen-temen guild gw pada kurang beruntung karena rata-rata mereka luka parah. Klo gw untungnya cuma rusuk yang retak doang.
Gw berjalan-jalan disekitar Pos Cora, mencari suatu jawaban dari pertanyaan..... cupu kah gw? Apakah selama ini gw terlalu congkak karena mampu men-summon 4 Animus sekaligus? sampe lupa memperkuat diri gw sendiri....
"Kyaaaa!!!"
Ha? suara cewe berteriak? kenapa dia? apakah di ganggu om-om mesum? hmm.. perlu di cek nih.. gw pun bergegas menuju ke sumber suara. Sampai disana, gw liat ada seorang Spiritualis cewe lagi di buli-buli sama seorang Grazier cowo berbaju serba putih... Lvl 45? Gile tu orang!
"Hey!! Lagi ngapain kk?!" Seru gw. Grazier itu menoleh dan tatapannya semerah darah. Chaos pot! di name tag nya tertulis... Chelle.. dia tersenyum..... sinis...
"Enggak kok kk... saya lagi bantuin gb pt def aja kok..", katanya.
"Bohong kk! dia dari tadi bunuh-bunuhin yang lagi hunt disekitar sini kk!!", Spiritualis yang di name tagnya bertuliskan Yuuu itu berteriak sambil setengah menangis.
Gw kembali menatap Grazier itu dengan tajam. "Kk, saya mohon, hentikan ini sekarang juga, kalau tidak, saya sebagai anggota JusticE tidak akan tinggal diam".
Grazier itu terdiam sejenak..... kemudian tertawa "WAHAHAHAHA.....!!!" lalu dia balas menatap gw. "Lu mau apa klo gw melakukan............. ini?!" Tiba-tiba dia mengangkat tangannya dan sosok Hecate muncul dari bawah tanah lalu si Chelle menunjuk ke arah Spiritualis bernama Yuuu itu. si Hecate lalu tertawa besar dan bersiap mengipaskan kipas apinya.
"PAIMON!!", seru gw. Bagaikan sudah mengerti maunya gw, Paimon gw langsung menutupi jalur serangan Hecate dari Spiritualis cewe itu.
Chelle sedikit terbengong, "Hoo.... gw kirain lu tipe warrior klo diliat dari armor lu, ternyata... X-job ya?", katanya sambil terkekeh.
"Sekali lagi saya peringati, kk. Tolong hentikan, atau saya harus menjatuhkan kk...", kata gw lagi dengan tampang super serius. Bisa gawat nih klo di biarin lama-lama, skill pasang muka serius gw baru lvl 3, bakalan abis dalam 39detik lagi...
Tanpa peringatan, Chelle meng-cast Fire Ball ke arah gw. Berkat daya reflek yang baik, spontan gw salto ke samping untuk menghindari serangan itu, tapi saat gw melompat, UGH! rusuk gw yang masih belom sembuh total berasa sakit banget. BRUK! gw pun sukses mendarat dengan badan terguling.
"Wahahahaha... X-Job cupu rupanya! salto aja sampe jatoh, gw kirain dewa lu", ejek si Chelle.
Grrrmm..... kata-kata itu lagi. Saat itu Paimon berusaha jitakin si Chelle yang menyerang gw.
"Berhenti, Paimon! lindungi aja spiritualis cewe itu!", bentak gw. Paimon menurut tanpa bantahan sama sekali, dan kembali berdiri setegar gunung di depan spiritualis itu (yang kayaknya tampangnya boleh juga. hohoho...). Gw berdiri sambil nahan sakit di rusuk gw dan mengeluarkan Field Lance gw (yang kali ini gw beli pake duit sendiri).
"Peringatan terakhir kk...", kata gw tajem.
Chelle tersenyum dan menundukkan kepalanya. "Baiklah klo gitu", katanya. Fiuh.... lega gw ga harus berkelahi sama sesama bangsa. "Kita adu siapa yang paling KUAT!!!", lanjutnya yang membuat gw kaget karena kata-kata terakhirnya diiringi dengan sebuah Flame Arrow kearah gw lagi.
BRUAKSSS!! serangan Chelle membuat gw mental ke belakang. Saat itu, gw merasakan Inana berusaha muncul dari alamnya untuk menyembuhkan gw..
'JANGAN!' seru gw dalam hati 'JANGAN MUNCUL!', Inana sedikit bingung dengan perintah gw, tapi dia pun menahan diri untuk tidak muncul.
'Ravi?', gw denger suara Isis Cindy di benak gw. 'kenapa kamu ga biarin Inana muncul?'
'Aku bisa tanganin ini sendiri, Cin...', jawab gw datar. Gw berdiri dan menghunus Field Lance gw sambil menerjang si Celengan itu dengan jurus Shining Cut. "HOAAAA..!!!", gw mengayunkan Field Lance gw sekuat tenaga.
TRAANGG!! Field Lance gw menghantam.... sebuah Paimon Emas! Sial, si Chelle melakukan Fast Summon disaat yang tepat. Sesaat kemudian, Paimon itu menghilang kembali ke alamnya.
"Electric Bolt!!", seru Chelle, dan gw pun kembali terhempas kebelakang dan terguling.
Isis Cindy kembali berteriak dari alamnya.'RAVI!!',
'BERISIK!! GW BILANG, GW BISA TANGANIN INI SENDIRI!!', bentak gw. Gw bisa merasakan klo dia kaget mendengar bentakan gw. Kembali gw berdiri dengan susah payah. Kali ini gw merubah strategi. Gw mengeluarkan tongkat Black Stick Bead dan kembali berlari menerjangnya. Sambil mendekati dia, gw meng-cast Force Extract, Skill Thaw serta Tranquility. Sesaat sebelom gw berada di dekat dia, gw melepaskan tongkat gw dan menarik Field Lance gw lagi. Kali ini, dengan skill Thrust! "HEAAA....!!".
JDUAR!! UGH!! Tiba-tiba gw ga bisa bergerak dan kepala gw terasa pusing banget. Stun?! Dengan pandangan yang kabur, gw melihat di samping Chelle udah ada Hecate yang tadi dan serangannya membuat gw Stun dan ga mampu menyerang. Dalam kesamaran itu, gw melihat jelas pandangan Chelle yang tersenyum mengejek gw.
"Dasar Cupu!" katanya. Lalu meng-Cast Energy Ball, dan sesuai perkiraan, gw mental lagi kebelakang.
Kali ini gw agak susah untuk berdiri karena akibat Stun tadi, gw masih belom bisa fokus. Tanpa gw sadari, Isis Cindy, Hecate dan Inana muncul bersamaan.
'Maaf Vi! kita udah ga bisa diem lagi!!', Seru Isis Cindy. Dan setelah dia berhenti berkata, mereka menyerang dengan serentak Chelle yang keliatannya takjub melihat pemandangan di depannya itu, sementara Inana bergerak untuk meng-Heal gw.
"Apa? JANGAN! CINDY!! JANGAN!!! BERHENTII!!!", Teriak gw berusaha menghentikan dia, Hecate dan Paimon. Tapi mereka gak mendengarkan gw, dan menghantam Chelle sekaligus bersamaan. Chelle yang masih terbengong ga sempet melakukan apa-apa dan langsung tumbang dengan serangan para Animus gw.
Sambil terjatuh, dia sempat berbicara "Hahaha.. ternyata lu emang cupu, ga sanggup apa-apa tanpa Animus lu... kasian mereka punya majikan selemah lu", BRUK... dan dia pun terkapar tak sadarkan diri.
Animus-animus gw kembali mendekati gw yang sedang tertunduk. Isis Cindy berkata,
'Kamu gapapa, Vi?', tanyanya khawatir dan menjulurkan tangannya untuk menyentuh gw.
PLAK! gw menghalau tangannya dengan kasar. Terlihat sekali reaksi dia yang terkejut.
"Gw udah bilang..... JANGAN IKUT CAMPUR!!", bentak gw. Sekarang yang lain pun memasang muka terkejut, kecuali Paimon yang sepertinya ga ngerti arti dari 'ekspresi'.
'Tapi....', Isis Cindy coba menjelaskan.
"JADI KALIAN PIKIR GW GA BAKALAN SANGGUP MENGATASI DIA SENDIRI?!", emosi gw masih belom surut juga.
Isis Cindy kembali mencoba menjelaskan, 'Bukan begitu, maksu...',
"DIAM KAMU!", gw menunjuk muka Isis Cindy, dan dia menatap gw bagaikan ga mengenal gw, "Animus HARUSNYA nurut sama Summonernya....", mereka terdiam dan ga ada yang berani menatap gw, "gw tadi lagi BERUSAHA membuktikan kata-katanya klo gw ga cupu.... tapi....... KALIAN... malah ikut campur.... KALIAN MAU BILANG KLO GW CUPU JUGA?!! GA BAKALAN SANGGUP ATASIN SENDIRI?!! NGOMONG AJA!?!?!", saat ini gw udah bener-bener murka, ga tau yang gw omongin apa aja, sementara Animus-Animus gw hanya terdiam.
'Tapi Vi...', Isis Cindy coba-coba ngomong, salah banget.
"Masih juga mau ngajarin gw?! gw ga butuh Animus-Animus tukang ngelawan DAN sok tau! PERGI KALIAN SEMUA DARI HADAPAN GW!!!", kembali gw membentak tanpa mikir. Animus-Animus gw semua diam ga bergerak. "TUNGGU APA?!! PERGI KALIAN!!", dan dengan tampang yang acak adut, mereka kembali ke alamnya. Isis Cindy yang terakhir pergi dan gw sempet liat air matanya mengalir sebelom dia menghilang.
.....
Sialan....
.....
Spiritualist cewe tadi menghampiri gw, dan berkata, "Makasi ya kk atas bantuannya".
"Ah? ahaha... iya, gw ga ngapa-ngapain kok... bukan karena gw..", jawab gw hambar.
Dia dengan muka agak ragu-ragu berkata lagi, "mmm... klo boleh aku kasih masukan kk, Animus-Animus kk itu...".
Gw mengangkat tangan di depan mukanya, "Haiyah... jangan sampe kamu juga ikut-ikutan ngajarin gw...".
"Lho? ga kok kk, aku bukan bermaksud ngajarin, tapi...", dia coba menjelaskan, sementara gw membalikkan badan dan menjauh dia.
"Gw ga perlu nasehat dari siapa-siapa!", balas gw ketus dan meninggalkan dia sendiri disana. (tumben...)
....................................
Entah sadar apa enggak, tiba-tiba gw udah ada di Sette. Angin Panas dari gurun ini bagaikan mecabik-cabik muka gw. Ngapain gw disini? gw sendiri ga ngerti, kaki gw bagaikan bergerak sendiri seolah-olah mencari jawaban dari semua pertanyaan gw.
Tumben Sette rada-rada sepi hari ini, biasanya Sette tempat rusuh nomor satu untuk ketiga bangsa ini. Gw membiarkan diri gw dibawa oleh kaki gw, yang sepertinya saat ini punya pikiran sendiri. Tanpa terasa, gw udah berdiri di gerbang Volcanic Cauldron. Seekor makhluk penjaga gerbang menuju VC yang 'katanya' udah ada disana dari jamannya gw belom lahir menyapa gw.
"Yo, bro... mo ke VC ye?", tanya makhluk itu dengan logat yang aneh.
"euh... iya sih, klo boleh..", jawab gw rada ragu.
Makhluk itu memperhatikan gw dengan seksama, "Lu yakin, bro?", tanyanya sambil memandang gw dengan aneh.
"Mmm... ga tau juga sih sebenernya... emang ga bisa ya?", tanya gw balik.
"Udah pernah kesana lom?", dia bertanya lagi tanpa menghiraukan pertanyaan gw.
"Blom sih..", jawab gw.
"hmmm..", Makhluk itu berpikir sejenak sambil terus memperhatikan gw, "Kalo lo ga yakin mendingan ga usah, bro..", logat dan tata bahasanya yang aneh itu bikin gw bingung sebenernya makhluk apa dan darimana dia sebenernya.
"Emang kenapa?", kata gw penasaran.
Makhluk itu menatap mata gw dalam-dalam seolah dia mengerti semuanya, "Hanya yang kuat yang mampu bertahan di dalam sana...".
JLEB....
sialan... jadi dia juga mikir gw lemah?! "Klo ga dicoba mana kita tau klo gw lemah apa ga kan?", bales gw ketus.
"mmm... gw sih dah tah tau sebenernya...", kata makhluk itu pelan.
PLETAK!! gw jitak itu makhluk sambil bilang "Udah deh, ga usah cerewet, buka aja gerbangnya!". Makhluk itu sambil meringis kesakitan akhirnya membuka gerbang menuju Volcanic Cauldron. Gerbang yang terbuka itu menyerupai sebuah portal. Gw dengan sedikit kekhawatiran akhirnya melangkah masuk kedalamnya.
BHUSSHSHHH.... Ugh! sesaat setelah gw memasuki gerbang tersebut dan muncul di sebelahnya, tekanan yang luar biasa besar menekan gw, ditambah lagi dengan suhu udaranya yang sepertinya berkali-kali lipat lebih panas daripada diluar. Huh... bagus deh, klo emang ini yang dibutuhin supaya gw jadi kuat, akan gw taklukkan tantangan di dalem sini!
Gw berjalan melewati lorong-lorong yang di kelilingin tebing tinggi, hingga akhirnya gw tiba di sebuah tepi jurang. Disana gw melihat pemandangan yang luar biasa! Sebuah daratan yang gersang, dikelilingi oleh tebing-tebing dan lava yang tumpah dari gunung merapi dan menjalar kemana-mana. Dari kejauhan juga gw liat momon-momon aneh yang belom pernah gw liat sebelomnya.
Gw melanjutkan perjalanan gw sambil menyiapkan Field Lance gw ditangan, sebelom gw diserang mendadak. Sepi sekali, gw ga melihat ada satu pun orang maupun kaleng yang lewat disini. Armor gw terasa luar biasa berat dengan tekanan yang gw rasain saat ini. Untuk melangkah aja gw butuh tenaga ekstra, belom lagi panasnya yang bikin gw susah konsentrasi. Tapi gw semakin yakin, klo gw bisa mengatasi semuanya di dalem sini, saat keluar, gw pasti udah jauh lebih kuat.
Gw masuk lagi kedalam sebuah lorong, belom terlalu jauh gw berjalan, gw melihat sekumpulan momon-momon yang rada kecil. Hmm..? klo ga salah itu monster Demolis, dulu gw pernah baca di Monster Manual jaman-jamannya masih di akademi. Tapi gw ga inget jenis momon seperti apa dan kekuatannya seberapa. Tapi klo disini harusnya ga cupu-cupu amat kan? Jadi untuk menghindari hal yang tidak diinginkan, gw siapin pot 2K, dan gw meng-cast Weakness ke salah satu dari momon itu untuk menariknya ke arah gw tanpa yang lain mengikuti.
'KRUU..?' Bagus, momon itu menyadari kehadiran gw tanpa menarik perhatian yang lain. Dia pun perlahan-lahan mendekati gw, makin deket makin keliatan klo ini momon lebih cocok jadi pet daripada jadi momon, abis kayaknya ga berbahaya gitu. Gw langsung menarik Field Lance gw dan bersiap untuk menyerang momon itu.
"Maaf ya..", kata gw sambil mengayunkan Field Lance gw, siapa yang nyangka?
'GROOOOAAA!!!', momon itu meraung (dan suaranya ga sesuai bayangan gw).
BRUAKK!!!
BUSET!! momon imut-imut nan tak membahayakan itu menerkam gw dan membuat armor gw sedikit retak, sekaligus membuat gw terpelating ke belakang. GILE?!! momon sekecil ini bisa bikin gw kayak gini??!! pot 2K gw bisa ga nutup klo gini!
"Ina...", sekejap gw tersentak. Hampir aja gw memanggil Inana untuk meng-heal gw. Klo gw lagi-lagi bergantung sama Animus-Animus gw, kapan gw bisa jadi kuat?! Gw pun berdiri dan mencoba meladeni momon itu lagi.
'Grrrr....' momon itu memperhatikan gw dengan tatapan yang lumayan galak, tapi dari tatapannya itu, seolah-olah dia berkata 'Cupu-cupu udah berani ganggu gw!' Kurang ajar! ga sopan! gw kembali menerjang dia dengan sekuat tenaga. Dalam battle yang berlangsung agak alot itu, akhirnya gw yang keluar sebagai pemenang. Dengan penuh kepuasan, gw melihat mayat momon itu yang perlahan-lahan wujudnya terurai menjadi partikel-partikel yang melayang ke langit. Gw membalikan badan dengan niat untuk menarik satu momon lagi untuk melawan gw.
Tapi... siapa yang sangka klo battle barusan itu membuat temen-temennya menyadari kehadiran gw, dan kenyataan bahwa gw baru aja membunuh salah satu temennya. Mereka langsung datang menghampiri gw rame-rame..... gawat nih.
'GROAAA!!' Whoaw... gw menghindari sebuah terkaman sementara gw mengayunkan Field Lance gw untuk mempertahankan jarak aman gw dari kumpulan 'pet-pet' lucu ini.
'GROAAA!!' BRUAK!! sebuah serangan mendadak dari belakang membuat gw tersungkur ke tanah. Emang gw kurang terlatih untuk mengatasi mob seperti ini, saat-saat seperti ini biasanya gw mengandalkan Paimon untuk menarik semua mob ini kearahnya, lalu di bantu Hecate dan Isis Cindy untuk membereskan sisanya. Sial! apa gw emang ga bisa apa-apa tanpa Animus gw?! Sial... sementara kumpulan momon-momon itu semakin mendekati gw yang belom bisa bangun dan akhirnya mereka menerkam gw berbarengan. "SIALANNN!!!!"
"Sand Storm!!!!"
DHUARRRR!!! DHUARRR!!!
Tiba-tiba sekeliling gw menjadi penuh debu hingga gw harus melindungi mata gw dari debu-debu tersebut. sesaat kemudian semuanya menjadi sunyi. Saat gw membuka mata lagi, agak jauh dari posisi gw, ada si Namine. Grazier cewe dari guild tempat gw bergabung : JusticE.
"Ngapain kamu disitu?", tanyanya dengan senyum yang sangat menggoda. si Namine ini salah satu Grazier yang cukup terpandang di Cora, bahkan katanya telah menjadi target bangsa dari bangsa-bangsa lain. Entah karena kecantikannya atau karena kemampuannya... Dia berjalan dengan sangat sensual mendekati gw. Dia berhenti dan berdiri cukup deket sama gw.
"mm... Sedang menikmati pemandangan?", tanya dia. Gw baru menyadari klo posisi gw memungkinkan.... maaf... SANGAT memungkinkan untuk mengintip dibalik rok nya.
"Ah... karena dibilang seperti itu, mungkin lebih baik klo gw mencari posisi yang lebih bagus ya..", jawab gw dengan senyum penuh arti (Klo temen-temen sih pada bilangnya senyum mesum...entah darimana mereka mendapat ide seperti itu).
"Hihihi..." Dia tertawa kecil. Wiww... manis banget... Ga sia-sia gw dateng kesini, bisa berduaan sama dia. "Jadi...?", Dia tanya lagi masih dengan nada sensualnya sambil meletakan tangan di pinggangnya. omigot... sexy banget...
Gw sedikit terkaget, lalu menjawab penuh sumringrah, "Hah? disini?? Beneran?!! ASIIKK!!", seru gw.
Dia terlihat sedikit bingung... lalu dengan tatapan aneh, dia berkata, "Ha?". Saat itu gw baru menyadari klo yang dia tanyakan berbeda dengan yang gw pikirkan....
"Euh... ga kok... ahahaha..... mmm... nanya apa tadi ya?", kata gw salting... gawat nih... gini deh klo kelamaan ga dikasih 'jatah'.
Dia tertawa lagi, "Tadi aku tanya, kamu ngapain disini?".
"Ohh iya... euh... lagi pingin... jalan-jalan aja", jawab gw masih salting. Sial, masa di depan cewe cantik nan sexy gini gw salting sih? ga gw banget gitu loh....
Si Namine berdiri dan berjalan menjauhi gw. Tiba-tiba dia berhenti. "Klo lagi jalan-jalan, gimana kalo jalan-jalannya sama aku aja? kita hunt bareng sekalian..", kata dia sambil melirik gw melalui sudut matanya dengan senyum yang menantang.
TRING! dalam sekejab gw udah berdiri di sampingnya. "Mana mungkin gw biarin wanita secantik kamu jalan-jalan sendirian di tempat berbahaya seperti ini", kata gw dengan penuh pengertian... (klo kata temen2 gw sih bilangnya penuh dengan nafsu... entah dari mana mereka bisa berpikiran seperti itu..)
Si Namine ketawa kecil. uoooghhh... manisnyaaa... OKEH! gw akan mencari arti dari 'kekuatan'!! wkwkwkwk.....
......
Si Namine ini rupanya grazier yang jempolan.... berapa kali kita bertemu momon-momon yang ga pernah gw liat, dia bisa membereskan semuanya dengan cepat dan rapih. Tanpa sempet gw bertindak apa-apa.... sial... gw jadi merasa ga guna gitu..... lagi gw berpikiran seperti itu, tiba-tiba di belakang Namine spawn seekor momon yang keliatannya cukup ganas. Gw langsung mencabut Field Lance gw, dan menerjang ke arah momon itu.
"Awas, min!!", teriak gw, dan menusukkan Field Lance gw sekuat tenaga. huhuhu.. akhirnya tiba saatnya gw menunjukkan ke'jantan'an gw... "CIAAATTT!!"........
WHUSH!!
Momon itu...... Menghindar!?!?! SWT!!! masa gw miss??!!!
DHUAKKK!!! twiiiiingg.... gw pun melayang dengan sukses di hantam momon tersebut. BRUG!! badan gw menghantam dinding yang panas, lalu terjatuh ke tanah. Rasa MALU gw bagaikan menghapus seluruh rasa sakit di badan gw, pot 5k juga kalah manjurnya........ Namine yang sudah menyadari situasi di belakangnya langsung mensummon Isis miliknya dan mengcast berbagai macam de-buff kepada momon tersebut. Ga sampe 1 menit, momon itu udah bye-bye...
Sial...
Namine menghampiri gw yang udah kembali duduk di tanah. Dia jongkok persis di depan gw. Tapi entah kenapa gw ga minat untuk ngintip celana dalemnya yang.................*lirik*....... putih. Dia memperhatikan muka gw dengan pandangan penuh pertanyaan.
"Mau ketawain gw? silakan... udah biasa", Kata gw sambil mengalihkan pandangan gw ke samping.
Namine tersenyum lagi, lalu tanpa gw duga, "Wahahahahha....", di ketawa.
"Swt.....", kata gw.
Namine berhenti ketawa, tapi masih dengan penuh senyum, "Loh? katanya disuruh ketawa?", jawabannya bikin gw manyun. Ngeliat gw yang manyun, dia malah ketawa lagi. "Boleh tanya?", kata dia.
"Kenapa?", jawab gw.
Terdiam sejenak, dia bertanya "Sebenernya.... kamu ini mau ngapain sih? gb pt dekat?", gw ga menjawab, "Soalnya aku agak bingung... kmu inikan cross job, kenapa ga gunain Animus2 kmu?".
"Apa gunanya Animus kalau yang punya cupu?", jawab gw agak ketus.
Dia pasang muka agak heran, "Lho? Pemikiran kmu agak aneh ya?", skarang gantian muka gw yang heran, "Mungkin karena kmu asalnya dari Warrior, jadi kurang ngerti ya rasanya jadi Summoner?", dia tersenyum memperhatikan gw yang mulai mendengarkan dengan serius. Dia akhirnya duduk di depan gw, entah karena pegel ato mulai nyadar klo celana dalemnya yang putih (dan ternyata berenda-renda) agak terlihat.
"Nah, skarang kan kamu tau, kalo Grazier itu adalah job paling empuk di Cora kan?", tanya dia. Gw ngangguk-ngangguk. "Nah kamu kalo jadi Grazier juga ga mungkin nyerang musuh sendirian dong?", gw geleng-geleng. "Jadi, udah ngerti kan?", gw geleng-geleng. "swt....." katanya, kemudian dia berdiri, "Yah, keliatannya kmu ga ngerti klo di jelasin dengan kata-kata, ayo berdiri!", katanya sambil mengayunkan tangannya. Merasa ditantang, gw berdiri. Dia melemparkan sebuh potion kepada gw.... Chaos pot?
Namine mengambil jarak dari posisi gw berdiri. "Coba serang aku", katanya. we? serius nih? Dia menenggak sebotol Chaos Pot miliknya. Dalam sekejap matanya berubah menjadi merah darah. "Kalo kamu ragu-ragu, kamu akan menyesal", lanjutnya. Buset, dari tatapannya, keliatan dia sama sekali ga becanda. Mau ga mau gw juga jadi minum tuh Chaos Pot. Seumur-umur gw baru pertama kali ini minum chaos pot, baru tau klo minum ini, seluruh pandangan gw jadi memerah, dan bawaannya pingin makan orang. Pantes aja si Namine jadi sangar gitu.
Namine men-summon Red Isis miliknya. Beuh... gimana caranya gw mau ngelawan Grazier veteran ditambah Isis salon nya?
"Ga mau maju?", tantangnya.
Sial, diremehin gw. Gw pun mencabut Field Lance gw dan mempersiapkan seluruh buff yang gw punya, lalu tanpa menunggu undangan langsung menerjang ke arahnya...
Namine mengarahkan tongkatnya ke arah gw, dan tiba-tiba gw jadi susah bergerak. Sial! Ensnare?!
DHUAR! Ugh!! RIsis miliknya menembak gw. BUSET! sakit bo'!! Namine kembali mengarahkan tongkatnya ke arah gw, dan armor yang gw pake sepertinya menjadi lembek... DHUARR!! Ugh!!! RIsisnya kembali menembak gw, dan sakitnya jadi 2x lipat!! Weakness!! Dalam posisi gw yang serba payah, Namine kembali mengayunkan tongkatnya dan sepertinya membatalkan seluruh buff yang udah gw cast tadi... Skill Thaw?!! sialan!!
Gw saat ini rasanya seperti bayi yang sedang dipermainkan. Dan ketidak-mampuan gw berbuat apa-apa saat ini, sama sekali tidak di hiraukan oleh Namine, dia mengangkat tongkatnya tinggi kearah langit, saat itu gw melihat langit berubah menjadi merah dan langit seolah terbelah dan mengeluarkan api..... swt.... Meteor?!!? Gila nih anak?!! dia serius mau ngebunuh gw??? Udah RIsisnya mencabik-cabik badan gw, dia mau menghabisi gw dengan Forcenya??
Gw udah ga bisa ngapa-ngapain lagi, tinggal pasrah menunggu nasib gw yang sepertinya skarang ada di tangan cewe sexy yang luar biasa ganas ini. Namine tersenyum sepertinya penuh kemenangan, ga gw duga dia menurunkan tongkatnya dan menyuruh RIsisnya berhenti menyerang gw. Lalu dia meng-cast Purge kearah gw dan melepaskan seluruh debuff yang tadi dia cast sendiri ke gw. Dia menenggak sebuah Potion lagi, sepertinya Potion yang menetralisir efek dari Chaos Pot. Dia menutup mata sambil meminumnya, selesai dia minum, mata indahnya yang berwarna coklat kembali seperti biasa.
"Nah... udah liat sendiri kan?", katanya sambil menghampiri gw. "Kekuatan seorang Grazier justru terletak di kerja sama antara sang Grazier dan Animusnya. Seorang Grazier tanpa Animus ga akan bisa memenangi sebuah pertarungan . Sama halnya sebuah Animus tanpa Graziernya", jelasnya. Lalu dia menambahkan, "Mungkin kamu ga tau karena tadi ga merasakan, tapi seandainya Meteor tadi jadi aku Cast, kamu pasti kuat nahannya. Karena kemampuan Force seorang Grazier masih jauh dibawah seorang Warlock. Oleh karena itu lah Grazier memiliki Animus, untuk menutupi kelemahan kami". Gw terdiam, kayaknya mulai mudeng arti dari perkataan dia.
"Kamu tau kan?", dia melanjutkan, "Seorang Templar memiliki skill untuk melipat gandakan kekuatan serangannya, seorang Black Knight memiliki skill untuk memperkuat tameng dan armornya, karena mereka masing-masing memiliki tugasnya sendiri-sendiri", dia terdiam sejenak, sepertinya menunggu respons dari gw. Tapi karena gw ga ngomong apa-apa, dia meneruskan kalimatnya, "Mungkin kamu ga menyadari, bahwa sebenernya seorang X-job itu memiliki hampir segalanya yang dibutuhkan oleh seorang pejuang..... Kekurangan daya serangmu, bisa di lipat gandakan oleh Isis dan Hecate, ketidak mampuan mu bertahan di tutup oleh Paimon, sementara Inana siap kapan aja kamu butuh support untuk menyerang sendirian", Dengan kata-kata dia, sepertinya kepala gw jadi enteng... tanpa sadar gw tersenyum sendiri. Tapi gw baru inget, gw udah nyakitin hati para Animus gw, apa mereka masih mau menemani gw?
"Tapi.... gw udah mengusir Animus-animus punya gw...", kata gw dengan nada sedikit kecewa.
Namine tersenyum, "Jangan khawatir.... Animus adalah makhluk paling setia yang ada di dunia.... kamu ga perlu takut kehilangan mereka... apapun yang kamu lakukan terhadap mereka", jawabnya enteng.
Namine memegang pipi gw dengan lembut, "Kalo kamu bisa memaksimalkan potensi kamu, dan menyatu dengan animus-animus kamu, kamu bisa jadi seorang patriot yang tak terkalahkan lho....", katanya dengan suara yang sangat menggoda, "Dan aku suka...... cowo kuat.....", katanya lalu menarik leher gw dan mengecup bibir gw dengan sensual. Setelah dia melepaskan bibir gw, dia berjalan menjauh dari gw sambil berkata, "Kalau kamu udah lebih kuat, cari aku ya....".
setelah bengong beberapa saat..................OMG!! semangat gw langsung naik 279%!! YOSHH!!! gw akan berusaha!! gumam gw sambil mengepalkan kedua tangan gw di depan muka.
Gw berdiri tegak dan menutup mata.
"Inana..", sebut gw dalam hati.
'iya...', jawabnya dari alamnya. Hmm... sepertinya kata-kata Namine bener...
"Hecate...", panggil gw.
'ya...', jawabnya.
"Paimon..", lanjut gw.
'Siap....', Suara berat Paimon menjawab panggilan gw.
'Cindy....', panggil gw pelan...
'......', .....lho?
"Cin?", ulang gw.
'......', nah lho... kok dia ga jawab?
"Cindy....?", jawab gw lebih jelas dan penuh perasaan.
'.........nape?', jawabnya dengan nada yang gw tau seperti lagi ngambeg. ahahaha... wah... gw baru inget, jangan-jangan dia cemburu gara-gara si Namine nyium gw barusan.
"Semuanya......", gw terdiam sebentar ".......maafin gw yah... apakah kalian masih mau menemani gw bertempur? gw ga akan sanggup sendirian, gw butuh kalian semua.... maaf ya... "
Tanpa gw suruh, mereka semua menampakan dirinya di hadapan gw. Terlihat muka mereka (kecuali Cindy yang sepertinya masih ngambek) berseri-seri... bahkan Paimon yang biasanya susah terlihat berekspresi, kali ini mukanya sepertinya seneng, meskipun dia ga tersenyum sama sekali.
"Makasih ya semuanya...", kata gw, mereka semua mengangguk (kecuali Cindy yang memalingkan mukanya dari gw), "Ayo kita mulai....", belom sempet gw selesai ngomong, terdengar suara teriakan cewe dari arah Namine pergi tadi. Gw dan para Animus-animus gw saling pandang, lalu berlari ke arah teriakan tersebut.
Sampe sana, gw terkejut melihat pemandangan di hadapan gw, Namine sedang di keroyok oleh 4 Accretia, 3 Striker dan 1 Battle Leader, kocak banget ada satu Striker yang ga pake Armor celana....nama di tag name nya...Bispak...?? Wiw... jangan-jangan hay dia... Eh salah... Bismark ternyata....Namine sudah terduduk di tanah dengan kondisi penuh luka-luka, sementara Hecate miliknya juga sepertinya udah ga berdaya.
"Namine!!" Teriakan gw membuat para kaleng-kaleng itu menyadari kehadiran gw, dan sepertinya terbengong ngeliat 4 Animus gw. Gw bergegas menghampiri Namine dan mengecek kondisinya. Meskipun cukup parah, tapi sepertinya ga membahayakan nyawanya. Gw suruh Inana untuk mengheal dia. Setelah luka-lukanya pulih, Namine sepertinya masih cukup terkuras tenaganya melawan kaleng-kaleng tersebut.
"Kamu disini aja yah, biar gw yang menghadapi mereka!", kata gw.
"Kamu yakin? ada 2 kaleng level tinggi lho disitu?", tanya dia khawatir.
Gw tersenyum, "Tenang aja... percaya sama gw..", gw berdiri dan menghadapi para kaleng-kaleng tersebut, dengan ekspresi 'C'mon!', lalu gw bergerak menjauhi Namine supaya pertarungan ini ga melibatkan dia.
Gw berkata kepada 4 Animus gw, "Kalian semua siap?", mereka mengangguk tanpa ragu, "Bagus! ayo kita daur ulang kaleng-kaleng ini!!". 'HOAAAAAAA!!!!", gw langsung merapal semua buff-buff yang gw kuasai, anehnya, kali ini buff-buff nya terasa lebih bertenaga dan berisi. Keempat Animus gw juga sepertinya merasakan keanehan yang gw rasain. Mereka, seolah-olah memberikan buff pada diri sendiri, mengalami perubahan dalam wujud mereka.
Paimon perlahan-lahan tubuhnya di balut logam berwarna perak, Tanduk-tanduk Hecate satu persatu mengobarkan api, Inana pun berubah warna perlengkapannya menjadi warna emas, begitu juga dengan Isis Cindy, dimana lingkaran di sampingnya berubah menjadi warna emas. Huhuhu... badan gw sendiri sepertinya diisi dengan tenaga tak terbatas.
Gw mengeluarkan tongkat gw, sambil berteriak "AYO!!", gw meng-cast Ensnare, Power Drain, Sloth, Weakness dan Elemental Burn kepada striker-striker yang ada, Animus-Animus gw, tanpa perlu gw perintah, bergerak sesuai kemauan gw. Hecate menyerang mereka dengan serangan areanya, dan membuat beberapa kaleng tersebut stun. Paimon menutup serangan yang dilakukan oleh Striker yang masih bisa menyerang dengan badannya yang dilapisi perak. Dari samping, Isis Cindy menembak Striker yang sedang stun dan Def Gaugenya turun terus akibat serangan Hecate. Dari belakang, gw menyeruak ke depan sambil membawa Field Lance gw dan melakukan Thrust ke kaleng yang diserang oleh Isis Cindy.
"HEAAAA!!", kaleng yang ga make celana itu tanpa sempat bergerak (ga bisa gerak juga sih karena lagi posisi Siege Kit) hanya bisa pasrah menerima Field Lance gw yang menembus badannya dan menghabisi masa aktifnya, setelah gw cabut, gw langsung melakukan Shining Cut ke Striker yang satu lagi,
TRANGG!! wew, ga ko'it dia. Pasti lvl tinggi nih, pake baju putih sih. Tapi serangan gw setidaknya cukup menimbulkan kerusakan yang ga sedikit.
DHUARRR!!!
UGH!!.... satu Striker lagi rupanya menghajar gw dengan Compound. Serangan dia cukup berasa dan membuat gw terpental, tapi begitu gw mendarat di tanah, Inana dengan sigap langsung meng-heal gw. Gw langsung mengarahkan jempol ke arah Inana, dia tersenyum.
Gw berdiri dan menghampiri tim gw (Animus-animus gw maksudnya). Dan melihat ke arah kaleng-kaleng yang sepertinya kewalahan menghadapi kita. Gw tersenyum penuh kemeenangan melihat mereka yang ga bergerak dan sepertinya bingung untuk menentukan langkah selanjutnya.
"Huh... sepertinya ini akan selesai dengan cepat...", gw mengeluarkan tongkat gw dan mengacungkannya ke arah mereka "Ayo kita selesaikan!!", seru gw.
TIba-tiba gw memperhatikan mata mereka menyala sekilas. Battle Leadernya menghampiri Striker yang gw tusuk tadi, dan melakukan entah apa terhadapnya yang membuatnya bisa bergerak lagi. Striker yang udah aktif lagi itu matanya menyala lagi sekilas. Sial!! Battle Leader itu membangkitkan temannya yang udah mati! berarti kita harus habisi Battle Leader itu duluan!
"Incer Battle Leadernya!!", teriak gw. Isis Cindy tanpa tunggu lama langsung menembak Battle Leader itu, DHUAR!! Battle Leader itu langsung terpental dan terjatuh, tapi langsung berdiri lagi. Striker-Striker yang ada langsung mengincar Isis Cindy,
DHUARR!! DHUARR!! DHUARRR!! Serangan mereka ditutupi oleh Paimon yang berdiri di depan Isis Cindy. Hecate dari samping langsung mengibaskan apinya untuk menghalau serangan para Striker-Striker tersebut. Satu Striker memisahkan dari dari barisan dan memancing Hecate, Setelah memasang Siege Kit lagi, dia menembakkan Launchernya, tapi muntahan senjatanya kali ini, berlemenkan air?!!! Peluru Cyclone??!!
BRUASHSHHH!!! Serangan dia menghalau api Hecate dan menghantam Hecate dengan elemen airnya yang membuat Hecate tidak sanggup melawan. Gawat!
"PAIMON!!", seru gw, Paimon langsung bergerak melindungi Hecate, Inana berusaha mengheal Hecate, tapi tidak berpengaruh, apakah karena elemen air tersebut?! Ketiga Striker yang ada memfokuskan serangan mereka kepada Paimon, seolah-olah ingin menghancurkan tubuh raksasa itu tanpa sisa. Tapi pada dasarnya def Paimon luar biasa, dia ga bergeming sedikit pun dari tempatnya. Tiba-tiba Battle Leader yang tadi dipentalkan Isis Cindy kembali lagi, dan meng-cast sesuatu, entah apa itu.
Tiba-tiba gw memperhatikan ada yang aneh dari Paimon.... Lapisan peraknya..... lumer?!! Lapisan peraknya hancur perlahan-lahan seiring dengan serangan dari ketiga Striker itu dan semkin lama terlihat lapisan emas dibalik perak yang luntur tersebut. Apakah...... Battle Leader tadi...... menurunkan Def Gauge Paimon??!
"CINDY!! BATTLE LEADERNYA!!", teriak gw. Isis Cindy menyadari bahaya yang terjadi dan langsung membobardir Battle Leader itu dengan serangannya, tidak perlu waktu lama bagi dia untuk meledakkan kaleng sialan itu! Rupanya dengan modarnya Battle Leader tadi, Def Gaugenya Paimon masih tidak kembali juga, Bahkan lapisan emas yang tadinya ada dibalik lapisan peraknya pun mulai hancur tiap kali dia menerima serangan Striker-Striker tersebut!! Inana terus berusaha meng-heal Paimon dan Hecate, tapi tidak berhasil, sehingga sepertinya dia makin kelelahan.
Gw menarik Field Lance gw, lalu menyeruak maju dan menyerang kembali Striker yang tadi gw tusuk. "CINDY!!", Isis Cindy mengerti maksud gw dan menggabungkan serangan dia ke target gw.
"HAAAAAAAA!!!", BRUAKKKKK!! Field Lance gw kembali menembus tubuh Accre yang sepertinya berlevel paling kecil (dan tidak bercelana). DHUARR!! Serangan tambahan dari Isis Cindy langsung meledakkannya.
Tapi gerakan gw kali ini sepertinya sedikit terlalu sembrono, Posisi gw saat ini rupanya empuk sekali bagi 2 Striker sisanya, mereka berdua mengarahkan moncong Launchernya ke muka gw, dan dalam hitungan detik, segalanya menjadi terang dari ujung selongsong mereka. Sial! gw melompat kebelakang sebisanya.
DHUAARRRR!!! DHUARRR!! Gw terpelanting karena hempasan anginnya. Tapi kok ga sakit? Saat gw melihat ke depan, Paimon rupanya kembali melindungi gw.... tapi.... Lapisan perak dan emasnya sudah hilang sama sekali.... dan serangan barusan... langsung menghantam badannya yang tak terlindungi lagi... Perlahan-lahan.... Badannya terurai menjadi cahaya-cahaya dan berangsur-angsur menghilang..
"TIDAAAK!!!! PAIMON!! INANA HEAL DIA!!", teriak gw. Tapi Inana tidak melakukan apa-apa, saat gw menoleh untuk melihatnya, dia sudah tersungkur di tanah, wajahnya luar biasa pucat dan sepertinya tenaganya sudah ada di titik terakhir, apakah karena berusaha mengheal Paimon dan Hecate dari tadi?? Dia sudah tidak bisa membantu apa-apa lagi. Gw hanya bisa menatap wujud Paimon yang pelan-pelan semakin menghilang berubah menjadi butir-butir cahaya.
DHUAR!! Tiba-tiba kaleng-kaleng itu dihujani serangan api, Hecate rupanya sudah bisa kembali menyerang, tapi tanduk-tanduknya sudah tidak ada yang mengeluarkan api lagi. Serangannya kali ini jauh lebih lemah dibanding serangannya saat kelima tanduknya masih mengeluarkan api. Isis Cindy berusaha membantu sebisanya dengan memfokuskan serangan ke satu Striker yang diserang Hecate. Satu Striker ber tag-name Soentul yang memiliki elemen air kembali menyerang Hecate.
BRUASHH!!! Serangan itu kembali membuyarkan api Hecate, dan sebelum serangannya mengenai tubuh Hecate, gw berlari dan berusaha menghalangi alur serangan Striker itu dengan badan gw. Tapi...
DHUARR!!! DHUARR!!! DHUARRR!! Doom Blast dari Striker yang satu lagi yang ber name tag Sukuna menghantam gw dan membuat gw terjembab serta terluka parah. Dalam ketidak berdayaan gw, gw menyaksikan adegan dimana Striker berlemen air tersebut meledak oleh serangan Isis Cindy, persis pada saat serangan elemen air miliknya menghajar Hecate untuk yang terakhir kali. Hecate pun, seperti Paimon, wujudnya mulai berubah menjadi butir-butir cahaya dan perlahan-lahan menghilang.
"HECATE!!!", gw berusaha berdiri dan meraih Hecate, berharap bila gw berhasil meraihnya, dia tidak akan menghilang. Saat itu gw menyadari kalau sebelah tulang kaki gw remuk dan tak mampu menopang badan gw sendiri. Gw menarik badan gw di tanah untuk berusaha mendekati Hecate yang semakin menghilang.... tanpa sempat gw sentuh.
SRIINGG.... tiba-tiba badan gw kembali terasa enteng dan kaki gw kembali ke kondisi semula, luka-luka gw pun mulai menutup. Dari ujung sebelahnya, gw melihat Innana meng-heal gw dengan susah payah menggunakan satu tangan sementara dia masih dalam kondisi terduduk di tanah, dan menggunakan satu tangannya untuk menopang badannya sendiri.
"JANGAN!! INNANA!! BERHENTI!!!", teriak gw, tapi Innana hanya tersenyum dan melanjutkan healnya hingga gw benar-benar sembuh. Seusai Heal yang terakhir, badannya langsung roboh ke tanah. Gw langsung berlari mendekatinya dan mendekap tubuhnya yang sudah tak bertenaga. "Innana!! Bangun!! Jangan kamu ikut-ikutan tinggalin gw!!", kata-kata gw udah sepertinya ga jelas dengan air mata yang mengalir entah dari kapan....
Innana tersenyum, senyumnya bagaikan seorang bayi yang polos... begitu murni..... "Innana....... kamu.... bagaikan seorang adik buat gw... tolong....... jangan pergi.......", isak gw. Isis Cindy yang berdiri di samping gw pun sepertinya mulai menangis.
Senyum Innana menjadi lebih manis... lalu dengan kata-katanya terakhir, 'Terima kasih........ ka....kak..........', dia pun perlahan-lahan menghilang menjadi butir-butir cahaya..... di pelukan gw......
Paimon.......
Hecate.....
Innana.....
Semuanya telah pergi......karena ketidak mampuan gw........
"UWAAAAAAAAAAAGGGGGHHHHH!!!!!!", teriakan gw seolah menggema di seluruh Volcanic Cauldron. Segenap energi kemarahan bagaikan memicu seluruh buff-buff yang gw miliki langsung menjadi GM. Isis Cindy mungkin merasakah kemarahan yang sama seperti gw. Badannya tiba-tiba mengeluarkan cahaya yang sangat terang, tapi perlahan-lahan cahaya itu berubah menjadi merah..... semerah darah. Perlahan tapi pasti, seluruh aksesoris dan pakaian Isis Cindy berubah menjadi merah, kulitnya yang putih pun menjadi kemerah-merahan...ditopang oleh tenaga baru, kita berdua mendekati kaleng terakhir.
Striker tadi sepertinya sudah kehabisan Ammo, dan Siege Kitnya tak bisa menutup. Dia susah payah berusaha melepaskan Siege Kitnya melihat kita yang menghampiri dia. Kayaknya dia paksain untuk melepaskan Siege Kit itu dengan mematahkan sebagian lengannya. Begitu dia terbebas dari Siege Kitnya sendiri, dia berusaha untuk lari.
WHISHH..!! Ensnare gw langsung menghambat larinya dia...
DHUARR!! RIsis Cindy menembak, dan menghancurkan sebelah tangan yang masih utuh dari Accre itu.
WHUSH..!! gw meng-cast Weakness, Elemental Burn, dan Sloth.
DHUARR!! RISIS Cindy menembak lagi, kali ini menghancurkan sebelah kaki dari Accre yang berusaha kabur itu. Dia pun tersungkur di tanah dan mencoba mendorong dirinya sendiri menjauhi kita dengan satu kaki.
Gw dan RIsis Cindy pun sampai di dekatnya, Accre itu membalikkan badannya, mungkin menyadari kalo dia udah ga bisa lari lagi.
"Ucapkan 'Selamat Tinggal' sama kerajaan lu...", kata gw sambil menatap Accre yang udah ga berdaya di hadapan gw.
"*&^@#&!!@##^@!!!", Accre tersebut berseru dalam bahasa yang gw ga ngerti. Gw mencabut Field Lance gw dan....
"PREASURRE BOMB!!!!"
DHUARRR!!! ............ Kaleng dihadapan gw sekarang udah ga berbentuk lagi, ga ada yang sisa...
.........
Paimon.... Hecate.... Innana.... maafkan ketidak mampuan gw untuk melindungi kalian semua....
Gw akan terus menjadi kuat....
Agar pengorbanan kalian tidak jadi sia-sia untuk gw....
Agar kalian bisa memaafkan gw.....
Air mata gw kembali mengalir perlahan.... RIsis Cindy mendekati gw, dan memeluk gw dari belakang.... gw bisa tau kalau dia juga lagi menangis.
'Jangan sedih ya..... aku ga akan tinggalin kamu....', katanya... gw mengelus pipinya, lalu membalikan badan gw dan mengecup keningnya serta memeluk tubuhnya. Perlahan-lahan RIsis Cindy menghilang dalam pelukan gw dan kembali ke alamnya.....
"Ravi...!!", dari belakang seorang cewe memanggil gw.. owalah... gw lupa kalo ada si Namine. Dia masih terduduk di tempat tadi. Gw berlari kecil menghampirinya.
"Hei... kamu gapapa?", tanya gw.
Dia melihat gw dengan khawatir, "Harusnya aku yang tanya gitu, maaf aku sama sekali ga bisa bantu tadi.."
"Ah... gapapa kok... Animus-Animus gw.... mengorbankan diri mereka dengan gagah berani...", balas gw, agak sedih saat ngomong gitu.
"Iyaa.. aku masih agak susah bergerak meskipun luka-luka ku disembuhin Innana mu, untuk nge-cast aja kayaknya lemes banget", katanya lagi.
Gw menggeleng-gelengkan kepala, "Gapapa kok... ga ada yang gw sesali.... semua terjadi karena ada tujuan...", Namine mengulurkan tangan dan mengelus pipi gw.
"Kamu.... jadi semakin kuat....", Namine menatap gw dalam-dalam.... lalu perlahan-lahan menarik leher gw..... gw pun mencondongkan badan mendekatinya, tapi, badan gw oleng, dan tanpa sengaja, tangan gw 'mampir' ke pangkal pahanya.....
dia terkejut....
dan...
gw.......
...SHOCK!!!
Gw buru-buru mundur sejauh mungkin dari Namine.
"Kenapa....?", tanya dia.
"Min..... kamu..........", gw ampir ga berani meneruskan kata-kata gw, tapi.. "..........HODE?!".
Dia geleng-geleng lalu berkata sambil mulai menangis, "Terus kenapa kalo aku hode? kalo emang cinta, kita kan bisa adopsi anak?".
Dalam sekejap perut gw bagaikan dikocok-kocok dan........... gw muntah di tempat....... UEGHHHH!!!
Entah sejak kapan, Namine udah duduk disamping gw. BUSET!! nih anak katanya tadi ga bisa bergerak?!!! kok bisa nyampe disini. Lalu dia meluk gw tanpa izin.
"Ravi.... kita pasti bisa bahagia bersama...", katanya.
"TIDAAAAAAAAAAAAAAAKKKKKKKKK!!!!!!!!!", raungan gw pasti bisa di dengar seisi Novus...... =================================== To be continued.... | |
| | | Lygatto Vice Admin
Jumlah posting : 474 Score : 1007 Reputasi : 0 Join date : 26.06.11 Lokasi : Beverlly Hills
Karakter Table: 1
| Subyek: Re: The Story Of Novus Wed 3 Aug - 6:00:43 | |
| The Story of Novus (Part 21) Show me the meaning of being lonenly...
===================================
Zinn keluar dari ruang perawatan prajurit dengan muka lesu, dia berjalan keluar dari markas Bellato.
................
Fuuhh... Hazel harus diopname selama 6 bulan....menurut dokter, kakinya yang hancur tidak bisa disembuhkan, tetapi bisa diganti dengan kaki mekanik.
..........mekanik....
gw menatap lengan mekanik gw yang di balut dengan kulit buatan........
Cindy.......
Apa yang dialami oleh Hazel mengingatkan gw beberapa waktu yang lalu.... dimana gw juga terluka parah..... oleh serangan...... Cindy.
Sial. Gw jadi teringat lagi sama mantan tunangan gw, yang di rebut oleh sahabat gw sendiri.... tapi setelah gw pikir-pikir lagi.... Meskipun mesumnya ga ketulungan, Ravi bukan tipe cowo yang akan mengkhianati sahabat sendiri.... apa yang terjadi itu bukan salah dia.... apakah itu... salah... Cindy? ataukah.... salah..............gw?
Gw mengingat lagi kejadian dimana gw pertama kali kehilangan Cindy, dimana gw bertemu dengan TherMiaN dan berduel dengannya. Setelah TherMian mundur, BMAU Cindy di hancurkan oleh seorang Warlock........ Andaikan.... saat itu.... bukan Cindy yang jadi sasaran Warlock tersebut, kalo aja dia menyerang gw.... mungkin...... semuanya tidak akan seperti ini.... mungkin Cindy akan lebih bahagia.... dan dia tidak harus mati tertusuk oleh senjatanya Ravi saat gw berduel dengannya. Cindy tidak perlu berada di tengah-tengah perasaan gw dan Ravi.
Andaikan..... gw yang mati.... mungkin semuanya akan lebih baik...
hmm? di depan gw ada 2 pasangan Bellato yang lagi berantem. Yang cewe sepertinya Holy Chandra, dan yang cowo sepertinya Shield Miller kalo diliat dari perisai gede yang dia bawa. si Cewe, dari name tagnya gw liat, Aina. si cowo sepertinya namanya Rakuen.
"Kamu sih, kan aku dah bilang aku lagi lawan diatas 2 musuh, kamu jangan deket2!", bentak si cowo.
"Abisan, kalo aku jauh-jauh, nanti yang nge-heal kamu siapa?!", si cewe kayaknya ga mau kalah.
"Kalo keadaan emang mendesak kan kamu bisa Recall aku!! jangan bandel deh klo dibilangin!", semprot si cowo.
"Meskipun gitu juga, kamu pikir aku bisa tenang ninggalin kamu sendirian kayak gitu, Ra?!", si cewe kayaknya bener-bener keukeuh sama pendapatnya.
"Aduuuhh.... kamu ini...", si cowo menampar mukanya sendiri saking geramnya. Jadi ga tahan untuk nimbrung...
"Ehem....", gw bergumam untuk menarik perhatian mereka.
Mereka sepertinya agak malu setelah menyadari kehadiran gw.
"Halo, Zinn", kata si Rakuen.
"Lho? kok kenal gw?", tanya gw heran.
"Hihihi... siapa yang ga kenal Zinn? AR yang membantai satu peleton Cora saat war beberapa waktu lalu...", Sahut Aina.
"Ah... enggak gitu kok.... waktu itu kebetulan aja..", Jawab gw tengsin sambil garuk-garuk kepala.
Rakuen menepuk punggung gw, "Ahahaha... Jangan merendah gitu ah... kemampuan yang bagus jangan di umpetin...", tawanya.
Entah kenapa, meskipun dari dulu gw selalu jadi yang terbaik di pelajaran maupun prestasi, tapi gw ga pernah terbiasa dengan pujian-pujian seperti ini.... Sekalipun kedua orang tua angkat gw yang memuji gw... seneng sih... tapi kayak ga nyaman aja....entahlah...
"WAAA!!", teriakan Aina menyadarkan gw dari lamunan. Gw dan Rakuen langsung melihat kearah Aina dan melihat dia seperti shock berat. Mata gw mengikuti arah pandangannya, dan gw melihat... Monica. "Ada Cora!! Raku!!", Teriak Aina, seru sendiri.
Rakuen menghela nafas panjang, "Hahh... Kamu ini.... masa ga tau dia sih?", Aina menatap dia dengan pandangan aneh, "Itu loooh... yang jadi mata-mata Bells di Cora... Kemaren-kemaren kita bisa dapet keuntungan di Chip War juga berkat informasi-informasi dari dia", Jelas si Rakuen.
Aina cuma bisa berkedip-kedip, "Masa ya?", Sejenak kemudian "Ouw.. Okaay", Rakuen kambali mengehela nafas panjang, dan klo di komik-komik pasti ada butiran keringat gede di samping kepalanya....huhuhu....
Mata Monica menangkap gw dari sudut pandangnya, lalu menghampiri kita sambil tersenyum. "Hai...", sapanya setelah berdiri cukup dekat.
"Halo", bales gw, "Kenalin, ini.....emmm", gw mau memperkenalkan kedua orang disamping gw, tapi gw agak-agak lupa namanya.
"Aina..", si Aina mengulurkan tangannya duluan, Monica pun membalas jabatan tangan Aina.
"Monica...", bales si Monica dengan tersenyum.
Gw liat Rakuen mau mengulurkan tangannya untuk memperkenalkan diri ke Monica, tapi tiba-tiba si Aina memeluk lengan Rakuen dan bilang, "Yang ini namanya Rakuen...", katanya ceria, "Dia punya gue lho...", lanjutnya dengan tatapan membunuh kepada Monica...... swt.... ganas betul...
"Ada apa hari ini dateng ke sini, Mon?", tanya gw untuk memecahkan aura membunuh yang ada di udara.
Monica yang kayaknya tadi bingung mau ngomong keliatannya cukup lega dengan pertanyaan gw, "Oh.. enggak, lagi memberikan informasi terbaru aja... biasa deh, laporan rutin", jawabnya.
"Ada kabar apa dari Cor.....aw!", Rakuen keliatannya mau nanya, tapi gw liat dari tangannya yang masih di jepit sama si Aina.... keliatannya dicubit...... tapi si Aina malah keliatan ga bersalah gitu sambil senyum-senyum.... swt.....
"Mmm...", Monica keliatannya agak ragu mau ngejawab si Rakuen, akhinya dia menatap gw dan menjawab pertanyaan tadi, "Ada kabar kalo Cora lagi membentuk pasukan rusuh untuk menyerang unit-unit MAU yang sedang farming di ether dalam waktu dekat".
"APA?!", kita bertiga serentak terkejut, gw perlu informasi lebih, "Kira-kira... ka...", tiba-tiba Aina memotong pertanyaan gw.
"DUASAR CORA GA TAU DIRI.... BANCI-BANCI @&!^&@*#^@&!", maki-maki dia.... Gw, Monica dan Rakuen hanya bisa berekspresi.............. swt. Rakuen yang sepertinya cukup mengerti si Aina, memeluk Aina dari belakang, dan berkata,
"Tenang sayang....", wah, ternyata cukup efektif, si Aina langsung diem, "Kita beresin mereka, OK?",
Aina tersenyum dan berkata "Pastinya!!", sambil mengepalkan kedua tangannya di depan muka.
"Anu... kayaknya pasukannya cukup banyak lho.... paling sedikit 2 party...", kata Monica kepada kedua pasangan itu.
Aina keliatan sewot, "HUH!! klo gue sama Raku yang urusin, pasti bisa beresin semuanya!!", katanya mencak-mencak, Rakuen dari belakang Aina mengisyaratkan kita untuk jangan berkata apa-apa lagi dengan menempelkan jarinya ke bibir.... kembali... gw dan Monica berekspresi........... swt.
"Ayo kita berangkat!!", seru Aina.
"He?", Rakuen kaget, "Berangkat kemana?", tanyanya.
"Ke Ether lah!? kemana lagi?", jawab Aina.
"WHAT?! mau ngapain kesana sekarang?!", seru Rakuen.
"Kita patroli disana!!", sahut Aina, dengan mata yang berbinar-binar. Rakuen menghela nafas panjang.
"Lho? Tapi...", belom selesai gw ngomong, si Rakuen kembali meletakkan jarinya ke bibir sambil meringis.....swt.... ia deh... gw ga jadi ngomong.
"Oke deh klo gitu, kita pergi dulu yah, sampe ketemu lagi", kata Rakuen kepada gw dan Monica.
"Cya....", lambai Aina. Lalu mereka berlalu meninggalkan kita, sepertinya mau ngambil duit dulu di bank.
Gw dan Monica jadi berpandang-pandangan, seperti mengerti arti pandangan gw, Monica mengangkat bahunya seolah berkata 'terserah...?'
Akhirnya gw menetapkan hati dan memanggil kedua pasangan itu, "Hei! Tunggu bentar!", mereka berdua berhenti dan menengok ke arah gw. Gw dan Monica berjalan menghampiri mereka. "Kalo kalian ga keberatan, kita berdua mau ikut", Aina menatap tajam ke arah Monica.
"Ngapain?", katanya sinis.
"Gw juga mau analisa lokasi, siapa tau bisa menentukan titik-titik rawan serangan Cora, dan Monica ini bisa membantu memberi opini untuk lokasi-lokasi arah serangan Cora", jelas gw. Si Aina manyun, tapi Rakuen menjawab,
"Oke, ayo kita sama-sama kesana, lebih banyak mungkin lebih aman", katanya ramah sambil mengelus-elus kepala Aina. Gw pun tersenyum dan kita bersama-sama ke bank untuk mengambil duit dan men-stock potion secukupnya. Karena unit MAU gw masih dalam perbaikan, gw mengambil senjata panah gw dari tempat penyimpanan, hei, gini-gini juga gw mantan Advanturer waktu di Cora.
.........
Setelah beberapa lama, akhirnya kita sampai di Ether setelah melalui perjalanan yang terasa lamaaaaa banget dengan pesawat Kartella. Dalam pejalanan yang lama itu, gw jadi tau kalo Rakuen dan Aina ini rupanya pasangan yang sangat mesra sekali. Dalem pesawat tadi mereka ga malu-malu untuk menunjukkan kemesraan mereka, malah gw sama Monica yang jadi malu hingga akhirnya memisahkan diri dari mereka berdua selama di pesawat.
Begitu keluar dari terminal, Angin dingin beserta salju-salju yang turun menyapu muka gw.... gw jadi inget........ Cindy....... dia selalu membalut leher gw dengan syal buatan tangannya sendiri tiap kali gw ada tugas ke Ether. Gw baru inget..... gw taro dimana ya itu syal? Gw ga pernah sentuh lagi semenjak gw ngebuang cincin pertunangan kita. Euh... Bukan cuma syal itu doang deng.... gw baru menyadari kalo semenjak Cindy ga ada, gw belom pernah ke Ether lagi.
"Zinn?", Monica yang berdiri agak di depan menyadarkan gw yang lagi bengong.
"Eh, iya?", sahut gw.
"Ayo kita jalan, Aina sama Rakuen udah jalan duluan tuh!", serunya.
"Ah, ok... sori, gw agak ngelamun", Jawab gw sambil mempercepat jalan gw.
Rakuen dan Aina udah nunggu di depan pintu terminal, lagi bermesra-mesraan.... swt. Setelah mereka menyadari kedatangan kita, kita pun mulai berjalan menuju White Hole....
Sesampainya di White Hole, terlihat cukup banyak unit-unit MAU yang sedang farming dengan menyerang monster-monster yang ada disana. Kelihatannya cukup damai.... kita ber-4 mulai berjalan mengelilingi daerah itu. Gw dan Monica ngebahas beberapa kemungkinan jalur-jalur yang akan dipakai oleh pasukan rusuh dari Cora. Dibelakang kita, Rakuen dan Aina mendengarkan dengan seksama. Tiba-tiba Aina berseru,
"Tunggu!", kita serentah berhenti dan melihat ke arah Aina. Aina memandang ke belakang dengan tatapan curiga.
"Kenapa, Ai?", Tanya Rakuen.
"Ssstt.... ada yang ngumpet....", katanya dengan muka yang serius, dan masih memandang ke arah tempat kosong. Rakuen mengangkat pedang dan perisainya ke posisi tempur. Gw dan Monica pun ikutan memasuki battle mode.
"Revealer!!", seru Aina sambil mengangkat tongkatnya tinggi-tinggi.
TRIING... sekejap semuanya menjadi terang, dan ga jauh dari posisi kita berdiri, nongol 3 orang Assasin dan Stealer. Buset! sejak kapan kita diikutin sama Cora-Cora ini?! Monica terlihat khawatir, pasti karena takut identitasnya sebagai mata-mata terbongkar...
"Aina! Rakuen! Jangan sampe ada yang selamat! Bunuh semua!!", teriak gw. Monica menenggak Chaos Pot untuk membantu kita membereskan para stalker2 ini, dan langsung mensummon Hecate miliknya.
Rakuen dan Aina rupanya sudah cukup berpengalaman dalam urusan bertempur, dan kekuatan serangan Rakuen meskipun sebagai seorang Shield Miller kuat banget! mungkin ampir sekuat seorang Berserker. Ditambah kemampuan bertahannya yang tinggi, dia hampir sempurna sebagai seorang prajurit. Belom lagi dengan full support dari Aina, kemampuan Rakuen seolah-olah menjadi berlipat-lipat. Bener-bener pasangan yang mantap.
Ga perlu waktu yang lama untuk kita membereskan ketiga Coro itu. Mereka emang luar biasa lincah, tapi dengan de-buff abis2an dari kedua spiritualist yang ada, kelincahan mereka semua bisa kita kunci. Berdirinya Rakuen di garis depan membuat kita semua yang berdiri di belakangnya merasa tenang dengan kemampuannya menggunakan perisai besar itu.
Setelah para Coro-coro itu bobo di atas salju, Aina lompat-lompat kegirangan dan menepuk-nepuk pantatnya di depan mereka. swt... Fiuh... untung ga ada dari mereka yang lolos, kalo ada yang lolos, bisa-bisa identitas Monica bakalan terbongkar. Wajah Monica juga terlihat lega.
"Sepertinya mereka melakukan hal yang sama seperti kita", kata Rakuen.
"Yah, gw rasa juga gitu...", sahut gw.
"Masalahnya tinggal, apakah mereka ini lagi survey lokasi doang, atau justru pasukan pendahulu?", kata Monica.
Rakuen menyahut, "Ah iya ya.... sayang udah ga ada yang bisa kita tanyain, kalo salah satu masih ada yang bernaf.....", Kata-kata Rakuen terhenti saat dia membalikkan badan untuk melihat ke arah boyband yang lagi bobo itu, sebuah panah melesat tipis di pipinya.
SHUUUUTTT....... JLEB!!
Panah yang melesat dari belakang Rakuen itu mengenai......... Monica!
"Uhk!" , Monica memuntahkan darah dari mulutnya dan wajahnya seperti ga percaya saat sebuah panah menembus bahu kanannya. Diapun roboh ke atas salju. Dari belakang Rakuen terlihat, Stealer yang tadi ada yang masih hidup!! sial!! jangan-jangan dia pake skill Fake Death!!
Belom sempet kita semua bereaksi, Stealer itu menghilang lagi. Aina entah kenapa terbengong melihat kondisi Monica.
"Ai!! Revealer!! Cepet!!", teriak Rakuen. Aina yang tersadarkan dari bengongnya melihat-lihat di sekelilingnya dan meng-cast Revealer. Tapi Stealer tadi udah ga terlihat lagi. Dia berhasil kabur.... gawat........ ini gawat...... Tapi sekarang prioritas utama adalah menyelamatkan nyawa Monica.
"Aina! Kamu ga bisa heal dia?!", tanya gw sambil berlutut disamping Monica yang lagi bernafas dengan susah payah.
"Mana bisa?! Ngaco aja! Dia Grazier kan? suruh panggil Innanya aja?!", jawab Aina rada panik.
"Oh iya, Mon, kamu bisa summon Innana kamu?", tanya gw ke Monica. Monica yang keliatan cukup menderita meraih tongkatnya, lalu menggenggamnya, dia sepertinya berusaha meng-cast sesuatu, tapi mulutnya ga sanggup mengeluarkan kata-kata.
"Dia ga bisa nge-cast?", tanya Rakuen.
Gw memperhatikan Monica yang sepertinya kesakitan sekali setiap mau berbicara, "Kayaknya sih gitu". Mungkin akibat panah yang masih tetancap di bahunya? Gw memegang batang panahnya yang tertancap cukup dalam, berniat untuk mencabutnya, "Mon, tahan ya?", Monica mengatupkan bibirnya rapat-rapat dan mengangguk pelan.
Setelah menarik nafas panjang, dengan satu tarikan pelan tapi pasti, gw mencabut panah itu, Monica mengerang kesakitan, "uuugGGGHHHHKKKKK!!!", darah segar muncrat dari lubang di bahunya, gw yakin rasanya ga menyenangkan sama skali. gw langsung berusaha menutup lukanya dengan sobekan lengan baju gw. Setelah erangannya itu, Monica pingsan, dan gw sempet rada panik juga.
"Mon? Mon?", seru gw sambil namparin pipinya pelan2.
PLAKKK!!! duh! si Aina nampar pipi gw kenceng banget.
"DASAR BEGO!! Masa orang pingsan di tampar-tamparin sih?!! Dasar cowo!! kebanyakan nonton film lo!!", bentak dia. Gw cuma bisa terbengong abis ditampar.
"Cepet gendong dia! Kita harus bawa dia ke tempat yang hangat, klo kita terus ada di tempat dingin, suhu badannya bisa ngedrop dan dia bisa mati", seru Aina. Gw langsung membopong Monica, dan kita bertiga mencari tempat untuk merawat Monica, sekaligus bersembunyi dari sergapan pasukan Cora yang mungkin skarang lagi nyari kita ber-empat.
Ga jauh dari tempat kita bertarung tadi, ada sebuah gubuk. Entah bikinan siapa, entah orang yang punya masih ada ato nggak. Rakuen masuk duluan untuk mengecek situasi di dalem. Tiba-tiba...
"UWWAAAA!!", Rakuen berteriak dari dalem. Gw buru-buru meletakkan Monica di atas salju dan merangsek masuk mengikuti Aina yang udah nyelonong duluan.
"Kenapa, Raku?!", seru Aina khawatir. Rakuen yang berdiri disana, sendirian, ngeliat kita dengan ekpresi salah tingkah.
"Euh... enggak..... itu.... tadi.... ada.......*uhuktikusuhuk*", kata Rakuen agak-agak pelan. Mukanya kayak malu-malu gitu.
"Ha?! ada apaan?", tanya gw penasaran.
"*UHUKTIKUSUHUK*", jawaban Rakuen yang udah dikencengin masih ga jelas juga buat gw, tapi buat Aina keliatannya cukup jelas.
JEDUG!! gubrak..... Aina menghadiahkan satu bogem mentah ke rahang Rakuen. Si Rakuen ampe ngejengkang gitu... kalah kayaknya Berserker sama si Aina.....
"GARA-GARA TIKUS KMU TERIAK GITU?!!! KAMU INI COWO APA CEWE SIH?!!", bentak Aina. ZZZZZZZZ... si Rakuen barusan teriak gara-gara tikus?! swt...!!
"Bukan masalah cowo ato cewe sayang....", jelas Rakuen, "Tadi aku lagi sweeping udah kayak di game Rainbow Six.... namanya lagi konsentrasi penuh, wajar doong kaget gara-gara kaki aku di tabrak tikus?!", ekspresi Rakuen memelas banget waktu dia ngomong gitu. Hayah.... gw jadi ninggalin si Monica tuh di luar sendirian. Gw pun keluar untuk mengambil Monica (emangnya barang?). Saat gw keluar.... Monica..... udah ga ada disana!!
"Rakuen!! Aina!! Monica hilang!!", seru gw. Rakuen dan Aina bergegas keluar, dan kita bersama-sama celingak-celinguk. Ga perlu waktu lama untuk kita menyadari....
....klo gw salah inget naro si Monica di mana, karena dia masih tertidur dengan nyaman di tumpukan salju yang empuk, persis di tempat yang gw taro tadi.... dan bukan tempat yang gw liat barusan.....
GLEPOK!! Aina dengan sukses menampol rahang gw. Skarang gw yang ngejengkang.
"Kalian cowo-cowo kok pada DODOL-DODOL semua sih?!!", bentak Aina sewot.
Rakuen memegang pundak Aina, "Sayang, kamu jangan galak-galak knapa s.....", blom sempet Rakuen menyelesaikan kalimatnya, Aina udah menatap Rakuen dengan tatapan membunuh, dia langsung mundur 2 langkah tanpa aba-aba.
"nngghh....", dari tempatnya, Monica mengerang. Gw langsung buru-buru bangun dan membopongnya lagi. Kita berempat pun langsung masuk ke dalem. Rakuen dan Aina membereskan sebuah meja yang sepertinya bisa di pake untuk Monica tiduran. Gw merebahkan Monica di sana. Saat itu, Monica melek, dan berusaha bangun, "UGH!", tapi rasa sakit di bahunya membuat dia ga mampu duduk.
"SShhh... jangan bangun dulu, tiduran aja. Luka kamu cukup parah nih...", bujuk gw.
"Ini..... dimana...?", tanya Monica.
"Di tempat yang aman........ semoga", jawab gw. Aina ngejitak gw dari belakang. Buset.... apaan sih?! Aina menatap gw dengan tatapan membunuh lagi... bikin gw jadi ga bisa ngomong apa-apa.
"Luka mu perlu cepet dirawat. Masih ga bisa panggil Animus?", tanya Aina. Monica geleng-geleng. "Yawdah, kita rawat secara konvensional aja, Bajunya di buka dulu ya?".
"Ha?!", gw dan Rakuen berseru berbarengan.
"Kalian keluar dulu, gw kasih dia pertolongan pertama dulu, seenggaknya bisa mengehentikan pendarahannya", kata Aina serius. Gw sama Rakuen liat-liatan dan dia mengangkat bahunya.
"Yawdah, kita keluar dulu", kata gw. Baru aja gw mau berjalan pergi, Monica meganging tangan gw. Mata Aina berkedip-kedip ga jelas, trus ekspresinya yang 'nguehehehe...begitu ya...?', tapi gw sendiri juga bingung sama apa yang terjadi.
"Yawdah, Raku, kmu keluar dulu deh, jaga diluar ya..", kata Aina.
"Okay..", kata Rakuen, sambil berjalan keluar.
"Kalo ada apa-apa, teriak yaa, sayang" gubrag... kayaknya Rakuen nyungsep tuh di depan pintu denger kata-kata Aina. Aina-nya cekikikan.
Setelah Rakuen menutup pintu, Aina menyuruh gw untuk membelakangi mereka. "Jangan ngintip!", katanya. Jadi gw ngadep tembok dulu deh. Dari belakang, Monica mengerang-ngerang (dan kedengerannya cukup... euh... menggairahkan), sepertinya Aina lagi membersihkan luka-lukanya
"Ah..."
"Sakit? tahan ya.."
"hu..uhhh..."
"mmmhh..."
"aw!"
"aahhh.... aww... pelan-pelan....."
SWTTT!!! gw ga ngeliat mereka malah jadi lebih parah!! imajinasi gw jadi kemana2!! dan siksaan ini berlangsung kurang lebih 10menitan....
"Nah... selesai", akhirnya Aina berseru. Gw membalikkan badan dan melihat bahu Monica udah terbalut dengan rapih dengan perban, sementara armor Spiritualisnya yang di bagian pundak dan leher ga di pake lagi. jadi keliatan kayak make kemben dia.... swt.
"Wah... hebat ya perawatannya...", puji gw.
"Hmph... wajar dong... gw kan HC!", sahut Aina. "Ah.. Mon, rambutmu itu di pinggirin dulu ke sampingnya, jangan sampe kena perbannya, ntar bau lho...", lanjutnya.
"Ah.. iya...", Monica-pun menguraikan rambutnya kesamping dengan sebelah tangan dan memperlihatkan lehernya yang..... ber-tanda lahir..... sama kayak punya gw?! Monica memperhatikan ekspresi gw yang shock, dan menyadari kalo gw lagi ngeliatin tanda lahir di lehernya. Dia menatap gw dan tersenyum.
"Mon.... kok... kamu.....", kata gw terbata-bata. Monica senyum-senyum penuh arti. Aina yang bingung gitu ngeliatin kita berdua.
"Mmm... Halo............ kakak..", kata-kata Monica bener-bener menyambar gw bagaikan petir. Kakak? gw.... punya ade?!
"Tapi.... kok.....", gw ga ngerti mau ngomong apa.
"hmmm... kayaknya gw mendingan keluar dulu kali ya...?", kata Aina sambil melangkah keluar dari gubuk ini.
Gw dan Monica terdiam seribu bahasa untuk beberapa lama, hingga akhirnya dia yang berinisiatif memulai pembicaraan.
"Seperti dugaan ku, Kakak ga tau tentang aku kan?", tanyanya, gw geleng-geleng, masih dengan ekpresi ga percaya. "Mm... apa... kakak mau denger ceritanya?", tanya Monica agak ragu. Pertanyaan yang bodoh... jelas aja gw mau tau.... karena masih ga bisa ngomong, jadi gw ngangguk-ngangguk aja.
Monica nyari posisi duduk yang enak, lalu dia mulai bercerita, "Begini ceritanya....", gw menelan ludah.... seakan-akan mau memasuki dunia yang sama sekali gw ga kenal. "Orang tua kita, seperti yang kakak tau, merupakan pernikahan antar bangsa. Papa dari Cora dan Mama dari Bellato. Kita berdua sebenernya adalah anak kembar, kakak lebih banyak mewarisi gen Bellato, sementara aku lebih banyak mewarisi gen Cora. Saat orang tua kita dihukum mati oleh pengadilan Cora, Papa menitipkan kakak kepada adiknya, sementara Mama menitipkan aku ke sepupunya yang ga mempunyai anak". Gw yang terbengong menyadari klo rahang gw masih belom tertutup untuk beberapa lama, jadi tenggorokan gw agak kering. Gw pun menutup mulut dan menelan ludah.
Monica memperhatikan gw sesaat, lalu melanjutkan ceritanya, "Waktu aku berumur 12 tahun, orang tua angkat aku memberitahukan kenyataan tentang orang tua aku, dan keberadaan kakak, berdasarkan cerita dari Mama, tapi rupanya Papa lupa memberitahu orang tua angkat kakak klo di dunia ini ada aku, makanya kakak ga tau apa-apa soal aku".
"Lalu... kenapa kamu bisa jadi spiritualist di Cora?", tanya gw.
Monica menarik nafas panjang, lalu menghelanya pelan, "Waktu aku berumur 14 tahun, aku minta izin sama orang tua angkat aku untuk nyari kakak ke Cora. Dan karena aku banyak mewarisi gen Cora, tinggi badan aku cukup mencukupi untuk jadi bangsa Cora, malah kalau di Bellato, orang-orang melihat aku agak aneh...", sesaat dia meringis dan memegang bahunya, mungkin obatnya lagi bekerja dan merangsang pembentukan sel2nya dan membuatnya terasa sakit. "Setelah melalui berbagai ujian, aku berhasil masuk ke akademi, makanya aku ada 2 tahun di bawah kelas kakak. Dan ternyata, menemukan kakak sama sekali ga susah, karena kakak cukup terkenal dan mempunyai banyak fans lho di akademi. Trio ZTR udah kayak selebriti aja lho kalo di akademi".
"ZTR?", tanya gw heran.
"Zinn-TherMiaN-Ravi, si Charming, si Keren, dan si Playboy...", kata dia cekikan.
"Wew... masa sih?", sahut gw salting.
"ahaha... jangan ke ge-er-an gitu ah kak...", canda Monica.
"Tapi... kenapa kamu ga pernah ngomong sama gw?", tanya gw (sambil mengalihkan perhatian).
"Emm... aku ga tau harus ngomong apa..... masa aku dateng tiba-tiba di depan kakak dan bilang, 'halo kak! aku ade-mu lho..!', gitu? Orang kayak kakak gitu langsung bilang 'Oh...adikku...kemana saja dirimu??', klo si Ravi mah pasti ngomong gitu entah ade apa bukan juga sambil dipeluk...", jelas Monica.
"Ow...oke... masuk akal..", jawab gw.
"Setelah lulus dari Akademi, aku denger gosip kalo kakak membelot ke Bellato... aku sebenernya seneng.... karena rumah aku yang sebenernya ada disana. Aku juga bertahan di Cora setelahnya untuk melanjutkan peran sebagai mata-mata karena begitu mencintai bangsa Bellato, dan seandainya orang yang aku sayang masih berada disana, pasti aku akan ajak dia untuk membelot ke Bellato juga", tutur Monica.
"Orang yang kamu sayang? siapa? masa...... si Ravi??", tanya gw curiga.
"Bukan.... mm..... si.... TherMiaN", jawab Monica malu-malu.
"Ow si TherMiaN.... yaa... klo dia sih gapapa..............................WAK?! THERMIAN?!! Dia kan udah jadi...", Sentak gw, kaget.
"Swt.... reaksi kakak kok sama kayak si Ravi sih?", ketusnya.
"Ya wajar lah?? dia kan udah jadi....", seru gw.
"Biarin knapa sih?!!", bentak Monica, wew.... galak betul.... gw kayaknya ga segalak itu deh? apa gini yah anak kembar?
"ok...ok... sorii.... mending kita bahas yang lain...", kata gw.
BRAKK!! Aina menerobos masuk ke dalem. Bikin gw sama Monica sampe lompat karena kaget. Ekspresinya kayak abis ngeliat hantu.
"Gawat! Pasukan rusuh Cora udah nyampe sini!!", serunya.
"APA?!", gw dan Monica bereaksi berbarengan, kita semua buru-buru keluar dari gubuk itu. Rakuen terlihat lagi mengamati situasi di balik sebuah pohon besar. Dia melihat kita keluar dari gubuk, dia mengisyaratkan dengan jarinya supaya kita jangan berisik. Lalu mengisyaratkan agar kita mendekat perlahan-lahan. Begitu kita berdiri di dekatnya, Rakuen menunjuk dan pandangan kita mengikuti arah tanganya..... dan melihat..... Cora..... banyak banget! ini bukan cuma 2 party...... 5 party?!! Gila!! 40 orang?! dan diantara mereka, ada satu Stealer yang tadi lolos dari sergapan kita. Bah, identitas Monica pasti udah terbongkar. Mau ga mau dia harus kita bawa pulang.
Rakuen ngeliatin gw dengan muka super khawatir. Sorot matanya bagaikan berkata, 'kita ga akan bisa bertahan hidup dari serangan mereka', lalu dia berkata, "Kita harus pergi dari sini... kembali ke terminal.... skarang juga...", kita semua mengangguk. Kita berusaha untuk kembali ke Terminal dengan sangat sembunyi-sembunyi, sementara pasukan rusuh Cora itu mulai memisahkan diri dan membagi pasukannya menjadi beberapa bagian. Sepertinya mereka mau men-sweeping area ini seluas mungkin.
Jalan kita untuk kembali ke Terminal emang sangat-sangat sulit. Baru beberapa langkah, kita harus ngumpet karena ketemu pasukan Cora yang mencar-mencar. Pada satu kesempatan, kita harus ngumpet dari 3 Cora yang sweeping. Rakuen dan Aina saling bertukar isyarat tangan yang kayaknya mereka doang yang ngerti. Tapi kalo gw tebak, mereka mau coba menjatohkan 3 Coro itu. Rakuen lalu melihat gw dan memberi isyarat dengan menunjuk Cora-Cora itu. Gw mengangguk.
Rakuen tiba-tiba melompat dan menghalangi jalan para Coro itu dan mengalihkan perhatian mereka kepada dirinya. Sementara Aina dari jarak yang cukup aman mengcast Ensnare, Optic Palsy dan semua de-buff2 penting. Tanpa aba-aba lagi, Rakuen mengayunkan senjatanya dan melumpuhkan Coro-Coro itu, gw membantu seadanya dengan panah gw. Kali ini, Rakuen ga mau melakukan kesalahan yang sama. Setiap ada Cora yang jatuh ke tanah tak berdaya, dia menancapkan pedangnya sekali lagi untuk memastikan bahwa lawannya bener-bener mati. Wajah dan tubuhnya yang dilumuri darah musuhnya seperti menegaskan kalo dia bener2 khawatir akan keselamatan kita.
Tapi... apa mau dikata? mungkin emang nasib lagi ga berpihak kepada kita, tiba-tiba langit menjadi cerah dan terdengar...
DHUAR!! DHUAR!! DHUARR!! kita semua melihat ke arah langit.... kembang api?! agak jauh terlihat seorang Dark Priest menyalakan kembang api! sial!! kita ketauan!! Rakuen langsung berteriak,
"Lari!! cepetan!!", serunya. Kita pun buru-buru lari untuk menghindari sergapan pasukan Cora. Tapi... bagaikan udah ditakdirkan... ternyata posisi kita udah berada di tengah-tengah kematian. Dari depan, belakang, samping, dari semua arah, udah berdiri Cora-Cora yang kayaknya ga akan membiarkan kita lari segampang itu.
"Raku....", kata Aina gemetar, sementara dia memeluk lengan Rakuen dengan kencang. Monica pun jadi merapat ke punggung gw, dari tubuhnya yang gemetar, gw bisa rasakan ketakutannya. Jangankan dia, kaki gw saat ini rasanya lemes banget ga bertenaga.... Apakah kita semua akan berakhir disini?
"Ai...", suara Rakuen agak bergetar, tapi tatapan matanya tetep tajam kedepan.
"Ya?", jawab Aina.
"Di samping kita, ada beberapa Coro lvl cupu, kalo aku ga salah liat armornya, mungkin baru lvl 30an... nanti kita buka jalan dari situ, dan kalian lari secepetnya ya, siapin speed sama purge mu supaya kalian bisa lari dengan lancar, Mon, kamu juga ya", kata Rakuen. Monica mengangguk agak ragu-ragu.
"Kalian? kamunya?!", tanya Aina balik.
"Aku akan tahan mereka disini", jawab Rakuen.
"APA?! Jangan gila deh?!! masa kita ninggalin kamu disini untuk mati?!! aku GA MAU!!", bentak Aina.
"AI!! denger!! kamu kan bisa Recall aku?! nanti seperti biasa klo lawannya kuat, kalo kamu udah ada di tempat yang aman, langsung recall aku!!", bentak Rakuen balik. Aina terdiam sejenak karena kaget. Tapi dia berteriak balik.
"Ga mau!! kalo itu kan musuhnya cuma 1 sampe 3 orang doang?!! ini ada 40!!! kalo kamu mau nahan orang sebanyak ini, sama aja cari mati!!".
"Ai, percaya sama aku ya..", Usai mengucapkan kalimat itu, Rakuen mencium bibir Aina,, lalu dia mengangkat pedangnya, menatap gw dan Monica sejenak, lalu setelah kita mengangguk, dia mengangguk balik dan berteriak, "Sekarang!!", seketika Aina mengcast speed untuk dirinya dan gw, sementara Monica dengan susah payah meng-cast speed untuk dirinya sendiri. Rakuen langsung menerjang ke arah Cora-Cora yang cupu dan bodohnya, yang cupu-cupu itu terpusat di satu bagian. Gw sambil ikutan berlari bersama Aina dan Monica membantu Rakuen sebisa mungkin dengan menembakan panah gw ke arah Coro-coro yang Rakuen serang, cukup dengan beberapa kali salto dari Rakuen, jalan untuk kabur udah terbuka lebar.
"Lari!!!", teriak Rakuen sambil menancapkan pedangnya ke dada Cora yang sedang tersungkur di atas salju, saat gw melewati Rakuen, dia tersenyum kepada gw, matanya seolah berkata 'gw titip mereka ya'.
Gw, Aina, dan Monica berlari sekuat tenaga, saat gw menengok ke belakang sesaat, gw melihat sebuah pemandangan yang luar biasa. Rakuen berdiri setegar karang menghadang lautan pasukan Cora yang menerjang dirinya bagaikan tsunami.... tapi kita ga berhenti berlari... jangan sampai pengorbanan Rakuen sia-sia....... gw pun kembali melihat ke depan.
...............
Akhirnya..... kita sampai. Setelah sampai cukup dekat terminal, dimana jangkauan Guard Tower pasti mampu mencapai kita. Aina langsung membalikkan badan dan mengeluarkan tongkatnya. Buru-buru dia mengangkat tongkatnya tinggi-tinggi, dari mukanya terlihat kekhawatiran yang luar biasa.
"Recall!!", teriaknya.......... tak ada yang terjadi......
"RECALL!!", teriaknya lagi.... masih ga terjadi apa-apa. matanya menjadi berkaca-kaca...... Gw dan Monica saling bertukar pandang, mata Monica juga mulai berkaca-kaca.
"RE..CALL!!, dia berteriak lagi...... kali ini setengah terisak.... Monica juga mulai menutup mulutnya menahan air matanya yang mulai ga tertahankan.
Aina terjatuh berlutut..... air matanya udah tumpah ruah....... sekali lagi dia mengangkat tongkatnya ke atas kepalanya..... "RECALLL!!!!!", pekiknya pilu......
Gw dan Monica mendekati dia, berusaha menghibur dia. Tapi baru kita menyentuh pundak Aina, di hadapan kita muncul cahaya.
SRIINGGG.... Perlahan-lahan wujud... Rakuen masih berdiri tegak membelakangi kita, keadaannya ga terlalu bagus, Pedangnya yang berlumuran darah udah patah setengah. Perisai besarnya yang digenggam erat di tangan kiri pun udah hampir ga berbentuk.... dari tempat kita ngeliat, armornya depannya keliatannya juga udah ancur-ancuran yang belakang sih cuma ada gores2an sedikit..... Belom lagi darah yang menetes di salju disekitar kakinya..... tapi yah setidaknya dia masih bisa berdiri.
Muka Aina langsung berseri-seri melihat pujaan hatinya masih hidup. Dia langsung berlari kesenengan dengan air mata yang belom berhenti, gw dan Monica pun turut mendatangi Rakuen dengan senyum.
"RAKU!!", Aina langsung memeluk Rakuen dari belakang. Gw pun menepuk pundak Rakuen dan memberikan selamat. Tapi, saat gw mau menatap matanya..... mata gw terbelalak......betapa terkejutnya gw....
Kondisi Rakuen sangat-sangat mengenaskan, wajahnya udah ga berbentuk lagi, bagaikan dihanguskan oleh kekuatan api, dadanya pun udah robek-robek dan bolong-bolong oleh tebasan entah berapa pedang, dan darah mengucur dimana-mana. Dan dia..... udah ga bernafas...... dia......... udah......... mati......? Monica yang baru melihat kondisi Rakuen setelah gw langsung *sensor*ik tertahan dan menutup mulutnya, lalu langsung menyembunyikan diri di pelukan gw.
"Raku...?", Aina yang masih memeluk Rakuen dari belakang masih belom mengetahui kejadian sebenernya. "Kok kamu diem aja sih?", lalu Aina melihat gw dan Monica yang sedang terisak. Dengan memasang tampang heran, dia pun bergerak memutari badan Rakuen dari samping untuk melihat wajahnya.
Gw buru-buru melepaskan Monica dan mencoba meraih Aina sebelom dia melihat kondisi Rakuen. Tapi terlambat, sebelom gw sempet menarik tubuhnya menjauhi Rakuen, Aina udah keburu ngeliat sosok Rakuen yang mengenaskan. Gw menarik tubuh Aina saat ekspresinya dalam kondisi shock berat.
"RAKU?!! RAKU!!! JANGAN!!! LEPASIN GW!!!! RAKU???? RAKUUUU????!!!!!!!! RAAAAKKUUUUUU!!!!!!!", Aina berteriak-teriak dan berontak bagaikan kesurupan, gw aja kesulitan untuk menahan badannya yang kecil itu. "NO..... RAKUU... NOOOO...... KENAPAA....???!!! nooooo..... katanya kamu ga akan ninggalin akuuuu...... UWAAAAA..... RAKUUU!!! NOOO!!!! KATA KAMU KITA AKAN SELAMANYAAA?!!! KATANYA KAMU MAU NIKAHIN AKUUUU!!!! NOOOO!!!! RAKUUU!!!! WUUUAAAAAA!!!!!!!!", teriakan Aina di antara hujan air matanya sangat-sangat menyayat hati gw dan Monica hingga kita juga ga mampu menahan tangis yang deras.....
Akhirnya Aina berhenti berontak, dan mencengkeram lengan gw dengan sangat kuat, "Raaakkuuuu..... kenapaaaaa.......... huaaaaaa..... kenapaaaaaaa ga aku aja yang matii....aaaaaaaaaaaa..... apa kamu ga tau kalo aku ga bisa apa-apa tanpa kamuuu....... Rakuuuuu....... JAWAB AKUUU!! RAKUUUUUU!!!! KENAPA GA AKU AJA YANG MATIII???!!!! huaaaaaaa........", kata-kata Aina bagaikan menusuk hati gw..... Cindy...... apakah seandainya saat itu...... gw yang mati.... Cindy akan seperti ini........
"RAKUUUU!!!!! HUWAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAA!!!!!!!!!!", Aina berteriak sekuat tenaga.... Gw menatap ke arah langit....... Rakuen....... pengorbanan lu...... ga akan sia-sia........ terima kasih.......
=============================== To be continued...... | |
| | | Lygatto Vice Admin
Jumlah posting : 474 Score : 1007 Reputasi : 0 Join date : 26.06.11 Lokasi : Beverlly Hills
Karakter Table: 1
| Subyek: Re: The Story Of Novus Fri 5 Aug - 0:31:25 | |
| The Story of Novus (Part 22) Finale - One.... ==========================================
Sebelom kita mulai cerita terakhir dari trio patriot Novus ini, gw sebagai pengarang cerita ini mau mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya buat para pembaca, yang semuanya gw anggap teman-teman yang selalu mendukung gw dalam membuat sebuah cerita yang baik. Tanpa adanya kalian semua, cerita ini ga akan jadi sepanjang ini. Gw sendiri memutuskan untuk mengakhiri cerita ini disini, justru karena takut mengecewakan kalian semua bila kualitas cerita gw makin turun dan turun karena terlalu panjang.
Btw, untuk lebih menikmati cerita ini, ada baiknya begitu memasuki bagian terakhir cerita, kalian mendengarkan theme song dari RF sendiri yang berjudul 'one' biar bisa lebih mengkhayati ceritanya, ntar gw kasih tau dimana saat yang tepat wat dengerinnya ------------
7 Bulan telah berlalu.....
Ravi telah sukses mengejar segala kekurangannya. Duetnya dengan Risis Cindy sudah terkenal di seantero Novus, bahkan pernah menjadi target bangsa beberapa kali selama Chip War. Ravi yang dulu tidak mampu menghadapi musuh-musuh yang tangguh, sekarang udah jadi X-job legendaris. Begitu banyak patriot-patriot Cora baru yang tertarik untuk menggeluti profesi X-job setelah mendengar cerita-cerita tentang Ravi. Bahkan akademi Cora sekarang memiliki kurikulum sendiri bagi para calon X-job dan X-job baru jadi, dengan Ravi sebagai instrukturnya. Dan seperti yang di duga, kadang-kadang terdengar kasus pelecehan bagi para murid-murid wanitanya, untungnya pengadilan Cora ga perlu repot-repot mengadili dirinya karena sepertinya udah di 'adili' sendiri sama RIsis miliknya. (gosipnya sih dikebiri...swt)
Di Bellato, Zinn telah diakui menjadi salah satu dari jajaran Warchon. Kehandalan Zinn mengendarai RMAU meningkat pesat sejak dia di beri latihan privat bersama Hazel yang telah pensiun dan memfokuskan diri untuk melatih bibit-bibit berbakat di Bellato. Sepak terjang Zinn di medan perang mengingatkan banyak orang kepada pelatihnya. Dari sekian banyak unit MAU yang berserakan di Chip War, ga ada yang mampu mengendalikannya selincah Zinn. Dan untuk kabar baik, saat ini Zinn sedang bertunangan dengan seorang Berserker cewe bernama Razelth.
Monica saat ini udah berhenti dari kancah perang semenjak identitasnya sebagai mata-mata Bellato terungkap. Dia hidup damai bersama kedua orang tua angkatnya. Zinn seminggu sekali datang dan nginep disana, berkumpul bersama keluarganya yang baru. si Zinn beberapa kali mengajak Monica untuk kembali ke medan perang karena sayang dengan kemampuan yang dia miliki. Tapi Monica selalu menolak, dia bilang, hanya berharap suatu saat nanti akan bertemu lagi dengan TherMiaN.
Dan ngomong-ngomong soal TherMiaN, keberadaan makhluk gila kekuatan yang satu itu sampe detik ini masih misteri. Dia bener-bener menghilang dari muka Novus. Bahkan ga pernah nongol di Chip War. Sebuah hal yang sangat-sangat ga wajar buat orang seperti TherMiaN. Tapi beberapa saksi mata di Cora dan Bellato pernah memberikan kesaksian kalo pernah ngeliat sosok 2 Accre berbaju putih yang muter-muter di Haram, Numerus, Solus dan Anacade. Tapi 2 Accre tersebut ga pernah nyolek lvl-lvl kecil, sepertinya mencari-cari seseorang.... mungkinkah?
.........
"HUAYAH! Bukan gitu caranya!! udah dibilangin berapa kali masih ga ngerti juga sih?!", Bentak Ravi. Sesi latihan untuk para calon X-job lagi berlangsung. Ravi saat ini lagi menjalankan tugasnya sebagai instruktur. Ternyata gitu-gitu dia galak juga lho. Seorang War-Summoner yang baru jadi dan baru memiliki Hecate untuk di latih lagi di bentak-bentak sama Ravi.
"Tapi, Pak....", bela si X-job baru jadi bernama Ivar itu.
"PAK?!!! PANGGIL GW KAKAK!! ggrrrr....", bentak si Ravi lagi dengan tampang terhina.
"wew.... ok de.... kk...", jawab si Ivar dengan ekspresi swt...
Ravi menghela nafas panjang dan berdiri di sebelah si Ivar. "Gw kasih contoh sekali lagi ya, perhatiin baek-baek!".
"Siap Pa, eh... kk!!", jawab Ivar
Ravi berdiri di hadapan sebuah monster-monsteran yang biasa dipake untuk pelatihan akademi. Ga seperti kebanyakan summoner yang harus berteriak saat memanggil Animusnya, Ravi hanya mengangkat sebelah tangannya seperti menyuruh seseorang bangun, seketika tanah disekelilingnya berubah menjadi merah dan dari bawah muncullah sosok RIsis Cindy. Semua murid-murid yang ada disana menatap dengan takjub proses summon yang dilakukan oleh Ravi.
Ravi menatap anak-anak didiknya dan tersenyum penuh arti, 'Hmph.... gw emang keren....', pikirnya. Lalu dia melihat salah satu bronies (berondong manies) yang lagi menatap dirinya dengan penuh kekaguman. Pikirannya langsung melayang ke hal-hal yang aneh-aneh...
"Kk.... kok mukanya aneh gitu sih?",Ivar membuyarkan lamunan maut Ravi. Ravi yang kaget langsung buru-buru merubah muka mesumnya kembali menjadi muka sok keren.
"Uhum.... mmmm... sori, tadi gw lagi mendapatkan ilham...", Dalih si Ravi. Ivar menatapnya penuh ketidak percayaan. "Hush! diem aja n perhatiin yang bener!", bentaknya tengsin.
Ravi melakukan Buff-buff untuk dirinya sendiri, lalu mencabut Hora Staff nya dan mulai meng-cast ke arah momon jadi-jadian itu, "Ensnare!! Weakness!! Elemental Burn!! Sloth". Selesai meng-Cast, dalam sepersekian detik Ravi mengganti Hora Staffnya dengan SI Spadona miliknya (yang katanya sih beli sendiri.... tapi gw ga yakin). Begitu cukup dekat dengan targetnya, dia langsung bersalto, "Preassure Bomb!!"
DHUARR!! momon-momonan itu pun langsung rata dengan tanah yang membentuk sebuah lobang gede, cukup gede buat orang ngumpet. Seluruh murid-murid akademi disana berdecak kagum. Dan Ravi kembali tersenyum sumringrah, kuping elfnya berusaha menangkap kata-kata pujian dari murid-muridnya (khususnya yang cewe-cewe).
"Hebat yah pelatih kita", "iya..iya... keren banget", senyum Ravi makin lebar aja mendengarnya, "Tapi katanya playboy yah?", "iya lho... aku juga disuruh hati-hati sama mama aku...","ih kamu juga ya? aku juga lho...", Gubrak.... Ravi langsung nyungsep di lobang yang dia buat sendiri.
TENG.... TENG.... TENG.... Bel tanda waktu pelajaran telah usai berbunyi. Anak-anak akademi pun mulai membereskan barang-barangnya.
"Oke semuanya, sampe bertemu minggu depan, jangan lupa Pe-Er-nya dikerjain yah, minggu depan dah harus selesai!", Seru Ravi.
"Iyaaaa kaaaak.....", Anak-anak didiknya menyahut bersamaan. Lalu mereka mulai beranjak pulang setelah memberikan salam. Ravi memperhatikan murid-muridnya berlalu sambil sedikit tersenyum. Dia ga menyadari kalo ada yang mendekatinya. Plok! orang itu menepuk pundak Ravi, Ravi menoleh dan melihat disampingnya ada.... Namine.
GRUSAK! GRUSAK! GRUSAK!!! Ravi langsung ngibrit terjatoh-jatoh n ngacir ke tembok terdekat dengan tangan yang nemplok ke dinding. Tampangnya panik dan berkeringat. Namine tertawa kecil dan mendekatinya. Semakin Namine mendekat, muka Ravi semakin pucet dan keringetnya mengalir makin deras.
"Kamu kenapa sih? lucu banget..", tawa Namine, "Aku mau bilangin, nanti siang ada rapat di CoH", Bagi yang belom tau, CoH itu adalah kependekan dari Chamber of Hay, nama yang diberikan untuk ruangan khusus guild JusticE, entah siapa yang ngasih, swt. Setiap kali diingatkan oleh nama itu, Ravi selalu berpikiran klo dia kayaknya salah masuk Guild.
Perlahan-lahan Namine semakin mendekatkan mukanya ke muka Ravi, tampang Ravi jadi makin pucet, tembok aja kalah kali puthnya. "Btw, kamu ga bilang apa-apa kan soal aku sama siapapun?", tanya Namine dengan nada manis. Ravi buru-buru geleng-geleng, "Hmm.. Bagus..", Namine tersenyum, "Awas kalo bilang-bilang!", kata-kata terakhir Namine itu membuat Ravi langsung berubah menjadi batu..... karena..... Namine..... mengeluarkan kata-kata itu....... dengan....... SUARA COWO!! Namine pun tersenyum dan meninggalkan Ravi yang menjadi batu sendirian disana. Setelah Namine pergi, Ravi jatoh terduduk, dengan ekspresi masih shock...... lalu nangis...
...................
Di Solus, Zinn lagi berpatroli rutin. Kali ini dia ga ditemenin sama tunangannya, dan patroli solo aja. Sambil mengandalikan RMAU nya dengan santai, Zinn berkeliling ke tempat dimana para lvl-lvl kecil biasanya lagi quest ato lagi leveling. Keadaan keliatannya cukup aman. Zinn menyalakan radar miliknya dan melihat bahwa situasi saat ini cukup aman karena dari radar ga terdeteksi adanya penampakan musuh sama sekali. Dia pun melanjutkan perjalanannya ke beberapa kelompok Bellato di daerah Hutan Crawler yang ditunjukkan oleh radarnya.
Sesampainya disana, terlihat cukup banyak Bellato yang lagi hunt party. Dan diantara sekian banyak orang-orang itu, ada sosok yang dia kenal.... Aina. Aina terlihat lagi men-support semua orang yang kelihatannya membutuhkan bantuan tanpa pilih-pilih. Karena keadaan dirasa cukup aman,Zinn turun dari unit MAU nya dan berjalan menghampiri Aina.
Aina menyapa Zinn begitu dia melihat Zinn dateng, "Hai!"
Zinn tersenyum dan menyapa balik, "Halo, apa kabar? lagi ngapain?".
Aina tersenyum ramah, "Ah... enggak... aku lagi bantu-bantu aja disini...", jawabnya dengan tatapan yang agak sedih.
"Mmmm.. ga leveling?", tanya Zinn.
Aina terdiam sesaat, lalu menatap langit, "Enggak ah.... ga semangat ngapa-ngapain.... males aja abisnya ga ada Rakuen...", jawabnya dengan senyum yang rada kepaksa. Zinn jadi ga bisa ngomong apa-apa, dia cukup mengerti perasaan Aina karena dia pernah ada di posisi yang sama dengannya.
"Apa kamu mau selamanya seperti ini?", tanya Zinn hati-hati, berusaha ga menyakiti hati Aina, "Rakuen pasti akan sedih kalo dia ngeliat kamu kayak gini terus...", Aina terdiam, tatapan matanya kosong. Zinn menghela nafas panjang. Tiba-tiba kunci RMAUnya berbunyi alarm. Zinn dan Aina kaget.
"Alarm?! ada musuh?!", seru Zinn. "Aina, suruh orang-orang berlindung di tempat yang aman!!", Aina pun buru-buru menginstruksikan kepada semua yang lagi hunt disana untuk segera melarikan diri. Zinn bergegas menghampiri unit MAUnya yang lagi di parkir, n melompat masuk ke dalam kokpitnya, dan pintu kokpitnya menutup perlahan setelah dia masuk.
Di dalam, Zinn langsung memasukkan kunci ke tempatnya, dan menekan tombol-tombol untuk mengaktifkan unitnya. mata RMAU milik Zinn menyala seiring aktifnya unit tersebut. Zinn melihat ke dalam radar, dan melihat ada 3 Cora yang keliatannya lagi mengejar seorang Bellato.
"Ayo berangkat, Verde!", seru Zinn kepada unitnya, Verdebuster, Zinn memberikan nama kepada RMAU nya dari nama seorang Accretia yang pernah menyelamatkan nyawanya. RMAU nya bagaikan menjawab perintah pemiliknya, mengeluarkan bunyi mesin yang nyaring, lalu Zinn berangkat menuju lokasi yang ditunjukan oleh radar.
Sesampainya disana, Zinn melihat seorang Holy Chandra bernama CliniQue yang di kejar-kejar oleh Grazier, Templar dan Black Knight. Graziernya ngiket HC itu dan memberikan debuff-debuffnya, sementara Templar dan Black Knightnya melukai si Holy Chandra perlahan-lahan.
"Huh! Dasar pengecut!! beraninya sama level cupu!!", geram Zinn, "Sini! Hadapi gw!!", Zinn pun meluncur dengan kecepatan yang lebih dari biasanya, Cora-cora yang ada disitu sepertinya cukup terkejut dengan kemunculan Zinn. Yang Grazier malah keliatannya bersiap-siap mau lari. Tapi Templar dan Black Knightnya sepertinya bermaksud untuk menghadapi Zinn. Black Knightnya maju dengan niat untuk menghambat laju RMAU Zinn dengan perisainya. Mungkin dalam mimpi tergilanya, Black Knight itu ga akan pernah ngeliat sebuah unit MAU yang melakukan manuver dengan gerakaan berputar 360 derajat. Zinn pun melewati BK yang masih terbengong-bengong itu.
Templar dihadapan Zinn sepertinya ga terlalu kaget, entah karena pernah bertemu Zinn di Chip War ato gimana, tapi dia mengayunkan Field Lancenya dengan jurus Fury Swipe, dan lagi, meleset, setelah Zinn melakukan manuver kesamping dengan jalur mirip huruf L. Zinn menghindari Templar dan Black Knight itu karena sasarannya adalah sang Grazier yang berdiri paling belakang.
Grazier itu keliatan panik banget karena RMAU Zinn meng-skip kedua temennya dan mengincar dirinya. Entah panik ato gimana, Grazie tersebut meng-cast ensnare untuk menghambat gerakannya Zinn. Tapi seperti yang kita tau, dimana Ensnare ga mempunyai efek terhadap unit MAU. Dengan sekali tebas oleh RMAU Zinn, Grazier itu pun langsung almarhum, sebelom Isis emas miliknya sempet melakukan apa-apa.
Zinn memutar RMAUnya untuk menghadapi Templar dan Black Knight yang tersisa, sempet ngelirik ke arah HC yang tadi di ensnare, ternyata udah bisa lari dengan bebas, dari agak jauh, Zinn melihat Aina mengacungkan jempolnya. Zinn tersenyum dan meneruskan serangannya ke arah Cora-Cora itu.
Ga perlu waktu lama untuk Zinn membereskan para perusuh itu, dengan support dari Aina, tugas Zinn menjadi jauh lebih mudah. Dalam sekejap, kedua Cora tersebut udah bobo. Paling agak alot di Black Knightnya, itupun terhitung cukup cepet berkat Aina. Setelahnya, Zinn mendekati Aina, dan membuka kokpitnya dan berdiri di ambang pintunya.
Aina berteriak dari bawah, "Rasanya ini yang harus aku lakukan.... agar pengorbanan Rakuen untuk aku ga sia-sia", serunya semangat. Matanya kembali memancarkan cahaya persis seperti saat Zinn pertama kali bertemu dirinya. Zinn pun tersenyum.
"Mmm... ngapain? ngeliatin orang rusuh dari jauh? gg", canda Zinn.
"ZZZZZ... bukan gitu yooo.... mau mulai leveling lagi biar bisa terus menjaga bangsa kita dari serangan-serangan pihak yang ga bertanggung jawab seperti ini", semprot Aina.
"Baguslah kalo begitu", sahut Zinn, "Kalo gitu, gw balik ke markas dulu ya, mau kasih laporan patroli hari ini", katanya sambil melambaikan tangan, Aina membalas lambaiannya dan berjalan menuju kerumunan Bellato yang kembali meneruskan aktifitasnya masing-masing. Zinn menutup kokpitnya dan mengarahkan RMAU nya menuju markas.
.........................
Monica lagi berjalan-jalan di Markas Bellato, meskipun udah ga make baju bangsa Cora, tapi dia tetep menarik perhatian kemanapun dia pergi, karena tinggi tubuhnya yang berbeda dari cewe-cewe Bellato kebanyakan. Saat lagi belanja ke markas, seluruh mata pasti tertuju kepada dirinya (sebenernya sih ga gitu juga, tapi dia kepedean aja, gg).
Hari ini Monica dititipin sama ortunya untuk belanja pot FP buat nyokapnya masak (masak pake FP? swt). Selesai belanja segala keperluannya, Monica melintas di depan portal besar yang biasa digunakan untuk pergi ke Craig Mine dan Sette. Langkah Monica terhenti di depan portal tersebut, sementara dia memperhatikan orang-orang keluar masuk dari portal tersebut.
Monica celingak-clinguk melihat keadaan sekitarnya, lalu entah apa yang ada dipikirannya, dia pun melangkah memasuki portal tersebut.
Sesaat semuanya menjadi terang saat Monica berada di dalam portal, perlahan-lahan semuanya menjadi berwarna lagi. Whushhh.... Angin semilir yang kerap berhembus di Craig Mine menyapu wajah Monica dengan lembut. Tatapan Monica menerawang jauh, sejauh pikirannya yang lagi melayang entah kemana.
Dia kemudian berjalan perlahan sambil menenteng belanjaannya, ke tempat rahasianya, ke tempat yang menyimpan kenangan masa lalunya, ke tempat yang menyimpan bukti cintanya.
Tempat itu rasanya jauh sekali untuk Monica, karena hatinya berkecamuk, antara dia ingin cepet-cepet sampe dan melepas rindunya ke tempat rahasianya, atau ga pingin cepet-cepet sampe karena takut dia akan makin merindukan cintanya. Tapi mau ga mau akhirnya dia sampe juga. Monica menatap tempat sejuta kenangan cintanya dengan tatapan rindu. Sebuah coret-coretan di tebing hasil tulisan tangannya, Monica mendekati tulisan-tulisan itu dan mengelusnya, di bawah tulisannya, ada tulisan yang dibuat oleh TherMiaN. Monica meneteskan air mata tanpa dia sadari. Hatinya begitu merindukan pujaan hatinya, terlalu kangen, hingga rasanya sakit....
NGIING.... Dari belakang Monica, terdengar suara mesin bergerak. TherMiaN? pikir Monica, tapi sesaat kemudian dia berpikir, mungkin sama aja seperti yang sebelomnya dimana yang ada di belakangnya adalah Accre lain dan menyerang dirinya. Susahnya, saat ini dia sama sekali ga bersenjata dan ga berarmor. Buru-buru dia membalikkan badannya dan melihat....
Sesosok Accretia berarmor serba putih, Armor Ranger Accretia. Berdiri cukup jauh dari Monica... Accretia itu berdiri tegak.... tidak bergerak.... Accre itu.... sebelah tangannya.... ga ada? Accretia dengan satu lengan itu menatap Monica tanpa bersuara. Monica hampir ga berani untuk mengeluarkan suara... tapi rasa keingin tahuannya untuk bertanya melebihi ketakutannya...
"TherMiaN?", tanyanya dengan suara yang nyangkut di tenggorokan.
Accretia itu tetep diem, membuat Monica siap-siap untuk ambil langkah seribu seandainya Accre yang ada di hadapannya itu bukan orang yang dia harapkan. Tapi entah kenapa, dia yakin banget kalo itu adalah TherMiaN. Di luar dugaan, bukannya nyaut, Accre itu malah bergerak maju mendekatinya. Monica masih tetep ragu-ragu antara mau kabur ato nggak, tapi refleknya membuat kakinya melangkah mundur. Sampai akhirnya Accretia itu cukup deket, dan udah ga mungkin lagi buat Monica untuk kabur karena punggungnya udah bersender di dinding. Accretia itu berhenti tepat di depan Monica.
"Halo, Mon...", kata TherMiaN (yang berarmor putih itu lho), santai...
Monica yang dari tadi tegang luar biasa langsung merasa lemas. Kepalanya tertunduk, dan tangannya mengepal. TherMiaN menundukan kepalanya untuk melihat wajah Monica.
"Mon?", tanyanya. Monica mengangkat wajahnya dengan wajah........murka. Monica menarik belakang leher TherMiaN dan dalam satu gerakan pasti menariknya lalu menghantamkan wajah TherMiaN ke dinding tebing.
DUENGG!!! itu tebing ampe retak gara-gara dihajar muka TherMiaN.
"DASAR COWO GA BERPERASAAN!!! KAMU INI.....!!!! KAMU....!!! KAMU...!!!! ...............!!!", Monica mencak-mencak, memaki-maki TherMiaN yang berusaha melepaskan mukanya yang nyangkut di dinding tebing itu. "Kamu ini.......", mata Monica mulai berkaca-kaca hingga akhirnya air mata mengalir deras dan dia pun terduduk di tanah.
Setelah berhasil melepaskan diri dari dinding tebing, TherMiaN ngeliat Monica terduduk di tanah sambil menangis. TherMiaN pun ikutan duduk bersila dan terdiam ngeliain Monica yang terisak.
"Mmmm..... Mon? Gw salah lagi ya?", tanya TherMiaN kagok. Monica ga menjawab, tapi memberikan tatapan membunuh kepada TherMiaN, yang bikin TherMiaN langsung ga berani ngomong lagi.
Akhirnya Monica berhenti menangis, tapi ga sepatah katapun yang keluar dari mulut mereka. Suasana hening, kecuali suara angin yang berhembus meniupkan daun-daun yang melayang santai. kriiik.......kriiiik.......
Monica tau kalo TherMiaN ga berani memulai pembicaraan lagi. Jadi dia memutuskan untuk ngomong duluan. Baru aja dia mau membuka bibir, Monica ngeliat TherMiaN menegang dan langsung berdiri mendadak sembari melihat sesuatu dibelakang Monica. Monica menengok mengikuti arah pandangan TherMiaN, dan melihat sesosok RMAU melaju mendekati mereka dengan cepat.
TherMiaN dengan cepat mengeluarkan Launchernya lalu langsung membuka Red Siege Kitnya hanya dengan sebelah lengan, dan membidik RMAU tersebut. Monica lumayan kaget dengan tindakan TherMiaN, bukannya.... dia dulu Punisher?? kok bisa bawa Siege Kit?? Cross Job? atau Reset? Monica langsung berusaha sadar dari pikirannya, dan buru-buru menahan TherMiaN.
"Jangan Them!! itu Zinn!!", seru Monica sambil merentangkan tangannya di depan moncong Launcher TherMiaN.
TherMiaN diam ga bergerak tanpa menutup Siege Kitnya. RMAU itu berhenti ga terlalu jauh dari posisi mereka berdiri, perlahan-lahan, kokpitnya terbuka. Dari dalam, Zinn keluar dan berdiri di pintu kokpitnya.
"Ho? TherMiaN ya? kirain siapa.... kayaknya lu ga pantes deh pake baju launcher, jadi keliatan ndut", canda Zinn.
TherMiaN menutup Red Siege Kitnya dan menyimpan Launchernya. Disitu Zinn baru menyadari kalo lengan TherMiaN cuma tinggal sebelah. Jadi Striker dengan sebelah lengan? Zinn berdecak kagum, emang kalo TherMiaN pasti ga ngerti arti dari rintangan. Zinn lalu melompat turun dari kokpitnya.
"Yah... setidaknya gw tambah tinggi....", kata TherMiaN datar. Serentak, Zinn dan Monica terbengong dengan mulut menganga. Sesaat kemudian, mereka berdua saling liat-liatan.
"OMG!! TherMiaN ngejayus!! Kamu denger ga?!", seru Zinn.
"Itu dia!! Sampe bengong dengernya!! asli deh ga percaya!!", sahut Monica. TherMiaN cuma bisa berekspresi swt, dengan dongkol... niatnya mau ngebales sindiran Zinn, malah jadi diketawain.
Setelah puas ketawa, Zinn bertanya ke Monica, "Gimana mama? sehat?".
"Sehat kok, kapan ke rumah?", jawab Monica. Pembicaraan yang selintas itu bikin TherMiaN entah kenapa ngerasa radiatornya jadi panas n bawaannya jadi sewot. Monica juga memperhatikan perubahan sikap TherMiaN yang kayaknya jadi salting. Dengan pikiran nakalnya, Monica menggaet lengan Zinn.
"Them! Gimana? Cocok gak?!", tanya Monica dengan centil. Zinn yang sempet bingung sesaat langsung ngerti maksud dari Monica dan ikut-ikutan berakting.
"Haha... iya nih, awalnya gw sih ga menduga, tapi ternyata....... yah gini deh....", kata Zinn dengan penuh senyum. Bikin TherMiaN makin gondok aja.
"Oh, jadi gitu ya? Selamat deh...", kata TherMiaN sambil membuang muka. Monica dan Zinn liat-liatan sambil cekikian.
"Kok kamu ga seneng sih? Harusnya kamu seneng dong kalo aku bahagia?!", Seru Monica sambil nahan ketawa dengan susah payah.
"Gw seneng kok...", jawab TherMiaN dengan tetep datar, tapi kedengeran emosi, yang bikin Monica makin demen.
"Waah... makasih... kamu emang baik.... jadi, kapan kamu mau main ke rumah kita?", seru Monica.
"RUMAH?!", seketika kamera TherMiaN langsung membelalak dan menengok ke arah Monica. Dan mendapati Monica dan Zinn lagi susah payah nahan ketawa sampe pipi mereka melembung gara-gara menahan angin ketawa yang udah ampir ga terbendung.
"bbbbbBBRRPPPHHHUAAHAHAHAHAHA.....!!!!", akhirnya ga tertahan juga ketawa mereka, ngakak ga ketulungan.
"WAHAHAHA.... Aduh perut gw sakit!!......", kata Zinn ditengah tawanya.
"Hihihihihihi.... aduh.... liat ga mukanya? hihihi... aduh... lucu banget!", sahut Monica yang sampe nangis-nangis ketawanya. TherMiaN saat ini terbengong ngeliat keduanya, entah musti marah, ikutan ketawa, ato jungkir balik... (lho?).
Lumayan lama juga ketawanya itu anak dua, sementara TherMiaN masih penasaran sama alesan dari mereka ketawa, tapi mau nanya juga percuma klo mereka lagi ketawa kayak gitu. Jadi TherMiaN memutuskan untuk main-main dulu sama beberapa momon yang ada di sekitar situ make pedang seadanya.
Setelah beberapa menit, TherMiaN balik ke tempat Monica dan Zinn yang udah berhenti ketawa..... Tapi begitu ngeliat muka TherMiaN, mereka ngakak lagi..... sampe guling-guling...
Jadi TherMiaN kembali bermain-main sama beberapa momon yang ada disana...... dan itu terjadi Berulang-ulang sampe TherMiaN dapetin cukup banyak Jemz Riar, lumayan buat di bawa ke NPC n dijual.
Akhirnya Zinn dan Monica kecapean juga ketawa dan berhenti juga (itupun dibantu sama TherMiaN yang akhirnya ngebuka Red Siege Kit dan membidik Zinn dari jarak 17cm).
"Ehem...... oke..... gw udah berhenti ketawa..... suer....", kata Zinn dengan sambil mengacungkan dua jarinya. TherMiaN pun menutup Siege Kitnya dan duduk di depan Zinn dan Monica. Ngeliatin mereka berdua dengan tatapan tajem. Monica dan Zinn liat-liatan, dan Zinn memberikan isyarat supaya Monica aja yang mulai.
"Well... gini lho, Them....", kata Monica pelan, "Sebenernya....... kita ini.......", Monica terdiam sejenak untuk menarik nafas, "....Saudara kandung", lanjutnya dengan tatapan lurus ke arah TherMiaN.
TherMiaN bengong... lalu menunjuk Zinn, Monica mengangguk, abis itu nunjuk Monica, Zinn ngangguk, terus nunjuk Monica dan Zinn bolak-balik, mereka berdua mengangguk...... masih belom puas, nunjuk lagi Monica sama Zinn bolak-balik, dan mereka pun mengangguk lebih dalam lagi. Terdiam beberapa saat, tiba-tiba TherMiaN berdiri.........
....dan kembali bermain-main dengan momon-momon tadi....
"WOI!! Serius iniii!!! ZZZZZZZZZ!!!!", teriak Zinn. TherMiaN berhenti sebentar, memperhatikan mereka berdua....
...lalu kembali bermain-main dengan momon-momon tadi.....
Hingga akhir Monica menimpuk TherMiaN dengan sendal yang dia pake (katanya sih udah di colok igno 7 biji, entah buat apaan). "Heii! kita serius nih!!", bentak Monica. Akhirnya TherMiaN kembali duduk bersama mereka, dan minta diceritain lengkapnya.
Baru aja Monica mau menceritakan, tiba-tiba dari RMAU Zinn yang diparkir di belakang mereka, berbunyi suara alarm.
"?? Musuh?!", seru Zinn sambil buru-buru berdiri dan berlari memasuki kokpit RMAUnya, Monica dan TherMiaN pun langsung berdiri dan memasang sikap siaga. TherMiaN yang tau bahwa Monica sama sekali ga mungkin untuk bertempur dengan equip yang di gunakan sekarang, maju dan menghalangi Monica dengan punggungnya, tindakan ini tentunya membuat Monica tersipu dan hatinya terasa hangat...
"Ada Cora yang mengarah kesini! Tapi cuma 1...... jangan-jangan.......", kata Zinn. Mereka bertiga menunggu siapa yang muncul dari sudut tebing itu.......
Gak lama kemudian, muncul sosok Cora yang mereka................. ga kenal sama sekali. Jadi ga pake lama, di gang bang lah itu Cora sama TherMiaN dan Zinn rebutan CP.
"Nyahahahahah!!! gw dapet!!", Seru TherMiaN dengan penuh kepuasan setelah membunuh Cora tersebut.
"Sial, beda last hit doang!!", gerutu Zinn.
"Ah.... masalah kemampuan aja....", sindir TherMiaN sambil ketawa, akhirnya kesampean juga ngebales Zinn.
"Huh.... liat aja....", belom selesai Zinn membela diri, Alarmnya berbunyi lagi. Kali ini Zinn ga sempet ngomong apa-apa, karena musuh yang muncul di radarnya menghampirinya dengan kecepatan tinggi, dan dalam sekejap udah ada di belakang dia. Saat Zinn menoleh, Cora tersebut udah mengayunkan Spadonanya untuk membelah badan RMAU Zinn. Dengan reflek dan kemampuan mengendalikan unitnya yang luar biasa, Zinn berhasil menghindari tebasan Cora itu dengan sangat-sangat tipis. TherMiaN yang lagi meleng baru menyadari kehadiran musuh baru saat Zinn menghindar mendadak itu.
Meskipun serangannya meleset, Cora itu tersenyum, "Hoo... boleh juga lu...", Saat Zinn memperhatikan mukanya..... Ravi! dengan armor warrior lvl 50nya beserta Booster di punggungnya, pantes aja bisa nyampe secepet itu. Tanpa basa-basi, Ravi mensummon Red Isisnya dengan hanya mengangkat tangannya, Lalu memerintahkan RIsis Cindy menyerang Accre yang berbaju putih sementara dia sendiri kembali mengincar RMAU yang gagal dia bikin lecet barusan.
"RAVI!!", teriak Monica. Ravi kaget mendengar ada CEWEK yang memanggil namanya dan meleng.
JDUGG!!! Ravi pun terpelanting menerima tamparan RMAUnya Zinn. Rupanya pada saat yang bersamaan, Zinn mencoba meng-counter serangannya Ravi, dan saat Ravi meleng, Zinn ga sempet menghentikan serangannya.
Setelah bangkit dari tempatnya jatoh, Ravi langsung mencari sumber suara yang memanggil dirinya, tanpa menghiraukan RMAU dan Striker yang dia serang barusan. Disana dia melihat Monica berdiri dengan tampang khawatir.
"Monica?? Kok bisa ada disini? kemana aja kamu?! disekap sama kaleng n cebol ini ya?! diapain aja?!! Dasar kaleng sama cebol ga tau diri!!", katanya sambil berusaha menyerang lagi.
Syuuuuut..... PLAK!! sendal SI +7 satu lagi punya Monica pun nyangsang di jidatnya Ravi.
"Dodol.... liat dulu yang bener knapa?! ini Zinn sama TherMiaN tauk!", semprot Monica. Ravi pun kedap-kedip memperhatikan dua musuh bangsa di hadapannya.
"Masa ya?", tanyanya sambil garuk-garuk kepala. Dia pun menyimpan Spadonanya dan mendekati mereka sambil memicingkan matanya. "Ther?..... lu.... jadi striker?! Reset?", tanyanya kepada TherMiaN.
"Iyo....", jawab TherMiaN singkat. Saat itu Zinn membuka kokpitnya dan turun dari RMAUnya. Setelah melihat Zinn, Ravi baru mengangguk-angguk.
Monica melihat ketiga sahabat yang dulu pernah dia kagumi semasa di akademi Cora, bagaikan kembali ke masa lalu, dimana dia biasa mengagumi TherMiaN dari jauh dan melihat mereka bertiga bercengkerama bersama. Pemandangan di hadapannya membuat dia merasa flash back ke masa akademinya, dan tanpa disadari, air matanya menetes di pipinya. Zinn menyadari kalo Monica menangis, bertanya.
"Kenapa Mon?", tanya Zinn heran.
Monica tersenyum dan mengusap air matanya, "Hehe... enggak, aku kayaknya ngeliat lukisan masa lalu klo liat kalian bertiga bisa ngobrol kayak gini lagi", jawabnya. Ravi, Zinn dan TherMiaN langsung liat-liatan dan mereka saling mengangkat bahunya. Lalu mereka pun mencari tempat yang enak untuk duduk bersama.
.................
"WHATT??! kalian berdua kakak ade?!", teriak Ravi setelah Monica dan Zinn menjelaskan situasi mereka sekarang. TherMiaN sendiri cuma kedip-kedip ga karuan.
"Hmmm...", kata TherMiaN.
"Lucu amat sih..... dunia emang sempit gila ya ternyata...", lanjut Ravi, Zinn dan Monica ketawa. Sementara RIsis Cindy yang masih melayang-layang aja bertepuk tangan seneng.
"Hmmm...", kata TherMiaN.
"Apaan sih lu Ther? ga jelas deh", seru Ravi sambil ngejitak kepala TherMiaN.
Monica ketawa kecil, "Tenang aja Them.... hati aku cuma buat kamu kok...", katanya dengan nada yang menggoda. Radiator TherMiaN lagi-lagi ampir overheat.
"CIEEEEEEEHHH!!", goda Ravi dan Zinn.
"APAAN SIH?!", bentak TherMiaN, tengsin.
"CIE...CIEE... hati ku hanya untukmu sayaaaangg...", kata Ravi dengan nada kecewek2an sambil mengelus dagu TherMiaN.
"RAVI!!! LUU!!", TherMiaN yang mukanya mulai memerah saking over heatnya, langsung mengejar Ravi yang ngibrit sambil terus goda-godain. Hingga akhirnya ketangkep dan langsun di SmackDown dengan kuncian satu tangan oleh TherMiaN. Zinn, Monica dan RIsis Cindy ketawa-ketawa ngeliat mereka berdua.
"Nyerah ga?!!", seru TherMiaN
"Ia...iaaa.... ampuunnn!!", jerit Ravi sambil menepuk-nepuk tanah tanda menyerah. Akhirnya TherMiaN pun melepaskan kunciannya dan mereka kembali duduk di tempat semula. "aduduhh... sakit tauk!", keluh Ravi.
"Siapa suruh godain gw?!", semprot TherMiaN.
"Tapi kan Zinn juga? knapa gw doang yang dikejar?!", bela Ravi.
"Mangnya Zinn pake ngelus-ngelus dagu gw?!", kata TherMiaN sebel.
"Oiaya...", kata Ravi sambil garuk-garuk kepala.
"Tapi gw tetep susah percaya lho, Ther, lengan lu bisa ilang gara-gara itu..", kata Zinn mencoba mengalihkan topik pembicaraan.
"Iya tuh, gw juga. Beneran tuh kayak gitu Ther?", lanjut Ravi.
TherMiaN terdiam sejenak dan melihat lengannya yang tinggal satu. "Yah... mungkin karena waktu itu gw terlalu arogan.... Raxion udah bilang sama gw, seandainya mau menguasai Twin Siege Kit, latihan dulu dari Launcher dan Siege Kit paling cupu....", TherMiaN ngeliat Ravi dan Zinn, "Tapi lu tau gw kan?", Mereka pun berekspresi 'yeah.....'. "Raxion selalu ngelarang gw kalo mau nekat pake Twin Red Siege Kit, yah.... seperti biasa lah, gw colongan di belakang saat dia ga ada". Semua yang berada disana mendengarkan cerita TherMiaN dengan seksama.
"Hari itu, gw udah penuh percaya diri semenjak PT Launcher gw udah GM setelah melewati proses panjang, Saat Raxion lagi pergi, gw nekat nyoba Twin Red Siege Kit, padahal Raxion sendiri mengakui klo dia pun masih belom sanggup untuk menggunakannya", TherMiaN terdiam sesaat, pikirannya seperti melayang kembali ke masa lalu. "Saat gw membuka kedua Red Siege Kit gw, rasanya semuanya akan berjalan dengan lancar, tapi begitu gw menekan pelatuknya, gw langsung ngerasa klo ada yang ga beres.... bener aja, kedua tangan gw ga sanggup menahan kekuatan Red Siege Kit itu, dan saat itu, kalo gw ga ngelepas salah satu, badan gw pasti udah ikut meledak, akhirnya dalam waktu sepersekian detik, gw memutuskan untuk melepaskan genggaman tangan kiri gw, dan Launcher yang lagi menembak itu mungkin karena ga ada yang menopang lagi, langsung merusak Red Siege Kitnya dan sekejap kemudian, ledakanlah yang terjadi, gw sendiri langsung ga sadarkan diri, kayaknya ledakan itu mempengaruhi sirkuit2 gw. Yang gw inget, begitu gw melek, Raxion ada disana dan menggeleng-gelengkan kepalanya, sementara lengan gw yang satu lagi udah ga ada, karena Raxion ga bisa memperbaikinya. Jadi..... ya gini deh", kata TherMian mengakhiri ceritanya sambil mengangkat lengannya yang tersisa.
Monica memperhatikan TherMiaN dengan tampang khawatir, "Susah kah bertempur dengan sebelah lengan?", tanyanya.
"Hmmm.. ga ada masalah tuh, malah lebih seru...", jawab TherMiaN santai. Semua yang berada disitu langsung berekspresi swt...
"Yah... klo ga gitu, bukan TherMiaN yang kita kenal, ya ga Zinn?", seru Ravi.
"Bener banget", sahut Zinn. Lalu pandangannya mengarah ke RIsis Cindy, Zinn pun bertanya, "Gimana keadaan kalian berdua, Vi?".
Ravi tersenyum lalu berdiri dan menghampiri RIsis Cindy. "Kita baik-baik aja kok... Cindy skarang karena dah ga perlu makan, jadi ga gendut-gendut", kata Ravi ceria.
PLAK!! RIsis Cindy langsung ngeplak kepala Ravi pake pedangnya. Ravi yang kesakitan cuma bisa meringis mengelus-elus kepalanya. Sesaat kemudian, tatapan Ravi menjadi sedih.
"Kenapa Vi?", tanya Zinn.
Ravi tersenyum, "Enggak.... seandainya aja waktu itu gw ga........", tenggorokan Ravi bagaikan tersangkut sesuatu, dia baru bisa melanjutkan kata-katanya setelah menelan ludah, ".....membunuh dia....", Ravi terdiam lagi, kesedihan yang dia rasakan juga terasa oleh semua yang ada disana, "...Dia ga harus jadi senjata gw....... ga harus siap mengorbankan nyawanya buat gw....", lanjut Ravi dengan tatapan yang luar biasa sedih. RIsis Cindy menggeleng-gelengkan kepalanya dan tangannya memegang pipi Ravi. Ravi Tersenyum, lalu RIsis Cindy memeluknya sambil menangis, Monica yang melihat jadi ikutan nangis. TherMiaN memperhatikan Monica nangis dan mengelus-elus kepala Monica sambil tetep melihat ke arah Ravi.
Tiba-tiba RIsis Cindy mengeluarkan cahaya yang terang sekali, seluruh badannya bersinar. Ravi yang kaget beseru tapi ga melepaskan pelukannya, "Cin?! Kenapa??". Zinn, TherMiaN dan Monica pun terheran-heran dengan kejadian di hadapannya itu. Makin lama, cahayanya makin terang. Begitu terang hingga Ravi, Zinn, TherMiaN dan Monica harus menutup matanya.
Begitu cahaya itu memudar, semuanya membuka matanya perlahan-lahan. Dan RIsis Cindy.... menghilang........ yang ada.... hanya sosok.... Cindy. Dengan baju Spiritualisnya. Semuanya jadi terbengong-bengong.
"Cin....dy?", panggil Ravi.
"Hmmm?", jawab Cindy sambil melepaskan pelukannya dan menatap Ravi, "Kenapa?", Cindy heran ngeliat muka Ravi yang bengong dengan mulut menganga. Waktu dia menoleh ke yang lain, semuanya juga berekspresi sama. "Mereka juga kenapa sih, Vi?", tanya Cindy. Ravi menunjuk kaki Cindy, dengan tampang heran, Cindy ngeliatin kakinya..... terdiam sesaat dengan ekspresi bertanya-tanya.... setelah beberapa lama..... "HAH?!!!", teriaknya, "Kok?! Kaki aku ditanah?", dia langsung celingukan ke belakang, "Lho?! kok?!!", serunya makin heran karena barang yang merupai jet pack yang biasa tertempel dibelakangnya pun juga ilang. "Kok??? Kok???", serunya panik keheranan. Ravi cuma tersenyum lalu menarik pipi Cindy dan mencium bibirnya.
Setelah ciumannya lepas. Ravi dengan senyum yang lebar berkata, "Cin, kamu... udah ga jadi Isis lagi.... kok bisa?".
"Meneketehe?! aku aja bingung!", sahut Cindy masih dengan tampang bingung. "Kalian bisa denger suara aku?", tanyanya kepada Zinn, TherMiaN dan Monica. Yang lain mengangguk sambil tersenyum. Cindy meskipun tersenyum, tapi memegangi kepalanya saking bingungnya.
Ravi memeluk Cindy dari belakang dan mengangkatnya tinggi-tinggi, "Udahlah ga usah dipikirin! yang penting kamu balik seperti biasa lagi! ahahhaha.....", seru Ravi seneng. Begitu diturunkan oleh Ravi, Cindy teringat sesuatu dan langsung buru-buru menghampiri Zinn. Zinn kaget ngeliat Cindy yang nyamperin dia dan langsung duduk di depannya.
"Zinn... dari dulu aku ga pernah sempet ngomong langsung...", kata Cindy, lalu menundukkan kepalanya, "Maafin aku....".
Zinn ngeliat Ravi dan Ravi cuma tersenyum dan mengangguk. Zinn pun mengelus kepala Cindy sambil tersenyum, "Gapapa kok Cin.... Kamu ga salah kok, itu kesalahan aku yang ga bisa ngelindungin kamu saat itu..".
Cindy langsung menggeleng-gelengkan kepalanya dengan cepat, "Enggak! bukan salah Zinn! Zinn ga salah apa-apa! Zinn selalu baik sama Cindy.... tapi Cindy.....", kata Cindy yang mulai menangis.
"Walaah... ia..ia... bukan salah siapa-siapa kok.... ga ada yang salah.... emang jalannya aja seperti ini", kata Zinn sambil ketawa ramah, lalu dia mengangkat muka Cindy dengan jarinya, "Yaa?". Cindy mengangguk dan mulai mewek. Zinn kembali mengelus-elus kepala Cindy. "Gapapa kok Cin... Zinn juga udah nemuin seseorang", lalu dia mengangkat tangan kanannya dan menunjukan cincin di jarinya, "Udah tunangan lho.... mungkin tahun depan merit".
Ekspresi Cindy dalam sekejap berubah, "Waah? beneran?? waaaa.... selamat yaaa Zinn!!", seru Cindy ceria.
"Hehe... makasih...", kata Zinn sambil ketawa.
Ravi, Zinn, TherMian, Cindy dan Monica ngobrol, bercanda, dan mereka melewati siang itu dengan seru dan menyenangkan...
=========== The End..... | |
| | | Lygatto Vice Admin
Jumlah posting : 474 Score : 1007 Reputasi : 0 Join date : 26.06.11 Lokasi : Beverlly Hills
Karakter Table: 1
| Subyek: Re: The Story Of Novus Fri 5 Aug - 0:33:32 | |
| ......
YA ENGGAK LAH!! kali deh gini aja udah tamat! ^o^, anyway... kembali ke tokoh-tokoh kita, Ravi, Zinn, TherMiaN, Cindy dan Monica yang lagi bersenda gurau, tiba-tiba dikejutkan dengan getaran tanah disekelilingnya.
"Apaan tuh?", tanya Ravi.
"Ga tau nih. Semuanya pada ngerasain?", sahut Zinn, Cindy dan Monica mengangguk.
TherMiaN yang pertama kali menyadari sumber getaran tersebut, "Euh.... guys, kayaknya kita punya masalah..... gede!", katanya sambil berdiri dan memasuki battle mode. Yang lain langsung memperhatikan arah pandangan TherMiaN dan mendapati sesosok makhluk raksasa perlahan-lahan mendekati mereka...
"S...W...T!!! gede amat!!", teriak Cindy.
Monica yang membelalak seketika mengenali monster dihadapan mereka. "I....tu... HSK?!", yang lain langsung menatap Monica ga percaya.
"HSK?!", seru Ravi, "HSK bukannya ga pernah keluar dari tambang?! dia kan tugasnya jagain tambang kan?! ngapain dia kesini-sini?!!".
"Mana gw tau?! tanya aja tuh sama dia!", bales Monica.
"Eh... bukan saatnya berantem! kita harus mengatasi monster ini sebelom dia yang mengATASi kita!", teriak Zinn sambil berlari memasuki kokpit RMAUnya dan buru-buru menyalakan mesinnya.
TherMiaN kembali menghalangi Monica dari hadapan monster tersebut. Ravi menghampiri Monica,
"Euh, gw ga yakin kalo monster ini bisa di de-buff, sementara kekuatan force gw pasti ga ada apa2nya dibanding kamu. Jadi mendingan kamu yang make tongkat ini", katanya sambil menyerahkan Hora Staffnya kepada Monica. Monica mengangguk dan menerimanya, lalu langsung melakukan buff2 pada diri sendiri. Ravi lalu menengok kearah Cindy, "Cin, kamu ga bisa kembali ke bentuk Isis kan? jadi tunggu disini aja ya!", Cindy yang bingung mau ngapain cuma ngangguk aja.
Ravi, TherMiaN dan Zinn bersama RMAU nya maju sejajar untuk menghadapi makhluk raksasa di hadapan mereka. "GRAAAOOOOOOoooo!!", lolong makhluk itu.
"Keliatannya dia cukup marah.... Vi, lu bikin salah apa lagi sih?", kata TherMiaN
"Hah?! kok gw?! ZZZZZZ!!", sahut Ravi.
"Hmm... iya yah... pasti gara-gara Ravi nih..", lanjut Zinn.
"WHATT?!! GRRR...!!", kata Ravi sewot.
"Hahaha... udahlah... dia kayaknya ga berminat nungguin kita selesai ngobrol baru menyerang, jadi mending kita yang nyerang duluan", kata TherMiaN.
"Setuju!", sahut Zinn
"Ayo kita beresin!", kata Ravi.
Ravi mengcast Buff kepada dirinya, sementara TherMiaN membuka Red Siege Kitnya, Zinn melaju duluan untuk menghadapi raksasa itu, ga terlalu lama, Ravi juga menyusul Zinn dengan booster bawaannya.
"Vi, incer kakinya! Kita bikin dia berlutut dulu!", seru Zinn.
"Beres!", jawab Ravi.
Begitu Ravi dan Zinn sampai cukup deket ke kaki HSK tersebut, TherMiaN menembakkan Doomblast nya.
DHUARR!! DHUARRR!! DHUARR!! "GROOOAAAAAAAAARRR!!!!" Monster itu meraung setelah terkena serangan TherMiaN. Ravi dan Zinn ga melewatkan kesempatan itu. Ravi mematikan boosternya langsung bersalto dan mengincar kaki monster itu, sementara Zinn langsung mengayunkan lengan RMAUnya.
BRUAKK!!! DHUAKK!! "GROOOOOOOOOAAAA!!!!", monster itu meraung lagi lebih keras daripada sebelomnya. Ravi dan Zinn langsung mundur secepet mungkin setelah mereka menyadari kalo monster itu sama sekali ga terluka dari serangan mereka bertiga, boro-boro luka, lecet aja nggak.
"Mon!! Coba serangan elemental!!", seru Zinn dari RMAUnya. Monica langsung mengangkat tongkatnya dan mengcast Meteor ke arah HSK tersebut. Perlahan-lahan langit berwarna merah, dan dari balik awan-awan merah tersebut meluncur batu-batu api yang menghantam monster malang itu.... ('WHAT?! MALANG?!!', kata para tokoh kita rame2 sambil nimpukin sang penulis)
DHUARR!! DHUARRR!!! DHUARRR!!! DHUARRR!!
"GRRRRUUUUUUOOOOOOOOO!!!", HSK tersebut melolong tinggi seiring dengan tubuhnya di hujani meteor panas. Meteor itu begitu banyak sehingga asap mengebul dimana-mana menutupi tubuh raksasa monster itu.
Setelah hujaan meteor itu reda, sosok monster itu masih belom keliatan karena terhalang asap.
"Mati ga ya?", tanya Ravi penasaran sambil melangkah maju dengan hati-hati. Sambil memicingkan matanya dan berusaha menghalau asap yang mencoba masuk ke dalam paru-parunya, Ravi terus mendekat.
"Hati-hati, Vi!", teriak Cindy dari jauh.
Ravi menengok dan tersenyum, lalu mengacungkan jempolnya, "Ber....", sayangnya lom selesai dia ngomong, sekelebat tangan raksasa nongol dari balik asep itu dan nge-gampar Ravi. Dan tentunya, karena ukuran tangannya aja lebih gede daripada badan Ravi sendiri, dah pasti terbang bebas si Ravi dan menghantam tebing di ujung sana, lalu langsung mencium tanah dengan sukses.
"RAVI!!", teriak Cindy panik. Tiba-tiba mata hijaunya berubah menjadi merah, dan sekujur badannya mulai bercahaya merah, dan dalam waktu singkat, Cindy kembali berwujud Red Isis. Dia langsung menghilang kedalam tanah, dan muncul lagi di sebelah Ravi. "Vi! kamu gapapa?!", seru Cindy panik, sambil menggoyang-goyang kan tubuh Ravi yang masih tergeletak di tanah. Untungnya karena armor yang dia pake cukup tebel dan tingkat tinggi, dia jadi ga terluka sama sekali.
Ravi tersadar lalu menggeleng-gelengkan kepalanya, "PUAH!! Gile... seumur-umur baru pertama kali gw di gampar tangan segede itu...", katanya setengah sadar dengan mata yang masih muter-muter.
"Cin! Ravi gapapa?!", teriak Zinn. Cindy mengangguk dari jauh.
"Bah, gimana caranya kita ngalahin monster ini?! ada yang punya ide lain??", kata TherMiaN dengan nada khawatir, yang jarang-jarang kedengeran dari orang kayak dia. Dan bisa dipastikan, kalo TherMiaN aja sampe khawatir, gimana perasaan yang lain?
Holy Stone Keeper tersebut menatap semua orang disana dengan tatapan lapar, gigi-giginya yang tajam mengalirkan liur yang kayaknya bakalan memudahkan dia untuk mengunyah mangsa-mangsanya, belom lagi nafasnya yang bau..... euh.... monster?
"GRAAAOOOOOO!!!!", HSK itu melolong ke arah kumpulan orang-orang (dan satu kaleng) di depannya.
"Siap-siap!! dia datang!!", seru TherMiaN. Semuanya langsung memasang sikap siaga, termasuk Ravi meskipun dengan susah payah karena masih pusing.
NGUUUUUIIIIIIINNNNGGGG....!!! Tiba-tiba dari arah tambang tedengar suara yang kenceng banget. Suara alarm. HSK itu terdiam dan menoleh ke arah tambang,
Semuanya menahan nafas...
"GRRRRrrr......", dia menggeram...
Masih menahan nafas.... jagoan-jagoan kita ga bergerak dari tempatnya...
Monster itu perlahan-lahan membalikkan badannya dan meninggalkan mereka.
TherMiaN, Zinn, Monica dan RIsis Cindy jadi terbengong-bengong dengan sikap siaga, sementara Ravi tetep terpusing-pusing dengan kondisi siaga.
"Kok...? dia.... pergi?", tanya Monica.
"Emmm... mungkin lebih baik jangan membuat dia berubah pikiran, Mon...", sahut Zinn.
TherMiaN mengecek lengannya, rupanya ada sebuah alat yang fungsinya seperti jam tangan, "Hmmm... 10menit lagi waktunya Chip War... apa karena itu dia kembali ke sarangnya?", katanya.
"Oia ya.... bener juga", kata Zinn.
Ravi yang akhirnya pusingnya hilang, bertanya, "Lho? kmana tuh momon?".
"Udah pergi, mungkin karena mau Chip War", jawab Cindy. Ravi memperhatikan Cindy...
"LHO?! kok kamu kembali jadi Isis?!", tanya Ravi heran.
"Enngg... ga tau juga deh, tadi aku rasanya marah pas kamu ditabok sama HSK itu, tau-tau jadi gini deh", kata Cindy dengan ekspresi polos.
"Ouw... gitu yah... jadi untuk berubah jadi Isis, kamu tinggal perlu marah aja... yawdah! balik lagi dong ke wujud tadi?", seru Ravi seneng.
Cindy ngegaruk-garuk kepalanya. "mmm... aku ga tau caranya...", kata Cindy sambil cengengesan. Ravi juga jadi nyengir kuning...
Mereka berlima berkumpul berdekatan kembali. Zinn turun dari kokpit RMAUnya dan bergabung dengan mereka.
"Yah, biar gimanapun, kita harus bersyukur masih hidup sekarang, dan ga ada yang kenapa-kenapa", kata Zinn.
"Maksud loh!?!", semprot Ravi.
"Oie, lu kena tampol barusan yah", kata Zinn sambil ketawa.
"Zzzzzz...", gerutu Ravi.
"Well, sebentar lagi jadwalnya Chip War, udah saatnya kita berpisah sebelom bikin gempar bangsa masing-masing kalo ngeliat kita ngumpul rame-rame disini...", ucap TherMiaN.
"Yap, bener banget....", sahut Zinn.
"Jadi? ini perpisahan kah?", timpal Ravi, "Sayang banget kalo semua ini berakhir, apa ga mungkin ketiga bangsa kita berdamai ya".
"Ya gak mungkin laaahh...", seru Zinn, TherMiaN dan Monica berbarengan.
"ew.... Oke dee...", bales Ravi, "mmm... Apakah ini ga mungkin terulang lagi? Gw udah lama memimpikan kita bisa berkumpul seperti ini....", Ravi terdiam, yang lain juga ga bisa ngomong apa-apa, karena mungkin mereka merasakan hal yang sama. "Apa setelah ini, kita akan terus saling berperang?", tanya Ravi lagi. Semuanya masih terdiam.
"Mungkin ini bisa terjadi lagi...", kata TherMiaN, semua langsung memperhatikan TherMiaN, "Mungkin...... Seandainya kalian ga mati duluan di medan perang..".
Ravi, Zinn, Monica dan RIsis Cindy terdiam sesaat, lalu saling liat-liatan..
"Eh... barusan dia itu bercanda apa serius ya?", tanya Zinn.
"Nah itu dia yang gw mau tanyain", sahut Ravi.
"Kayaknya sih serius, tapi tadi kukira bercanda..... tapi ga tau juga deh...", timpal Monica.
TherMiaN tertunduk lesu..... lalu berteriak sambil mengacungkan tangannya, "GRRR!!! KALIAN INI!!!", dan mulai mengejar-ngejar Ravi dan Zinn yang ngibrit sambil ketawa-ketawa. Hingga akhirnya dia sukses menangkap Ravi dengan tangan kanannya dan menangkap Zinn dengan kaki kirinya. (wew....).
Ravi ditengah tawanya, berkata, "Guys.......", TherMiaN dan Zinn menoleh ke arah Ravi, ".......Jangan mati ya...". TherMiaN dan Zinn saling berpandangan, Zinn tersenyum (mungkin klo si TherMiaN punya mulut dia bakal senyum juga kali). TherMiaN melepaskan cengkeraman kakinya dari Zinn, lalu mereka berdua mulai jitakin Ravi.
"HUU!!! Kecepetan 10 tahun lu ngomong gitu!!", kata Zinn.
"Harusnya lu tuh yang hati-hati kalo perang!!", sahut TherMiaN.
Mereka ketawa bersama-sama, Monica dan Cindy yang ngeliatin mereka cuma saling tersenyum.
"Hari ini gw ga ikut Chip War dulu", kata Ravi, "Nanggung 5% lagi...".
"5% buat apa?", tanya Zinn.
"Ada deh....", jawab Ravi.
"Yah... gw juga kayaknya absen dulu... gw lagi ada quest cari barang", kata TherMiaN.
"Untuk...?", tanya Ravi.
"Ada de....", jawab TherMiaN singkat.
"Mampus lu...", cibir Zinn ke arah Ravi.
"Grrr....", gerutu Ravi gondok.
"Hahaha... gw juga blom bisa ikut dulu beberapa minggu kedepan... lagi nabung", kata Zinn.
Ravi dan TherMiaN diem.....
"Kok ga ada yang nanya buat apa?!", seru Zinn.
"Bodo amat...", cibir Ravi dan TherMiaN. Zinn langsung nendangin mereka berdua, dan mereka pun tertawa-tawa lagi. Hingga akhirnya TherMiaN memperhatikan jam di tangannya.
"Hmmm... kayaknya kita harus berpisah skarang, dikit lagi bakalan rame di daerah sini... Belom Zinn sama Monica harus ambil jalan memutar yang jauh...", kata TherMiaN.
"Oke, kalo gitu gw sama Monica cabut duluan deh...", kata Zinn sambil mengajak Monica untuk masuk ke dalam kokpit RMAUnya, sebelom Monica beranjak pergi, TherMiaN menarik tangannya. Monica terkaget dan memandang TherMiaN.
Terdiam sejenak, TherMiaN bilang, "........hati-hati ya..", katanya lembut (OMG...lembut....swt).
Monica pun membalas dengan senyum, "Pasti....", lalu TherMiaN melepaskan tangannya dan dia pun memasuki kokpit RMAU Zinn, sebelom Zinn menutup pintu kokpitnya, mereka berdua melambaikan tangannya. Ravi dan RIsis Cindy membalas lambaian tangan mereka, sementara TherMiaN hanya memperhatikan. Setelah pintunya tertutup rapat, RMAU Zinn pun langsung bergegas pergi menjauh.
"Yah.... jadi ini saatnya?", kata Ravi kepada TherMiaN.
"Sepertinya begitu...", balas TherMiaN.
Ravi tersenyum dan mengulurkan tangannya, "Oke... sampe ketemu...", katanya.
TherMiaN memandangi tangan Ravi sejenak, lalu memandang Ravi sambil geleng-geleng, dan bikin Ravi jadi bingung sendiri. TherMiaN membalikan badannya dan mulai beranjak pergi. "Dasar orang yang aneh...", kata TherMiaN sambil melangkah menjauh. Ravi yang masih mengulurkan tangannya cuma bisa tersenyum melihat sikap TherMiaN itu. Lalu dia pun mengajak RIsis Cindy untuk kembali ke markas.
..............................
2 Bulan telah berlalu sejak para jagoan kita ketemu lagi. Tiap bangsa sedang mengalami konflik politik, yang membuat Archon masing-masing bangsa kedudukannya menjadi goyah. Chip war jam 9 malam hari ini, berpotensi untuk terjadi kekacauan yang tak terbayangkan.
Ravi yang sedang bersiap-siap untuk mengikuti war, setelah sekian lama absen, lagi beres-beres equipnya di kamarnya. Waktu dia lagi menggunakan armor 50 nya, pintunya di ketok.
"Masuk", kata Ravi.
Setelah pintu itu terbuka, Lime memasuki kamar Ravi.
"Oit..", sapa Lime.
"Hei... ada apa, tumben?", tanya Ravi.
"Enggak, iseng aja... tinggal 18 menit lagi, mau ngapa-ngapain juga tanggung", jawab Lime.
Ravi ketawa sambil tetep sibuk memakai armornya. Lime menatap Ravi dengan pandangan penuh arti, si Ravi yang menyadari hal ini jadi merinding sendiri.
"Euh.... pandangan lu kok mencurigakan gitu sih, Lime?", kata Ravi sambil mengambil jarak aman dari Lime.
"swt... lu kira gw hay....", sahut Lime.
"Lagian ngeliatinnya gitu amat...", balas Ravi.
"Enggak.... gw lagi keinget jaman dulu pernah berselisih pendapat sama lu..", jelas Lime.
Ravi berpikir sejenak, "Oh... yang soal ally sama Accre waktu itu?", tanyanya. Lime mengangguk. "Halah.. ga usah dipikirin, lagi. Waktu itu gw aja yang ngeyel ga mau ikutin pemerintah", kata Ravi.
"Hahaha.... yah, gw ga enak aja sama lu... pada akhirnya juga kita jadi satu guild gini..", kata Lime.
"io... gw juga kaget waktu liat lu tiba-tiba masuk guild gw....", tawa Ravi.
Lime terdiam sebentar, lalu berkata, "Vi...".
"Hm?", sahut Ravi.
"Cariin gw cewe dong... bosen gw ngejomblo..", kata Lime.
"swt.... nyari cewe kok nanya gw...", bales Ravi.
"Yah... lu kan dah terkenal dengan playboynya... jadi pasti banyak kenalan cewe dong?", seru Lime.
"Buset!! gosip darimana tuh?! gw ga playboy kok!!", bela Ravi. Sesaat kemudian, panggilan untuk berkumpul di Craig Mine berkumandang, "wah, dah saatnya... cabut yuk!", ajak Ravi.
"Yuk... eh... gw baru inget... bukannya kmaren lu dah punya armor baru?", tanya Lime.
Ravi tertawa kecil, "huhuhuhu.... itu untuk kejutan nanti... nih gw bawa di tas gw. Makenya ntar klo dah mulai war, biar keren. hehe..", jawabnya. si Lime cuma bisa geleng-geleng. Dan mereka berdua pun berangkat menuju portal Craig Mine.
..............................
Di markas Bellato, Zinn sedang melakukan persiapan di depan hangar unit MAUnya yang masih tertutup. Dari samping, Monica perlahan-lahan menghampirinya.
"Hei... tumben main kesini? Mau ikut war hari ini?", sapa Zinn begitu melihat Monica mendekatinya.
Monica tersenyum, "Hihi... enggak ah... kan dah pensiun kk", jawabnya, dari nada suaranya, terdengar keraguan yang nyata.
Zinn yang memperhatikan keanehan tersebut bertanya, "........ kamu.... mau ketemu TherMiaN?".
Reaksi Monica ga diduga oleh Zinn. Pikirnya si Monica bakalan kaget terus berusaha menutupi perasaannya sendiri. Di luar dugaan, Monica cuma diam dan menatap keluar pintu hangar dan mengela nafas pelan......tapi panjang. Tatapannya menerawang jauh bagaikan ingin melihat sesuatu yang tak terlihat. Zinn jadi ga enak udah nanya kayak gitu, tapi dia pikir, kalo emang Monica menghampiri dirinya sebelom saatnya war, pasti dia butuh kehadiran seseorang untuk menjadi sandaran.
Setelah agak lama terdiam, akhirnya Monica bersuara, "Aku...... ga tahan......", dari pemilihan kata itu, Zinn langsung tau dalemnya perasaan Monica wat TherMiaN. Pelan-pelan, mata Monica berkaca-kaca, hingga akhirnya satu persatu butiran air mata mengalir di pipinya. Zinn langsung memeluk satu-satunya keluarga yang tersisa dalam hidupnya, dan mengelus-elus kepalanya. Monica langsung terisak di bahunya Zinn, "Aku pingin ketemu dia, kak........", tangisnya.
Zinn jadi ikutan sedih, karena ga banyak yang bisa dia bantu untuk masalah satu ini. "Mungkin lebih baik kamu ikut aja war hari ini, siapa tau bisa ketemu dia nanti...", kata Zinn, mencoba memberikan solusi sebisanya.
Monica melepaskan diri dari pelukan Zinn, lalu geleng-geleng. "Ga bisa, kak. Kalo aku ikut war, yang ada aku harus bertarung melawan dia".
Zinn memandang adiknya itu dengan penuh khawatir, lalu berkata, "Apa itu bukannya lebih baik daripada enggak ketemu sama sekali?".
Monica terdiam dan sepertinya berpikir keras banget. Zinn jadi ketawa ngeliat ekspresi adiknya yang nano-nano gitu. Lalu dia menepuk kepala adiknya, "Hahaha...... udah, gini aja. Nanti kalo ketemu si bego itu disana, aku bilangin supaya bikin janji wat ketemuan sama kamu.... gimana?".
Monica masih ga berkata-kata, tampangnya yang ngeliatin Zinn makin nano-nano aja abis si Zinn ngomong gitu. Zinn jadi ketawa lagi. Tiba-tiba bunyi sirene terdengar kenceng banget.
"Wah, saatnya berkumpul nih", kata Zinn, lalu memperhatikan Monica, "Kamu tunggu aja dirumah ya, nanti tak kabarin". Monica masih menatap Zinn penuh arti, kayak kucing yang minta makan, bikin si Zinn jadi ketawa lagi, lalu menekan tombol untuk membuka pintu unit MAU nya.
Monica memperhatikan dengan takjub MAU milik Zinn, "Ini...... unit baru kakak?".
Zinn tersenyum penuh kegembiraan, "Keren kan? ga sia-sia pokoknya farming di Lures selama 3 bulan lebih", katanya sambil menangis penuh senyum dan mengepalkan tangannya.
"Maximus Zinn!", dari belakang ada yang memanggil dirinya. Seorang Holy Chandra bernama LuCiFeRia menghampirinya dan memberikan secarik kertas. Rupanya kertas itu adalah brief dari instruksi perang hari ini.
"Hmmm... katanya Cora dan Accretia berniat menyerang chip kita. Berarti hari ini kita harus def ya...", kata Zinn serius.
"Betul skali, Maximus, dan menurut Archon, hari ini komando def dipegang penuh oleh anda. Karena Archon akan mengkomandoi counter attack ke chip Accretia", jelas LuCiFeRia.
Zinn tersenyum, lalu mengangguk, "ZINN!!", lagi-lagi suara cewe memanggil nama Zinn. Seorang berserker cewe berlari menghampiri Zinn.
"Razelth? Ngapain kamu disini?", tanya Zinn.
"Ngapain? ya ikut perang dong!", jawab Razelth ceria.
"Ga boleh!! besok kan ada ujian!!", larang Zinn.
"Ujian?", tanya Monica heran.
Zinn jadi malu-malu gitu, "Emmm... dia kan masih di akademi...".
Mata Monica langsung jadi belo, "HAH?! bukannya dia udah jadi Berserker?! kok bisa masih di akademi??!!", tanya Monica, makin heran.
"mmm.... yah... pada dasarnya, dia ini tipe jenius, belom lulus dari akademi, tapi udah berhasil menguasai skill-skill elite. Meskipun gitu, karena persyaratan untuk bisa terdaftar sebagai patriot Bellato, harus punya sertifikat kelulusan dari akademi, sampe skarang nama dia masih blom terdaftar", jelas Zinn.
Monica memandang Zinn dengan senyum penuh curiga. "A...Apa sih?", kata Zinn salting.
"Ya ampuuun.... kakak... kamu..... demennya sama berondong yaaaa.... pantesan waktu bawa dia kerumah ga pernah bilang-bilang soal ini...", sindir Monica sambil ketawa.
Zinn jadi bingung mau ngomong apaan, cuma bisa diem dengan muka merah, si Razelth sendiri jadi cekikan ngeliat tunangannya di godain sama adiknya sendiri.
Plok! pundak Zinn di tepuk dari belakang. Zinn menoleh, "Hei, ngobrol aja! udah pada ngumpul tuh dari tadi! ayo jalan!", kata seorang Armor Rider lain yang bernama Kupo.
"Oh, iya.. sori. Ayo berangkat! Razelth, kamu ga boleh ikut war hari ini ya! awas kalo ikut!!", ancem Zinn sambil menunjuk idung Razelth. Razelth mengangguk penuh kekecewaan, Zinn tersenyum lalu mencium kening Razelth dan mengusap kepala Monica, lalu bergerak memasuki kokpit unit MAU barunya...... yang berwarna biru langit.
...............................
Markas Accretia terlihat lagi rame banget, keliatannya lagi persiapan untuk war. Banyak orang (mm.... makasudnya kaleng) yang berkumpul di depan portal. Suasana hiruk pikuk itu perlahan-lahan menjadi senyap dengan kehadiran 2 Accre yang datang perlahan-lahan mendekati portal. Satu Accre menggunakan armor serba putih. Yang satu lagi... menggunakan armor merah yang menyerupai seekor..... naga? Dragon Armor?
Seorang Punisher keluar dari kerumunan Accre-accre yang mulai bergosip. TyRaNt. "Siapa kalian?", tanyanya galak.
Accre yang berarmor naga menghampiri TyRaNt, "Halo, Tyr.... lu gak ngenalin gw?", tanyanya.
TyRaNt loading cukup lama dan men-scan sekujur armor Accre itu, hingga akhirnya dia menemukan name tag nya. "TherMiaN?!", serunya kaget. TherMiaN mengangguk. "Gila, kmana aja lu?! gw kirain dah mampus lu!", kata TyRaNt senang sambil menepuk-nepuk pundak TherMiaN, "lu dapet armor aneh dari mana nih?!", tanyanya.
"Ada deh... yang pasti sih lu ga bakalan mampu dapetin armor kayak gini", jawab TherMiaN.
TyRaNt mendorong badan TherMiaN sambil tertawa, "Hahaha... dasar lu, masih aja ngocol kayak dulu", TyRaNt lalu menengok ke Accre yang satu lagi, "Siapa?", tanyanya.
TherMiaN menoleh juga, lalu berkata, "Oh.... itu....", sebelom TherMian sempet melanjutkan apa-apa, dari kerumunan Accre-accre itu, sebuah suara berteriak.
"Kakak Raxion!!", seru suara itu. Dalam sekejap, suasana menjadi gaduh banget, sayup-sayup TherMiaN bisa mendengar nama Raxion di sebutkan berulang kali, TyRaNt yang didepannya aja langsung jadi bengong begitu nama itu disebut. Seorang Striker menyeruak dari kerumunan , dan langsung menghampiri Raxion.
"Weller?", kata Raxion kepada Striker yang menghampirinya itu.
"Kak Raxion!! Apa kabar?? aku kira kakak udah.......", seru si Weller. Kalo dia manusia (ato elf) pasti ngomongnya dah sambil nangis, pikir TherMiaN.
TherMiaN menyodok TyRaNt dengan sikunya, "Oi, mang si Raxion ini segitu terkenalnya ya?", tanya TherMiaN.
"HAH?! Lu jalan sama dia tapi ga tau dia siapa?!!!", teriak TyRaNt di kuping TherMiaN. "Dia itu legendanya Accre tauk!! Striker legendaris yang bisa bawa twin Siege Kit!!".
"Gw juga tau dia bisa pake twin Siege Kit, tapi...", blom selesai TherMiaN ngomong, dari kerumunan orang-orang terdengar ada yang ketawa terbahak-bahak, TherMiaN sama TyRaNt nyariin siapa yang ketawa, karena ketawanya aneh banget.
"BWAHAHAHAHA!!!", dari kerumunan accre-accre itu keluar seorang Punisher, dari tag name nya..... Kel1nk. TherMiaN langsung geleng-geleng sambil memegang mukanya. "Gw kirain siapa, taunya si sok jago yang nongol!! masih idup lu?!", serunya.
"Justru gw yang heran lu masih idup...", balas TherMiaN. Kel1nk ini adalah temen seangkatan TherMiaN di akademi Accretia, keduanya waktu itu adalah calon Punisher, dan dua-duanya seperti ga mau kalah untuk menjadi yang terbaik, sayang setelah lulus dari akademi, mereka di tempatin di kesatuan yang berbeda tugas.
Kel1nk ngeliat tangan TherMiaN yang tinggal sebelah, dan lagi-lagi ketawa, "BRUAHAHAHAHA!!! Tangan lu tinggal sebelah?! MwAHAHAHA!!! Gimana seorang Punisher mau bertarung kalo tangannya tinggal sebelah?!?!?!?". TyRaNt juga rupanya baru perhatiin klo tangan TherMiaN tinggal 1, dia ngeliatin bagian lengan TherMiaN yang dah ga ada.
Apa yang dilakukan TherMiaN berikutnya bener2 ga di duga Kel1nk. Dengan satu gerakan sebelah tangan, TherMiaN mencabut Launchernya, mengarahkannya ke muka Kel1nk, dan secepet kilat membuka Siege Kit nya yang berwarna biru.
Kel1nk yang terkaget cuma bisa diem melongo ngeliatin moncong Launcher yang ada tepat di depan idungnya, dan berbunyi TUIIIIIIINGGG.... "Ada masalah sama tangan gw?", tanya TherMiaN dengan ekspresi serius dan tatapan yang menyala. TyRaNt juga terkaget ngeliat bawaan TherMiaN.
Dalam posisi serba salah, Kel1nk lagi2 ketawa, "AHAHAHAHAH!!!! Seorang Punisher mereset job nya menjadi Striker?! HUAHAHAHA!! INI baru LUCU!!! WUAHAHAHAH!!!", lalu berbalik dan menjauh sambil tertawa. TherMiaN lalu menutup Siege Kit nya, dan menyimpan Launchernya.
TyRaNt yang terbengong2 jadi bertanya, "Kok lu jadi bawa Launcher sekarang?!", tanyanya heran.
"Mang knapa?", sahut TherMiaN.
"Ya gapapa sih.... pingin tau aja?", seru TyRaNt.
"Gapapa sih.... pingin aja...", jawab TherMiaN, santai.... yang membuat TyRaNt langsung tertunduk.
"Haiz.... ya terserah lu lah.... dari dulu emang aneh lu.. btw, itu tangan lu ga mau di benerin dulu?", tanya TyRaNt lagi.
TherMiaN geleng-geleng, "Ga usah, waktu war udah deket, lagian juga, jadi Striker gw ga perlu 2 tangan kok... 1 tangan aja cukup..", balas TherMiaN. TyRaNt cuma bisa geleng-geleng liat kelakuan TherMiaN.
"Yah... lu emang makhluk aneh.... ga heran deh gw...", kata TyRaNt, bersamaan dengan itu, panggilan untuk berkumpul di Chip Accretia berkumandang. "Yawdah yuk berangkat!", seru TyRaNt, TherMiaN mengangguk, dan mereka pun berangkat menuju Craig Mine.
............... Control Chip Cora...
Ravi lagi berdiri di dekat Control Chip Cora, sambil mengambil posisi yang strategis, sambil celingak-celinguk untuk memastikan dia berada di posisi yang pas, Ravi bersiap-siap untuk mengganti armornya. Dengan gerakan secepat kecoak, Ravi mengganti armor bronze lvl 50 nya, dengan sebuah armor yang disebut dengan Night Walker armor. Dibanding Bone Armor yang berbentuk baju zirah yang sangat-sangat tebal, Night Walker Armor ini justru bisa dibilang hampir tidak memiliki satu bagian pun yang bisa di andalkan menjadi tameng untuk tubuh, hanya berbentuk seperti jaket bertelanjang dada dan celana panjang biasa. Bagian yang terlindung hanya bagian lengan yang tertupi oleh armor hitam yang ringan, tapi sangat-sangat keras.
Insting Ravi berkata bahwa semua orang sedang memperhatikan dirinya dan membicarakannya, Ravi tersenyum senang, dan tertawa kecil. Tiba-tiba dari belakang kepalanya di keplak.
PLAK!!
"Aduh!!", seru Ravi sewot sambil mencari sumber penyerangannya. Dan dibelakangnya berdiri seorang Advanturer, temen satu guildnya, NoSoul.
"Ngapaen lu ganti baju disini?!", dampratnya, "Barusan gw dapet banyak laporan ada anak guild JusticE yang melakukan tindakan pornoaksi disini!!".
Ravi langsung terbengong dengan semprotan temennya, dan menyadari bahwa pikirannya yang kirain lagi di kagumi ternyata salah. Dengan tertunduk lesu, dia mengikuti NoSoul yang mengajaknya menuju formasi garis depan. Sampe di garis depan, semua orang menyiapkan senjata masing-masing, Ravi pun mengeluarkan Metal Elven Blade nya. Sepasang pedang ganda yang sangat kuat dan cuma bisa dikuasai oleh warrior berkemampuan tinggi.
Lime menghampiri Ravi, "Oi... gw udah duga pasti lu tadi yang dilaporin pornoaksi di deket Control Chip..", tawanya.
"Grrrrmmm....", Ravi cuma bisa menggerutu.
"Btw, knapa sih lu udah bisa pake senjata itu, bukannya pake armor warrior paling kuat aja?", tanya Lime.
"Hmm.... ga ah.... gw dari dulu sebenernya gerah make armor warrior yang berat-berat... lu sendiri knapa Grazier tapi pake armor ranger?", tanya Ravi balik.
"hmmmm... biar larinya enteng sih... okeee... kayaknya gw ngerti maksud lu", kata Lime, Ravi pun nyengir.
"Sebenernya gw juga demennya make armor ranger, tapi karena gw musti maju wat mukul musuh, armor ranger rada susah wat dipake manuver sambil nyerang pake pedang soalnya, blom lagi armornya tipis betul. Untung ada armor ringan khusus warrior ini", jelas Ravi dengan mata berbinar-binar.
"SEMUANYA!!! MAJU!! KITA SERANG CHIP BELLATO!!!", teriakan sang Archon membuyarkan obrolan Ravi dan Lime. Seluruh partiot Cora pun berteriak semangat menyambut instruksi Archonnya.
"UWOOOOOOOOOOO!!!!", dan segenap kekuatan perang Cora pun melaju menuju Control Chip Bellato.
Dalam perjalanan menuju Chip Bellato yang cukup jauh, Ravi dengan sukses mengkoleksi 5 tamparan, 7 pentungan dan 3 tendangan dari para cewe-cewe pejuang Cora yang dia godain sepanjang jalan. Hingga akhirnya pasukan Cora pun tiba di dekat Control Chip Bellato, sang Archon menghentikan gerakan rakyatnya, dan Ravi pun berkumpul kembali bersama guildnya.
"Swt..... muka lu knapa?", tanya Lime yang dihampiri Ravi dari samping.
"Biasa.... tanda cinta dari para wanita-wanita....", jawab Ravi sambil nyengir. Lime cuma bisa geleng-geleng.
"Gw heran, padahal di guild kan banyak cewe, kenapa ga lu godain cewe-cewe guild aja?", tanya Lime.
Ravi langsung shock mendengar pertanyaan Lime, "Ogah! Anak-anak guild mah hode semua!", jawab Ravi ketus. Ravi jadi kaget ngeliat ekspresi Lime yang tiba-tiba berubah menjadi pucat pasi. "Wew, kenapa lu?", tanya Ravi.
"Lu serius?", tanya Lime, Ravi menangguk.
"Mang knapa?", tanya Ravi balik.
Lime tanpa menjawab langsung mengarahkan pandangannya kepada seorang cewe dalam guildnya, seorang Advanturer bernama Nakoruru. Ravi jadi ikutan ngeliatin cewe itu. Nakoruru yang menyadari Lime memperhatikan dirinya mengedipkan sebelah mata dan melemparkan sebuah ciuman kepada Lime. Lime dengan tampang yang masih pucat, melambaikan tangannya kepada Nakoruru.
"Wedeh... lu lagi deket sama dia ya?", tanya Ravi. Lime mengangguk dengan mata memelas kayak anak anjing yang baru dibuang majikannya. Ravi menepuk-nepuk pundak Lime dan berkata, "Turut berduka cita bro....", lalu ngeloyor pergi.
15 detik lagi sebelom battle start....
15 detik yang terasa lama....
15 detik yang memacu adrenalin....
Hingga akhirnya.....Perintah dari pemimpin bangsa muncul :
BATTLE START!!
"MAJUUUUU!!!!", teriak sang Archon.
"UUOOOOOOOOOOGGGHHHH!!!!", seru rakyat Cora, dan mereka pun merangsek maju menuju pusat Control Chip Bellato. Ravi yang ga mau ketinggalan berusaha maju paling depan bersama Red Isis Cindy-nya.
Tapi apa yang mereka saksikan di Control Chip Bellato sangat-sangat tidak mereka duga...
Control Chip tersebut......
Sepi....
Ga ada satupun patriot Bellato yang menjaga Chip tersebut.
Para pejuang Cora yang semangatnya udah berapi-api untuk bertempur jadi terbengong-bengong. Keraguan yang sesaat ini dirasa cukup membahayakan oleh sang Archon. Akhirnya dia memerintahkan pasukannya untuk membagi dua kekuatan, satu untuk menghancurkan Control Chip, satu lagi untuk berjaga-jaga dari kemungkinan serangan mendadak musuh.
Ravi beserta guildnya, dan beberapa guild lain kebagian tugas untuk berjaga-jaga. Belom terlalu lama, seorang Grazier bernama Azumi berteriak,
"KALENGG!!", tentunya semua orang yang ada disekitarnya langsung mengarahkan pandangan ke satu titik yang sama. Dari arah pandangan mereka, begitu banyak pasukan Accretia berbondong-bondong menghampiri Control Chip Bellato, dimana pasukan Cora lagi asik-asiknya ngancurin Control Chip tersebut, dan beberapa lagi enak-enaknya farming HMS.
Archon Cora pun langsung memberikan perintah untuk mengatur formasi kepada para pasukan penjaga. Dalam waktu singkat, formasi bertahan Cora terbentuk, dan Accretia yang sedang melaju mendekati mereka pun berhenti cukup jauh, sepertinya atas perintah Archonnya.
Ravi yang berdiri di salah satu barisan terdepan, ngeliat sosok Accretia yang menggunakan armor yang berbeda dari yang lainnya. Dan Accretia itupun keliatan banget lagi ngeliatin Ravi dengan tajam. Tanpa perlu ngeliat name tag nya, Ravi udah tau itu siapa, TherMiaN.... (Abis tangannya cuma satu sih)
Di sisi seberangnya, TherMiaN yang berdiri ga sabar untuk merangsek maju dan melumatkan semua Cora yang ada di hadapannya, menatap Ravi dengan tatapan haus....... haus akan darah..... TyRaNt yang ada di samping TherMiaN nyeletuk,
"Kayaknya gw kenal Coro yang di depan kita itu tuh.... pernah liat dimana ya gw...", tanyanya.
"Yang waktu itu di Elan...", jawab TherMiaN singkat tanpa mengalihkan pandangannya dari Ravi.
"Ooo... iya ya.... yang kayaknya cupu itu ya... kok kayaknya dia ga secupu dulu yah....?", kata TyRaNt.
TherMiaN terdiam sejenak, trus dengan mata yang menyala, dia berkata, "Kalo dia masih secupu dulu, ga ada gunanya gw ikut war hari ini....", sahut TherMiaN dengan nada senang.
Archon Accretia memberikan instruksi kepada pasukannya untuk membelah arah serangan menjadi 2, untuk mengapit pasukan Cora dari samping. Saat pasukan Accretia terbelah menjadi 2, TherMiaN ga bergerak dari posisinya, diam menatap Ravi. Ravi lumayan kaget ngeliat TherMiaN yang ga mengikuti instruksi Archonnya itu.
"HEI!! SIAPA SI DODOL YANG TANGANNYA CUMA SEBELAH ITU?!! SURUH MINGGIR!! IKUTIN PASUKAN YANG LAIN!!!", teriak sang Archon.
TherMiaN tetep ga bergerak se senti pun. Tatapannya tetep mengarah ke satu titik. Kelakuan membangkang TherMiaN ini ngebikin Archonnya gondok, langsung memberikan hukuman bangsa kepada TherMiaN.
"KALIAN SEMUA BOLEH MENGHAJAR DIA!!!", seru sang Archon.
Tiba-tiba mata TherMiaN menyala terang sekali, dan dalam satu gerakan cepat, dia mencabut Launchernya, dan langsung membuka Blue Siege Kit nya.
"HEI?! LU....", belom selesai si Archonnya ngomong, TherMiaN udah memuntahkan sebuah peluru ke arah kerumunan Cora dimana Ravi yang berdiri paling depan itu.
BDHUUUUUARRRRRR!!!!! Launcher TherMiaN menyalak kenceng banget dan bikin orang-orang disekelilignya jadi budeg.
"AWWAAASSS!!", teriak Cora-cora yang berada dalam jalur tembakan TherMiaN dan berusaha untuk melarikan diri. Tapi ga mungkin sempetlah...
DDDHHHAAAAAARRRRR!!!! Suara hantaman peluru yang mengenai objek sasarannya itu pun ga kalah kenceng. Angin dan debu pun melayang dimana-mana.
Begitu kumpulan debu itu memudar, sebuah sosok Paimon berlapiskan platinum udah berdiri menghalangi di depan Cora-Cora yang udah pontang-panting berusaha kabur. Dari belakangnya, muncul seorang Cross-Job yang sepertinya pemilik dari Paimon tersebut.
Ravi yang terselamatkan berkat Paimon platinum itu berseru, "DewaLoki?!!".
DewaLoki nyengir dan melambaikan tangannya ke Ravi, "Yo... lama ga ketemu...", lalu dia melihat kearah TherMiaN, dan menarik sebelah kantong matanya sekalian lidahnya melet. "Weeee.... ga kenaaa....", cibirnya.
TherMiaN yang terdiam sejenak lalu berseru, "Yakin...? coba liat piaraan lu tuh....", balasnya sambil memberi isyarat dengan kepalanya.
DewaLoki yang sebenernya ga ngerti TherMiaN ngomong apa, dengan isyarat dari TherMiaN jadi memperhatikan kondisi Paimonnya baru meyadari kalo lapisan platinum yang melindungi kulit si Paimon hancur berantakan dan menyisakan lapisan emas di baliknya. "Hooo... boleh juga.....", seru DewaLoki, dan dia pun kembali memandang TherMiaN, dan menunjuk kearahnya, "Kayaknya lu boleh juga buat dilawan.... Ayo maju!!", tantangnya.
Dari kumpulan Accre yang lagi membelah pasukannya, Raxion memisahkan diri dari barisannya. "E BUSET!! ADA LAGI YANG NGIKUTIN?!!", teriak Archonnya bete.
Raxion menghampiri TherMiaN dan berdiri di sebelahnya. DewaLoki rada kaget ngeliat Striker itu.
"Ra...Xion....??", kata DewaLoki. Raxion cuma terdiam dan memperhatikan DewaLoki dalam-dalam. DewaLoki tiba-tiba tertawa kenceng, "HAHAHAHA!!! Ini dia yang gw tunggu!! akhirnya setelah bertahun-tahun gw nemuin lu lagi!! Kali ini kita tentukan siapa yang terbaik di antara KITA!!!", DewaLoki langsung mensummon keempat Animusnya sekaligus dan langsung berlari mendekati Raxion.
"Minggir, Ther.... dia bagian gw...", kata Raxion kepada TherMiaN, dan dengan kata-katanya itu, Raxion langsung mengeluarkan kedua Launchernya dan membuka Twin Siege Kitnya. Accre-Accre yang ngeliat langsung pada berseru takjub, "WOOOooogghhhh!!!", sementara Cora-Cora yang liat pada terbengong-bengong.
"Oke, silakan ambil.... mangsa gw yang ada dibelakangnya kok", kata TherMiaN santai sambil menutup Blue Siege Kitnya, lalu berjalan menjauhi Raxion.
TherMiaN kembali berhadapan dengan Ravi dalam jarak yang cukup jauh. Keduanya ga bergerak, seolah-olah tinggal mereka berdua yang ada di Novus. Pasukan Accretia dan Cora yang mulai bentrok sama sekali ga di hiraukan oleh mereka. TherMiaN menunjuk ke arah Ravi, lalu mengacungkan jempolnya ke bawah. Ravi tersenyum dan menjawab tantangan TherMiaN, dia menempatkan jempolnya di leher, lalu membuat garis lurus kesamping. Setelah itu, Ravi langsung bergerak cepat ke arah TherMiaN, TherMiaN pun ga kalah cepet ngebuka Blue Siege Kitnya,
Meskipun gerakan Ravi cepet, tapi jarak antara dia dan TherMiaN cukup jauh yang membuat TherMiaN lebih mendapatkan keuntungan dari situasi ini. Sebelom Ravi sempet menyentuh dirinya, TherMiaN lebih dulu melepaskan tembakan.
DHUARRR!! meleset, Ravi ternyata lebih gesit dari dugaan TherMian. Dalam waktu yang singkat, Ravi udah nyampe deket TherMiaN, dengan satu gerakan, TherMiaN melindungi badannya dengan Siege Kitnya yang terbuka.
Ravi ketawa, "Hahahaha!! Percuma lu berlindung pake Siege Kit lu, Ther!! Bakalan gw belah jadi 10!!", serunya, dan langsung membabat Blue Siege Kit TherMiaN tanpa jeda dibantu oleh RIsis Cindy. Diluar dugaan Ravi, Siege Kit biru milik TherMiaN itu cukup keras, dan ga bisa dia hancurkan seperti Siege Kit biasanya.
"Dasar naif, lu pikir kekuatan Blue Siege Kit ini sama kayak Siege Kit biasa?", kata TherMiaN dari balik Siege Kitnya. Ravi yang akhirnya menghentikan serangannya terkaget begitu TherMiaN berbalik dengan cepet dan mengarahkan moncong Launchernya ke muka Ravi, rupanya selama bertahan tadi, TherMiaN udah mempersiapkan Launchernya untuk menembak, jadi pada saat dia berbalik, Launchernya sama skali ga pake delay dan lansung menembak.
DHHUUUARRRRR!!!!! Ravi cuma sempet menutup badannya dengan kedua pedang dan armor di tangannya.
BRUANNNGGG!!!! menerima serangan Blue Siege Kit dalam jarak sedeket itu, membuat Ravi terpelanting jauh kebelakang dan terguling-guling di tanah. Badan Ravi penuh luka gara-gara menerima serangan barusan, dahinya mengeluarkan darah segar, dan dia pun berusaha berdiri.
"Ternyata lu masih aja cupu, dari dulu ga berubah.... seorang warrior harus punya strategi menyerang yang tepat. Dan lu ga pernah punya itu...", kata TherMiaN. Ravi yang mendengarnya jadi marah dan berlari mendekati TherMiaN lagi.
whuuuussshhhhhHHHHHHH..... DHHUUUARRRR!!! Sebuah ledakan diantara Ravi dan TherMiaN mengejutkan keduanya. Sebuah tembakan? Siapa berani menganggu duel gw?! pikir TherMiaN. Dari belakang pasukan Accretia terlihat banyak sekali pasukan Bellato dan ledakan itu rupanya adalah sebuah tembakan dari sebuah RMAU tipe Catapult.
"Cih!! rupanya mereka ngumpet disana dari tadi!", Seru Ravi. Tanpa di duga, barisan belakang Cora juga mulai gaduh, ternyata di sana juga banyak pasukan Bellato. "Apa?! Sialan!! Bisa-bisanya mereka memanfaatkan keadaan seperti ini", caci Ravi.
Dari kerumunan Accre-Accre yang ada, sebuah sosok MAU berwarna biru mementalkan banyak sekali pasukan Accre dan keluar dari kerumunan itu. MAU biru bertipe Goliath itu melaju kearah TherMiaN dan siap-siap untuk menjadikan TherMiaN mangsa berikutnya, dalam sebuah gerakan yang cepat, TherMiaN menutup Siege Kitnya, tapi belom tertutup dengan sempurna, TherMiaN udah bergerak dan menghindar dari serangan Teal MAU itu.
Setelah sukses menghindar, TherMiaN membuka lagi Siege Kitnya yang setengah tertutup, dan langsung melakukan Compound ke arah TMAU itu.
DHHUARRR!! DHUARRR!!! TMAU itu mengangkat sebelah tangannya dan menerima serangan TherMian dengan pasrah. Serangan yang diterimanya itu lumayan terasa, dan membuat MAU nya untuk sesaat susah di kendalikan.
"Hoo.... ini toh rasanya kena gempuran Blue Siege Kit", kata suara di dalem kokpit TMAU itu. Zinn...
"Zinn!! jangan ganggu duel gw sama TherMiaN!!", teriak Ravi, "Gw ga butuh bantuan!!".
TMAU Zinn menoleh kepada Ravi, "Gw? bantu elu?", kata Zinn, lalu ketawa, "Ahahahaha!!! Apa yang membuat lu berpikir gw berniat ngebantu elu?!!", seru Zinn lalu melaju dengan TMAUnya kearah Ravi. Dalam waktu singkat, Zinn melayangkan lengan Goliathnya untuk meratakan Ravi dengan tanah.
TRANNNGG!!! Ravi menahan sabetan lengan Goliath itu dengan pedangnya. "Wooghh... boleh juga kekuatan lu bisa nahan TMAU gw...", kata Zinn.
"Iya dong..... gw githu loh!!", seru Ravi yang langsung bersalto dan mengincar kepala TMAU Zinn dengan sebelah pedangnya.
TRAAANGG!!! lengan Goliath yang satu lagi memblok serangan Ravi dengan sempurna.
"Percuma, Vi", kata Zinn.
"Oya?!", balas Ravi, lalu langsung mengayunkan pedang yang satunya lagi, CRASHH!! dan berhasil membuat kerusakan di bagian kamera TMAU Zinn. Ravi pun kembali bersalto kebelakang. Lalu dengan pose mengejek, Ravi berkata, "Weee... pasti sekarang layar monitor lu jadi susah ngeliat.... huhuhu...".
"Dasar sialan... skarang giliran gw ngerusakin monitor lu!!", seru Zinn sembari kembali menyerang Ravi.
sssshhhhhuuuUUUUWW!!! DHHUUARRRR!! Sebuah tembakan yang mengarah ke Zinn dan Ravi mendarat dengan telak............. ke badan Goliath Zinn, sementara Ravi dan RIsis Cindy dengan sigap ngumpet di balik badan Goliathnya Zinn.
"Buset!! Enak amat lu ngumpet disana!?!", maki Zinn kepada Ravi. Ravi melet sambil mengangkat dua jari telunjuk dan tengahnya berpose 'peace' sambil berlari ngejauh dari TMAU Zinn.
TherMiaN yang melepaskan tembakan itu berseru, "Ooiii..... kurang ajar amat kalian ngacangin gw?! Dasar ga sopan".
Ravi, TherMiaN dan Zinn kembali saling berhadapan, 1 vs 1 vs 1, ga ada temen, semua musuh, ga ada kesempatan untuk lengah sedikit pun. This is it..... the Final Battle....
(Nah... ini saatnya mendengarkan lagu 'One', theme song dari RF^^)
Pertarungan ketiganya berlangsung sangat alot, diantara mereka bertiga, yang paling gesit adalah Ravi, tapi sekaligus juga yang paling banyak mendapatkan luka akibat serangan-serangan TherMiaN dan Zinn, TMAU Zinn daya hancurnya emang jauh lebih besar, tapi kecepatannya berkurang banyak dibandingkan dia mengendarai RMAU, karena ketidak mampuannya bermanuver, Ravi dan TherMiaN cukup banyak memanfaatkan kekurangan tersebut, dan bersama RIsis Cindy lumayan bikin lecet TMAU itu. TherMiaN sendiri meskipun memiliki kemampuan bertahan yang bagus dan bisa bermanuver dengan menutup setengah Siege Kitnya, lumayan kewalahan kalo di serang dari 2 arah, ketiadaan sebelah lengan yang mungkin bisa membantu memegang senjata lain dirasakan cukup membatasi kemampuan TherMian.
Cukup lama rasanya pertarungan ketiga sahabat itu berlangsung. Ravi udah terluka dimana-mana, TMAU Zinn udah banyak kerusakan, ditambah hancurnya sebelah lengan Goliathnya akibat serangan TherMiaN. TherMiaN sendiri Siege Kit nya udah lumayan rusak, sementara bagian badan TherMiaN sendiri sempet lecet juga oleh serangan Ravi.
"Hahhh....Hahhh.....Hahhh....", Ravi yang satu-satunya harus bertarung mengandalkan kemampuan badan sendiri keliatannya cukup terkuras staminanya, "Curang lu pada...... masa gw sendiri yang paling cape?".
"Yah.... itu derita lu, Vi", kata Zinn dari dalem TMAU nya yang muali susah digerakin akibat banyak kerusakan.
"Sialan lu...", sahut Ravi.
Tiba-tiba terdengar pengumuman masing-masing bangsa....
Hati-hati! Bom Nuklir dari Bellato terdeteksi di area!!
Ravi, TherMiaN dan Zinn terkaget mendengarnya, masing-masing pun melihat radar miliknya.
Targetnya...........
Ravi.
Ravi dan RIsis Cindy saling liat-liatan dengan tampang ga percaya. Kabur? gimana caranya? Ravi melihat sekeliling, dan banyak sekali patriot dari 3 bangsa yang menutupi jalannya untuk pergi kemana-mana Zinn dan TherMiaN ngeliatin Ravi dengan perasaan tak menentu.
"Yah..... keliatannya ini akhir dari pertarungan kita....... mendingan kalian pada ngejauh dari gw deh....", kata Ravi dengan senyum, badannya yang udah ampir ga bertenaga dengan luka dimana-mana sepertinya udah pasrah dengan apa yang akan di hadapi. Tanpa di duga, TMAU Zinn kembali menerjang Ravi.
TRAAANNGG!!! Ravi menahan serangan Zinn dengan pedangnya, "ZINN!? NGAPAIN LU?!! CEPET PERGI DARI SINI!!!", kata Ravi.
"Hahaha..... jangan sok keren lu, Vi..... gw belom puas bertarung sama lu...", kata Zinn.
TherMiaN pun ikutan menerjang Ravi untuk mendapatkan jarak tembakan terdekat yang bisa menghasilkan damage lebih tinggi, "HAH!! Daripada kalian berdua mati gara-gara nuklir, mendingan gw yang mampusin kalian berdua!!", seru TherMiaN. Lalu membuka Blue Siege Kitnya dan menembakkannya kearah Ravi dan Zinn.
DHUUUARRR!!! Ravi dan Zinn entah gimana lumayan mampu menghindari tembakan TherMiaN.
Bom akan meledak dalam 15......
"THER!! JANGAN GILA LU!! CEPET PERGI DARI SINI!!!", teriak Ravi.
"CEREWET LU!!!", balas TherMiaN, dan kembali memuntahkan pelurunya ke arah Ravi.
Bom akan meledak dalam 10.....
"UAAAGGGHHHH!!! KALIAN INIII......", teriak Ravi, dan berlari kearah TherMiaN, sementara TMAU Zinn mengejar Ravi. TherMiaN pun kembali ke posisi bertahan dan berlindung dengan Siege Kit nya, Dari jauh, RIsis Cindy menembak Siege Kit TherMiaN tersebut. Hingga akhirnya Ravi sampe ke tempat TherMiaN berdiri...
"Untuk terakhir kalinya, Ther, akan gw kasih liat...... kekuatan...... GUE!!!!", Ravi memegang kedua pedangnya dalam satu genggaman erat, bagaikan memegang sebuah tongkat baseball, lalu mengayunkannya ke Siege Kit TherMiaN tanpa menggunakan sisi tajem dari pedang itu.
BRUUANNGGG!!!! Pedang ganda yang ada di genggaman Ravi pun hancur berkeping2 bersama adan TherMiaN yang terpental dan melayang menjauh dari Ravi.
"A...APA??!?!" teriak TherMiaN ga percaya kalo dia baru aja di pentalkan oleh Ravi.
Bom akan meledak dalam 5......
"ELU JUGA, ZINN!!", seru Ravi, yang langsung mengambil Hora Staff nya dan langsung meng-cast Sand Storm ke arah TMAU Zinn. Dalam sekejap, tanah solid di depan Ravi bagaikan meledak, dan ledakannya itu terus mengarah ke Zinn, yang akhirnya mendorong dan mementalkan TMAU Zinn menjauh dari Ravi.
"UAGH?!!", teriak Zinn dari TMAUnya.
Bom akan meledak dalam 3....
Ravi yang kehabisan tenaga, berlutut di tanah, RIsis Cindy datang dari belakangnya dan memeluk Ravi. Ravi membalikkan badannya untuk memeluk RIsis Cindy
Bom akan meledak dalam 2.....
Tubuh RIsis Cindy menyala terang, dan sosok Cindy yang biasa kembali muncul... Ravi tersenyum ngeliat Cindy, yang juga tersenyum balik.
Bom akan meledak dalam 1......
TherMiaN dan Zinn melihat saat-saat terakhir Ravi dan Cindy yang berciuman dalam sebuah pelukan hangat....... sebelom akhirnya sebuah cahaya hijau menyilaukan mata mereka dan menimbulkan ledakan yang dahsyat...
BLLLEEGGGGAAAARRRRR!!!!!! Sekian banyak patriot Novus yang berada di dekat lokasi Ravi juga terkena imbasnya, bahkan TherMiaN dan Zinn yang udah cukup jauh dari posisi Ravi masih terkena dampaknya, efek nuklir yang jatoh menurunkan HP mereka secara drastis, dan membuat tubuh mereka terkena radiasi berwarna hijau.
Saat Zinn dan TherMiaN memandang ketempat dimana Ravi berada........ semuanya udah rata dengan tanah, wujud Ravi dan Cindy udah ga terlihat sama sekali, bahkan armor dan senjata Ravi pun lenyap ga berbekas............mereka telah gugur...... bersama patriot Novus lainnya.
Ravi, seorang teman yang sangat baik, playboy cap flem yang selalu ceria dan rada-rada nyeleneh..... sudah tiada. Ga berasa, air mata menetes dari mata Zinn. TherMiaN pun terdiam tanpa bergerak.
"AAAAGGGHHHH!!!!!" teriak Zinn dari kokpitnya, lalu mencoba membangunkan TMAUnya dengan susah payah. "TherMiaN!! Kita belom selesai!!!", seru Zinn kepada TherMiaN.
TherMiaN pun berusaha berdiri dengan susah payah dengan Blue Siege Kit nya yang udah acak adut. "Berisik..... lu pikir gw udah selesai?", sahut TherMiaN, yang akhirnya bisa berdiri dan mengambil posisi menembak kembali.
Keduanya tau kalo mereka melanjutkan bertarung cuma demi melupakan kesedihan mereka atas kematian Ravi, tanpa memperdulikan nyawa yang udah Ravi berikan kepada mereka.
Zinn menerjang dengan TMAU nya yang tinggal memiliki sebelah lengan kearah TherMiaN, TherMiaN menembak dengan sisa-sisa tenaga dan pelurunya.
DHUARR!!! TMAU Zinn udah ga mampu bermanuver menghindari serangan TherMiaN dan hanya menerima peluru-peluru Launcher TherMiaN dengan pasrah.
DHUARRR!! Tembakan kali ini menghancurkan sebelah lengan Goliath Zinn yang tersisa. Tapi Zinn sama sekali ga menghentikan terjangannya.
DHUARRR!! Tembakan berikutnya merusakkan sendi di kaki TMAU Zinn, dan membuat unitnya tersungkur di tanah dan terguling-guling..... masih cukup jauh dari TherMiaN.
Zinn mencoba membangkitkan unitnya, tapi dengan kerusakan yang dia terima, TMAU nya udah sama sekali ga sanggup untuk berdiri.
"Ayo Verde!! Kita belom selesai!!! Ayo berdiri!!", serunya kepada unit miliknya, sambil terus berusaha membangkitkan unitnya. Dari luar, terlihat sekali usaha Zinn untuk membuat TMAU nya berdiri lagi.... tanpa hasil.
TherMiaN menutup Blue Siege Kitnya, dan berjalan perlahan mendekati Zinn. "Segitu aja kekuatan mesin lu, Zinn? segitu aja..... kemampuan... lu?", katanya sambil terus melangkah.
Zinn tau kalo TherMiaN bukan tipe yang membiarkan lawannya hidup dalam sebuah perang, dengan segala daya, Zinn terus mencoba membangkitkan TMAUnya.
"Hehehehe..... kasian amat lu..... bahkan gw aja kasian ngeliat lu.... berjuang mempertahankan hidup lu..... dengan cara yang menyedihkan.....", ucap TherMiaN dengan tawa yang dingin.
WHUSHHH!! Tiba-tiba langkah TherMiaN terasa berat banget..... Ensnare?!! TherMiaN langsung mencari sumber debuff itu, dan di ujung sana, dia ngeliat........... Monica. Monica berdiri di sana dengan menggunakan pakaian spiritualis Cora-nya dan memberikan debuff kepada TherMiaN untuk mencegah TherMiaN menyerang Zinn.
"Monica?!", seru Zinn heran, "Ngapain kamu disini?!!".
"Them.... hentikan ini!!", teriak Monica dengan tegas. TherMiaN memandang Monica sejenak, lalu matanya menyala terang seolah-olah menertawakan Monica, dan dia melanjutkan gerakannya mendekati Zinn. "TherMiaN!! JANGAN!!", pekik Monica sambil menyerang TherMiaN dengan Energy Ball.
DHARR!! TherMiaN tersungkur menerima serangan langsung Monica. "TherMiaN!!", teriak Monica khawatir.
"Hehehe... aneh sekali.... lu mengkhawatirkan musuh yang lu serang?", kata TherMiaN dingin, lalu berdiri lagi, dan kembali berjalan mendekati Zinn.
"TherMiaN!!! Tolong berhenti!!!! PLEASE!!!", teriak Monica lagi, kali ini, dengan air mata di pipinya.... tapi seperti sebelomnya, permohonan Monica sama sekali ga di gubris oleh TherMiaN.
Akhirnya dengan susah payah, TherMiaN sampe di deket Zinn dan langsung membuka Blue Siege Kitnya. Pada saat TherMiaN membuka Siege Kitnya, kerusakannya rupanya lebih parah dari dugaan, berulang kali Siege Kit tersebut macet di tengah jalan, tapi tetep di paksa membuka oleh TherMiaN.
Pada akhinyr bisa terbuka pun, Siege Kit itu korslet dimana-mana, sepertinya bisa meledak kapan aja. TherMiaN memperhatikan gejala ini, dan berkata kepada Zinn, "Gimana kalo kita sama-sama nyusul si dodol itu?", katanya tenang.
"THERMIAN!!" teriak Monica, TherMiaN menengok sejenak kearah Monica. Diujung sana, Monica udah mempersiapkan Lightning Chain, tubuhnya udah di aliri listrik menandakan dia bisa menyerang kapan aja. "Kalo kamu terusin, aku akan menembak!!", teriak Monica dengan banjir air mata membasahi pipinya. "Please...... Themmy....... jangan lakukan ini......", tangis Monica sambil bergeleng-geleng memohon.....
TherMiaN diam ga bergerak memandang Monica, Monica yang ga berhenti menangis terus menatap TherMiaN penuh harapan. Harapan agar pujaan hatinya melepaskan dia dari belenggu dilemma ini.
Tiba-tiba mata TherMiaN menyala terang, dan dengan satu gerakan jarinya, dia menekan pelatuk Launchernya.
TWIIIIINNNGG.... Moncong Launcher itupun menyala, bersamaan dengan itu, seluruh tubuh Siege Kitnya mulai mengalami korsleting parah dan timbul percikan api dimana-mana. Zinn yang masih terbaring di dalam MAU nya cuma bisa pasrah menerima serangan TherMiaN.
"JANGANNN!!!!" teriak Monica seraya reflek melepaskan Lightning Chain ke arah TherMiaN.
BZZZZRTTTTRTR!!!
"UGH!!", serangan energi yang membalut seluruh tubuh TherMiaN beserta Siege Kitnya itu menghantam TherMiaN tanpa ampun. Perlahan-lahan, Siege Kitnya mulai mengalami ledakan-ledakan kecil. Begitu juga dengan bagian-bagian tubuh TherMiaN.
"Astaga!! Them!!!", Monica berteriak panik dan berlari mendekati TherMiaN.
"JANGAN MENDEKAT!!", teriak TherMiaN, lalu mengarahkan moncong Launchernya yang tadi ga jadi meletus ke arah Monica.
"Them?", Monica memandang TherMiaN dengan penuh tanda tanya. Air matanya yang mengalir dari tadi malah makin deres melihat sosok yang dicintainya terluka oleh dirinya. "Maafin aku......", isaknya....
"Dasar bodoh.... ngapain minta maaf....", kata TherMiaN. Kata-kata TherMiaN sama sekali ga membantu Monica meredakan tangisannya. TherMiaN lalu berseru, "Zinn!!", Zinn terkaget mendengar panggilan TherMiaN malah jadi bengong, sekali lagi TherMiaN berseru, "KRZKTKZINN.....!!!", panggilannnya kali ini agak susah di denger, karena sepertinya sistem suara di tubuh TherMiaN mulai rusak. Ledakan-ledakan yang tadinya kecil-kecil sekarang udah mulai jadi besar.
Zinn menekan tombol speaker outputnya, "Kenapa Ther?".
"Mau...KRZZTK.... nitip peZZZKK....... pesen apa RRKKTZZ...... buat Ravi?", tanya TherMiaN.
Mata Zinn ga mampu membendung air mata yang tumpah keluar, dengan susah payah, dia berkata, "Gue ga akan lupain kalian berdua...... *sroot.....sahabat-sahabat terbaik gw.....", ucap Zinn ditengah isakan tertahannya.
TherMiaN ketawa mendengarnya, "HahaKRZTZ.... Kayak cewe luTRZTK... pake nangis segalaZZTRK", TherMiaN memperhatikan Monica yang berdiri di hadapannya, dengan harapan cukup jauh agar Monica ga terkena imbas dari ledakan dirinya.
"Mon.....", panggil TherMiaN lembut... Monica udah ga mampu berkata apa-apa cuma bisa memperhatikan siksaan yang sedang di alami kekasih hatinya. "Thanks......... sayang.....", kata TherMiaN lembut sekali. Ledakan-ledakan di Siege Kit TherMiaN pun sampai pada puncaknya dan menghancurkan Siege Kit tersebut dengan sebuah ledakan.
DHUAR!! Ledakan Siege Kit itu menghancurkan sebelah tangan TherMiaN yang tersisa. Ledakan-ledakan di badan TherMiaN pun semakin besar. TherMiaN tetep berdiri tegak di hadapan Monica sambil menanti saat-saat dipanggilnya dia kepangkuan DECEM.
Monica menggeleng-gelengkan kepalanya, "Jangan..... ihik.....Them......hik... jangan tinggalin aku...", isak Monica. "Themmy.... maafin aku......Huaaaa....", tangis Monica tersedu-sedu.
"Good.....bye.....", adalah kata-kata terakhir TherMiaN sebelom dirinya meledak dan hancur berkeping-keping.
DHUARRRRR!!!! serpihan tubuh TherMiaN berpencar keberbagai penjuru, tapi ajaibnya, Monica yang berdiri beberapa jarak dari dia sama sekali ga terluka, seperti TherMiaN melindungi Monica untuk yang terakhir kalinya.
"UWAAAAAAA..... THEMMMYYYY....... WUAAAAAAAAA....", teriak Monica nyaring sambil jatuh terduduk. Zinn bergegas keluar dari kokpitnya dan menghampiri Monica lalu memeluk adiknya yang seluruh badannya bergetar akibat tangisan hebatnya.
Selamat tinggal..... Ravi..... TherMiaN.....
.....................
Perang hari itu berakhir dengan sebuah kemenangan untuk Bellato yang menjalankan strategi dengan baik sekali meng-counter attack chip Accretia.
Sebulan setelah itu..... Zinn dan Monica pergi ketempat dimana mereka membuatkan batu nisan untuk Ravi, TherMiaN dan Cindy... ditempat rahasia Monica.
Monica berlutut di depan nisan TherMian, dan berdoa kepada DECEM.
"Udah sebulan ya...", kata Zinn sambil memperhatikan nisan sahabat-sahabatnya. Zinn pun berlutut disamping Monica, dan mendoakan semua sahabat-sahabatnya agar diterima dengan baik disisi DECEM.
Setelah selesai berdoa, Zinn berdiri duluan. Monica setelah selesai berdoa, berkata kepada nisan TherMiaN, "Them.... aku baik-baik aja...... jangan khawatir ya.....", kata Monica lembut, perlahan, sebutir air mata mengalir di pipinya. Zinn merasakan kesedihan Monica, lalu mengelus-elus kepala Monica.
"Tenang aja Them, gw jagain cewe lu bae-bae", kata Zinn. Monica jadi tersenyum mendengar perkataan kakaknya.
Dan setelah itu, Zinn secara mengejutkan memutuskan untuk pensiun dari patriot Bellato, dan mulai hidup tenang bersama istri barunya, tidak jauh dari rumah Monica dan orangtuanya. Tiap tahun, dia dan Monica mengunjungi nisan Ravi, TherMiaN dan Cindy....
------------------- This....... is The Story of Novus........
================================= THE END..... | |
| | | Sponsored content
| Subyek: Re: The Story Of Novus | |
| |
| | | | The Story Of Novus | |
|
Similar topics | |
|
| Permissions in this forum: | Anda tidak dapat menjawab topik
| |
| |
| feeds | |
|
|