FUN STATION Forum Friendship & Brotherhood
Memburu Pelaku “Black September” Utf-8BaGVsbG8tMDAxLmpwZwJoin us bro & sis di FS Forum Brotherhood untuk Fun,Friendship,Chat,Ask,Share Tips,Tricks,Trouble,Problem,Solusi Mengenai semua hal Anything/Everything untuk kamu2 semua...Welcome bro...Please Joint Us at This Forum Brotherhood Community...
FUN STATION Forum Friendship & Brotherhood
Memburu Pelaku “Black September” Utf-8BaGVsbG8tMDAxLmpwZwJoin us bro & sis di FS Forum Brotherhood untuk Fun,Friendship,Chat,Ask,Share Tips,Tricks,Trouble,Problem,Solusi Mengenai semua hal Anything/Everything untuk kamu2 semua...Welcome bro...Please Joint Us at This Forum Brotherhood Community...
FUN STATION Forum Friendship & Brotherhood
Would you like to react to this message? Create an account in a few clicks or log in to continue.
FUN STATION Forum Friendship & Brotherhood

FS Forum Net Brotherhood,Share,Ask,Tips,Trick,Solution,Lifestyle,Health,Bussines,Gadget,Phone,Otomotif,Sport,Friendship,Networking,Fun,Friendship,Chat, Sport,Jokes,Ask,Internet,Repair,Assesories,Spare parts,Trade,
 
IndeksFunStation PortPencarianLatest imagesPendaftaranLogin
untuk semua Sobat.Kami Mengundang Para Tamu, sekiranya berkenan para Sobat mari bergabung menjadi bagian dari FS Forum Brotherhood ---- Mari kita saling Ask & Share Solusi dan menambah Wawasan kita2 semua Thanks Alot Salam kenal - Admin FS Forum

 

 Memburu Pelaku “Black September”

Go down 
PengirimMessage
Lygatto
Vice Admin
Vice Admin
Lygatto


Jumlah posting : 474
Score : 1007
Reputasi : 0
Join date : 26.06.11
Lokasi : Beverlly Hills

Karakter
Table: 1

Memburu Pelaku “Black September” Empty
PostSubyek: Memburu Pelaku “Black September”   Memburu Pelaku “Black September” Icon_minitimeWed 18 Apr - 23:17:32

Memburu Pelaku “Black September”

Ketika para pejuang Palestina makin kesulitan untuk melaksanakan
serangan teror terhadap pesawat-pesawat komersial Israel karena
penjagaan demikian ketat, mereka mulai menyasar ke target di luar
Israel. Salah satu kelompok teroris Palestina yang paling gencar
menyerang sasaran Israel adalah Black September. Organisasi teroris yang
dikeluarkan dari Organisasi Pembebasan Palestina (PLO) akibat
tindakannya yang terlalu berani dan kejam.
Akibatnya malah merugikan rakyat Palestina yang sedang memperjuangkan
kemerdekaannya. Tapi meskipun telah didiskualifikasi dari PLO, Black
September ternyata tetap melancarkannya aksinya.
Tindakan yang membuat rakyat Palestina dan dunia Arab berang adalah
ketika Front Rakyat Untuk Pembebasan Palestina (PFLP) melancarkan
pembajakan pesawat secara besarbesaran pada bulan September 1970. PFLP
yang dipimpin oleh George Habash pada 10 September berhasil membajak
tiga pesawat sekaligus yang sedang terbang di sebelah utara Aman,
ibukota Yordania. Uniknya pesawat komersial yang dibajak bukan pesawat
Israel melainkan pesawat Boeing B747 Pan American penerbanganan 93
(Brusel-New York), Boeing B707 TWA penerbangan 741 (Frankfurt-New York),
dan DC-8 Swissair penerbangan100 (Zurich-New York). Ketiga pesawat
nahas dengan total penumpang 400 orang itu kemudian dipaksa mendarat di
Zarka, Yordania, dan langsung ditawan oleh puluhan teroris bersenjata
lengkap. Kendati tidak ada penumpang bangsa Israel di tiga pesawat itu,
teroris PFLP meminta agar semua rekan-rekannya yang sedang ditahan di
penjara Israel dibebaskan.

Akibat ulah pembajakan oleh PFLP yang merupakan aksi terbesar dan
menggemparkan dunia, bukan hanya Israel yang dibuat berang tapi rakyat
dunia. Sebanyak 400 orang dari berbagai warga negara di tiga pesawat
diancam akan diledakkan jika permintaan mereka tidak dituruti. Aksi ini
jelas merupakan tindakan brutal yang tak bisa diterima aka’ sehat.
Selain bermaksud membebaskan kawan-kawannya para pembajak, mereka juga
berniat untuk memanfaatkan AS, Inggis, dan Swiss sebagai negara yang
secara politik bisa menekan Israel. Militer Israel sebenarnya sudah
tidak sabar lagi untuk melancarkan serangan komando guna membebaskan
para sandera. Tapi Menhan Israel, Moshe Dayan ternyata memiliki
keputusan untuk menempuh jalan non militer yang diyakini merupakan cara
lebih aman.

Cara yang ditempuh militer Israel adalah menahan sekitar 450 orang
Palestina yang memiliki hubungan kerabat dengan teroris PFLP. Operasi
penahanan yang berlangsung semalam itu ditujukan untuk mengancam balik
para pembajak. Jika mereka melukai para sandera, sanak saudara para
teroris yang saat itu berada di tahanan Israel akan terancam.
Pembajak akhirnya membebaskan semua penumpang tapi sebelum mereka
pergi, tiga pesawat yang dibajak langsung dibakar. Aksi pembakaran
pesawat itu jelas membuat penguasa Yordania, Raja Hussein murka karena
gerilyawan PFLP telah melakukan tindakan seenaknya sendiri di negeri
orang. Raja Hussein yang merasa dilecehkan lalu memerintahkan
pasukannya, Legiun Arab, untuk membunuh dan mengusir dengan kejam
orang-orang Palestina yang berada di perkampungan Yordania.

Tindakan kejam Legiun Arab terhadap orang-orang Palestina yang
berlangsung pada 15 September ternyata memunculkan dendam baru. Sejumlah
orang Palestina yang berhasil melarikan diri ke Suriah, Lebanon, bahkan
Israel akhirnya berhasil membentuk kelompok gerilyawan barn bernama
Black September. Sebagai organisasi teroris yang kemudian berhasil
membangun jaringan secara internasional Black September pun terus
menggalang kemampuan untuk menyerang musuh bebuyutannya, Israel.

Munich Massacre

Hanya dua tahun setelah berdiri, Black September kembali melancarkan
serangan spektakuler dengan sasaran orang-orang Israel. Pada 5 September
1972 tujuh anggota Black September meloncati pagar keamanan di
perkampungan atlet Olimpiade di Munich, Jerman. Ketujuh penyerang itu
mempersenjatai diri dengan senapan serbu AKM, pistol Tokarev, dan
sejumlah granat. Dengan gerakan terlatih mereka segera bergerak menuju
gang bernama Konnollystrasse 31 tempat menginap atlet Olimpiade Israel.
Setelah menguasai gedung mereka segera menyergap para atlet Israel.
Setelah melalui perlawanan singkat yang berakibat terbunuhnya dua atlet
Israel, sebelas atlet Israel berhasil disandera dan beberapa di
antaranya berhasil melarikan diri. Black September segera mengumumkan
tuntutannya kepada Israel yang sebenarnya cukup klasik.
Mereka meminta agar Israel membebaskan 234 personel Black September
yang ditahan. Tak hanya menuntut Israel, Black September juga meminta
kepada pemerintah Jerman agar segera membebaskan dua rekan teroris
internasionalnya, Ulrike Meinhof dan Andreas Baader dibebaskan dari
penjara Jerman. Mereka juga meminta pesawat yang akan digunakan untuk
kabur dari Jerman.

Berita penyanderaan di Munich itu segera mengguncang Israel karena
Mossad sudah menduga serangan terhadap kontingen Israel sangat mungkin
terjadi. Semula Mossad bahkan sudah menyiapkan pengawalan khusus
sekaligus mempersenjatai para atlet Israel. Tapi karena pemerintah
Jerman menjamin keamanan semua atlet, meskipun sangat kesal, Mossad
membatalkan rencananya. Kini Israel merasa kesulitan karena aparat
keamanan Jerman yang dianggap kurang pengalaman berniat membebaskan
sandera melalui tindakan militer.

Setelah melalui perundingan yang melelahkan dan tak kunjung mencapai
hasil pemerintah Jerman akhirnya sepakat untuk mengeluarkan anggota
Black September dan tawanannya keluar Jerman. Para penyandera dan
tawanannya kemudian dibawa menuju pangkalan udara militer di Munich
menggunakan dua helikopter. Setibanya di pangkalan udara Munich sudah
menunggu sebuah pesawat Lufthansa yang tampaknya dipersiapkan untuk
mengangkut anggota Black September dan tawanannya keluar daft Jerman.

Operasi yang gagal

Pesawat Lufthansa yang menunggu sesungguhnya berisi para aparat
keamanan Jerman yang siap melumpuhkan para penyandera sekaligus
membebaskan sandera. Sementara itu di sudut-sudut pangkalan udara juga
telah bersiaga para penembak jitu yang siap merobohkan para teroris.
Ketika helikopter mendarat di pangkalan, empat anggota Black September
segera keluar dan menuju ke Lufthansa. Sebagai kelompok teroris yang
berpengalaman mereka ingin mengecek dahulu kondisi pesawat dan siapa
saja yang berada di dalamnya. Sementara anggota Black September dan para
tawanan lainnya tetap bersiaga di dalam helikopter dengan kondisi mesin
masih menyala.
Bergeraknya empat anggota Black September menuju Lufthansa sama
sekali tak diduga. Aparat kepolisian dan militer Jerman yang kebetulan
masih belum pengalaman dalam operasi pelumpuhan teroris menjadi panik
dan kurang koordinasi. Penembak jitu yang berada di pinggir pangkalan
dan atap bangunan segera melepaskan tembakan tapi karena kurang latihan.
tembakan yang dilepaskan meleset. Akibatnnya empat temris yang berada
di luar sempat memberikan tembakan balasan sehingga menimbulkan korban
jiwa. Keempat teroris Black September itu akhirnya tumbang setelah
ditembaki dari berbagai arah.

Sementara itu ketika empat rekannya yang berada di luar ditembaki
anggota Black September yang berada di dalam helikopter ternyata tidak
panik. Mereka segera berloncatan keluar dan selanjutnya menghancurkan
dua helikopter yang berisi para sandera menggunakan granat dan
berondongan senapan serbu. Helikopter segera meledak dan menewaskan
semua tawanan Israel. Operasi penyelamatan sandera yang dilancarkan
aparat keamanan Jerman akhirnya gagal total. Selain semua sandera dan
empat anggota Black September tewas, polisi Jerman juga kehilangan salah
satu anggotanya. Namun, pihak yang paling terpukul dan malu atas semua
kejadian pembantaian itu adalah kepala Mossad, Zwi Zamir. Apalagi saat
operasi penyelamatan sandera berlangsung tak ada satu agen Mossad pun
yang terlibat. Ketika Zwi Zamir tiba di lokasi bahkan sudah terlambat
dan hanya bisa menyaksikan pertempuran sengit yang berakibat pada
tewasnya semua atlet sandera Israel.

Balas dendam

Peristiwa pembantaian Munich segera membuat seluruh warga Israel
marah besar dan Mossad pun tak mau menanggung malu terlalu lama. Zwi
Zamir dan Jenderal Aharon Yariv yang diangkat oleh PM Israel, Golda
Meir, sebagai penasihat khusus untuk menangani teroris segera merancang
serangan balasan. Operasi balas dendam itu sendiri di kalangan Israel
sudah sangat dikenal sebagai Operasi Penuntut Darah. Untuk menghantam
langsung para pentolan teroris Palestina, baik Zamir dan Jenderal Yariv
tidak lagi menggunakan cara konvensional dengan membombardir
perkampungan orang-orang Palestina. Tetapi mereka sepakat untuk
melaksanakan serangan balasan dengan target para pimpinan teroris,
khususnya para pemegang komandonya. Untuk menghabisi targetnya Mossad
telah memegang nama-nama tertentu karena pada dasarnya tokoh-tokoh Black
September adalah pemain lama.

Regu-regu pembunuh untuk mencari anggota Black September yang berada
di Eropa dan Timur Tengah segera disebar oleh Mossad. Regu pembunuh ini
sebenarnya bukan terdiri dari orang-orang kejam melainkan orang-orang
terlatih yang biasa melaksanakan penghilangan nyawa secara cerdik.
Setelah mempelajari secara cermat siapa raja teroris Palestina yang akan
dihabisi, Mossad lalu menyodorkan nama-nama yang dipastikan sebagai
pentolan Black September. Nama-nama itu antara lain, Mohammad Yusuf
El-Najjar, kepala seluruh gerakan Black September, wakilnya Kemal Adwan,
dan Ali Hasan Salameh kepala seluruh operasi Black September, dan
tokoh-tokoh penting lainnya. Tapi karena untuk menghabisi para pentolan
Black September itu merupakan operasi yang sulit dan perlu waktu, Mossad
lalu mengubah taktiknya. Untuk menghantam Black September, Mossad
memprioritaskan sasaran yang paling mudah dan bisa memicu efek jera
yaitu dengan menyerang markas Black September yang berada di Beirut.
Langkah awal Mossad yakni dengan mengirimkan enam personelnya, lima
pria dan satu wanita, masuk Beirut menggunakan paspor palsu. Agar tidak
mengundang kecurigaan dan karena merupakan operasi rahasia, keenam agen
Mossad itu masuk ke Beirut menggunakan pesawat dan berangkat dari tempat
yang berbeda. Ketiba sudah tiba di Beirut keenam agen Mossad itu
menginap di hotel yang berbeda-beda dan menyamar sebagai pengusaha,
konsultan manajemen, turis dan lainnya Namun, dari markas besar Mossad,
keenam agen yang telah menyusup ke Beirut itu diinstruksikan sebagai
pelancong biasa dan bertugas menghapal semua jalan, pantai Beirut, dan
sejumlah nama sopir taksi.

Setelah tugas menghafal jalan dan pantai yang nantinya akan dipakai
sebagai tempat pendaratan pasukan komando dan aksi serbuannya, termasuk
jalur melarikan diri, keenam agen Mossad juga bertugas memata-matai
markas besar PLO, serta apartemen yang digunakan sebagai markas dan
gudang senjata oleh Black September. Agar acara kumpul-kumpul para agen
Mossad tidak menarik perhatian, mereka menggunakan pantai Beirut sebagai
tempat memancing dan berlagak sedang pacaran. Setelah lokasi pendaratan
pasukan komando di pantai Beirut dan tempat tinggal para pentolan Black
September ditemukan, keenam agen Mossad kemudian mengontak markas besar
agar segera dilaksanakan serbuan komando. Untuk melancarkan operasi
serbuan komando para agen Mossad juga menyiapkan empat mobil sewaan
untuk mengangkut pasukan, menyewa empat rumah untuk menampung pasukan
komando yang diperkirakan akan tertinggal, dan logistik lainnya. Untuk
mengangkut pasukan setelah usai melakukan serbuan komando disiapkan pula
kapal transpor yang disamarkan di lepas pantai Beirut.

Operasi serbuan komando dilancarkan oleh pasukan khusus Israel pada 9
April 1973 pukul 01.30 pagi. Sekitar 30 personel pasukan komando secara
diamdiam diturunkan dari helikopter Zodiac di tepi pantai Ramletel
Beida, Beirut, sesuai petunjuk yang diberikan oleh agen Mossad. Setelah
meloncat ke air laut yang dingin ketiga puluh pasukan komando yang
dilengkapi ransel kedap air berisi pakaian dan senjata, bahan peledak,
alat pemancar radio dan peralatan lain yang biasa digunakan perampok
profesional itu, segera berenang menuju daratan berdasar panduan kilatan
lampu mobil. Panduan berupa cahaya lampu mobil itu dioperasikan
sepasang agen Mossad yang berpura-pura sedang pacaran. Pasukan komando
sesuai instruksi bergerak menuju pantai dalam bentuk regu yang kemudian
disambut oleh mobil pengangkut. Tiga menit kemudian mobil kedua tiba dan
regu pasukan komando berikutnya segera masuk. Cara mengangkut pasukan
komando dalam interval tiga menit sengaja dilakukan agar tidak
mengundang kecurigaan Lima belas menit kemudian semua pasukan komando
sudah berada dalam mobil transpor sewaan dan bergerak menuju pinggiran
kota. Mereka menuju sebuah tempat yang selama ini dipastikan sejumlah
anggota Black September tinggal di situ.

Kecoh polisi Lebanon

Berdasar info intelijen yang diberikan Mossad, begitu turun dari
mobil transpor pasukan komando Israel segera membentuk formasi serbuan.
Sasaran pertama adalah gedung berlantai tujuh tempat tinggal para
pentolan anggota PFLP dan sasaran kedua berupa bangunan berlantai empat
tempat kediaman pentolan penting Black September seperti Mohammed Yussuf
El Najjar, Kamal Nasser, dan Kemal Adwan. Gerakan pasukan komando yang
sangat terlatih dan agresif bukan merupakan tandingan para penjaga pintu
gerbang yang sedang duduk terkantuk-kantuk. Sebelum mereka bisa
mengaktifkan senjata, peluru senapan mesin pasukan komando Israel telah
menuntaskan hidup mereka. Sambil melompati mayat para penjaga, pasukan
komando.segera menuju sasaran tempat anggota Black September tinggal.
Sedangkan sejumlah pasukan komando lainnya mengambil posisi bersiaga di
serambi dan siap menyambut serangan lawan yang datang dari luar

Ketiga pentolan Black September ternyata berada di kamarnya
masing-masing. Kamal Nasser yang tinggal di lantai tiga sedang asyik
makan saat berondongan peluru senapan serbu menembusi pintu dan kemudian
menghajar badannya. Pria lulusan Fakultas Ilmu Sosial Politik
Universitas Beirut yang kerap menjadi juru bicara PLO itu pun roboh
bersimbah darah. Sasaran berikutnya adalah Kemal Adwan. Saat diserang,
ia sedang duduk menghadap meja tulis. Tokoh PLO ini selalu siaga dan
senantiasa ditemani sepucuk senapan serbu AK-47 di sampingnya hingga
mudah dijangkau. Ketika pasukan komando Israel menyerbu sambil mendobrak
pintu, Adwan sempat meraih senjata dan siap menembak. Tapi
peluru-peluru yang ditembakkan pasukan komando terlebih dahulu
menghantam tubuhnya. Pria yang merupakan kepala operasi sabotase di
wilayah-wilayah yang masih diduduki oleh pasukan Israel itu pun tewas.

Sasaran ketiga adalah Yusuf El Najjar yang juga dikenal sebagai Abu
Yusuf dan merupakan ketua Black September dalam organisasi Al Fatah
sekaligus merupakan tokoh nomor tiga di PLO. Karena tinggal bersama
keluarganya, pasukan komando terlebih dahulu menembak kunci pintu
apartemen dan membidik Najjar yang masih berdiri terpaku. Ketika
terjangan peluru senapan mesin dan pistol menghantam tubuhnya, ia
langsung roboh tewas. Istrinya yang ada di ruangan sebenarnya bermaksud
menghadang tapi tak ada kompromi bagi pasukan komando yang didoktrin
menghabisi sasaran bukannya untuk mengasihani. Istri Najjar pun tewas
dan roboh di atas tubuh suaminya. Tapi tembakan gencar yang meletus di
dalam gedung segera mengundang perhatian tentara PLO yang berada di
jalanan. Mereka bergerak menuju gedung sambil melepaskan tembakan
serampangan.

Gerakan pasukan PLO menuju gedung terhenti ketika pasukan komando
Israel yang berada di serambi dan dalam posisi terlindung melancarkan
tembakan terarah. Sewaktu tembak-menembak sengit sedang berlangsung,
agen Mossad segera menelepon kepala polisi Lebanon dan memberi tahu
orangorang Palestina sedang saling tembak. Sadar bahwa untuk melerai
tembak-menembak itu merupakan tindakan sia-sia, kepala polisi Lebanon
langsung menarik anak buahnya untuk tidak turun ke jalan. Dalam kondisi
seperti itu pasukan komando Israel pun makin leluasa bergerak. Sejumlah
pasukan komando segera memasang peledak di dalam gedung sementara agen
Mossad yang terlibat dalam serbuan sibuk mengangkut dokumen yang berada
di kamar tiga anggota Black September yang sudah tewas tergeletak.

Sementara itu di gedung lainnya pasukan komando yang menyerbu untuk
membunuh siapa saja anggota PLO yang ditemui terlibat pertempuran
sengit. Mungkin karena kurang pengalaman tempur di dalam gedung, pasukan
PLO yang berada di lantai atas turun ke bawah untuk membantu
teman-temannya menggunakan lift. Tapi begitu pintu lift terbuka mereka
langsung disergap pasukan komando tanpa bisa memberikan balasan. Dengan
cepat dan diam mayat-mayat disingkirkan dari lift disusul masuknya
pasukan komando dalam posisi siap menembak. Begitu lift sampai di atas
dan terbuka, pasukan PLO yang sedang menunggu belum sempat menyadari
kekeliruannya ketika peluru senapan mesin pasukan komando menghujani
tubuh mereka.
Setelah operasi pembersihan dan pemasangan bahan peledak di semua
gedung selesai, pasukan komando terus bergerak untuk menghancurkan
gudang logistik Black September. Bona yang dipasang pun meledak
merobohkan gedung dan menimbulkan kepanikan yang belum ketahuan ujung
pangkalnya. Untuk menghancurkan gudang logistik, pasukan komando sempat
menghadapi perlawanan tapi karena personel penjaga logistik hanya
sedikit mereka segera bisa dilumpuhkan. Meledaknya gedung PLO dan gudang
senjata Black September jelas mengundang tanda tanya bagi polisi
Lebanon. Tapi ketika kepala polisi Lebanon mulai berpikir untuk
bertindak, agen Mossad kembali menelepon bahwa militer Lebanon akan
segera mengirim helikopter untuk meredam kekacauan.

Ketika Mossad menelepon kepala polisi Lebanon tentang pengiriman
helikopter, pada saat yang sama agen Mossad lainnya juga mengontak
helikopter yang sudah mendarat dan bersiap di tempat tersembunyi di
pantai Beirut, untuk datang. Tugas helikopter itu antara lain untuk
mengangkut pasukan komando yang gugur atau terluka serta dokumen yang
berhasil disita. Penerbangan heli Israel di atas Lebanon pun berlangsung
tanpa dicurigai dan sukses mengangkut pasukan yang terluka serta
dokumen-dokumen penting milik PLO/Black September. Sementara pasukan
komando lainnya dan agen Mossad segera masuk ke mobil menuju pantai
Beirut dan kemudian berenang menuju kapal transpor Israel yang sudah
menunggu. Polisi Beirut yang kemudian tiba di pantai hanya menemukan
mobil-mobil kosong dengan kunci kontak masih menempel. Serbuan pasukan
komando Israel terbilang sukses, lebih dari 100 gerilyawan PLO tewas,
tiga pentolan Black September berhasil dibunuh, dan sejumlah dokumen
penting berhasil disita. Tapi Mossad tetap tidak puas jika belum
berhasil membunuh tokoh utama Black September, Ali Hassan Salameh.

Salah sasaran

Meskipun untuk memburu Salameh merupakan tugas sangat sulit, Mossad
yang terus mengerahkan daya upayanya akhirnya berhasil mendeteksi
keberadaan gembong Black September itu. Berdasar info agen Mossad yang
terus disebar, Salameh diketahui sedang berada di Norwegia. Mossad
merasa mendapat info berharga karena sejak operasi penumpasan anggota
Black September di Beirut baru kali ini keberadaan Salameh diketahui.
Mossad lalu mengirim tim sebanyak 14 orang ke Norwegia dengan target
secepat mungkin menghabisi Salameh. Seperti biasa, tim Mossad tiba di
Norwegia dengan beragam profesi sebagai penyamaran. Kunci untuk
menemukan Salameh adalah dengan membuntuti seorang pria bernama Benamane
yang diyakini oleh Mossad sebagai kurir Black September dan kerap
berkunjung ke Norwegia.
Ketika pada suatu hari Benamane tiba di Oslo, setiap gerak-geriknya
selalu dibayangi oleh agen Mossad. Saat yang ditunggu kapan Benamane
menemui seseorang yang diyakini sebagai Hassan Salameh akhirnya terjadi.
Suatu hari ketika Benamane nongkrong di kedai kopi yang bernama
Caroline Café, ia tampak mengobrol dengan dua orang kenalannya. Satu
orang bertampang Eropa dan satunya lagi bertampamg Arab. Para agen
Mossad yang sedang mengintai terperangah karena orang Arab yang
mengobrol di samping Benamane ciri-cirinya sama dengan Hassan Salameh.
Penyelidikan agen Mossad pada tahap berikutnya juga makin menambah
keyakinan bahwa Hassan Salameh memang sedang berada di kota Lillehammer.
Rencana untuk menghabisi pria yang dianggap Hassan Salameh pun digelar.

Operasi untuk membunuh Hassan Salameh dilaksanakan pada pukul 20.00
malam saat Salameh dan teman wanitanya pergi menonton film di bioskop.
Tim Mossad dengan sabar menunggu keduanya pulang sambil menimang-nimang
pistol Beretta-nya. Ketika Salameh dan pasangannya keluar bioskop pada
pukul 22.35 malam, tim Mossad terus membuntuti pasangan yang sedang
menumpang bus itu. Jarak antara bioskop dan apartemen Salameh cukup
dekat dan hanya perlu waktu lima menit untuk sampai ke tujuan. Jarak
dekat itu juga menguntungkan agen Mossad yang terus mengintai karena
kemungkinan buruannya lobos sangat kecil. Ketika keduanya turun dari bus
dan berjalan menuju apartemen, sebuah mobil sedan Mazda berjalan pelan
menuju ke arahnya. Tiba-tiba dua agen Mossad melompat turun sambil
menembakkan pistol Beretta ke arah pria Arab yang diyakini sebagai
Hassan Salameh. Pria Arab itu langsung terhuyung-huyung terhantam peluru
dari penembak terlatih dan kemudian tewas. Tapi tanpa diduga sepuluh
menit setelah penembakan sejumlah polisi tiba dan segera melakukan
pengejaran. Polisi bahkan sempat mengenali mobil Peugeot yang kabur dan
memberi tahu semua unit terkait untuk memeriksa secara cermat mobil
jenis Peugeot tersebut.

Dua agen Mossad pelaku penembakan kabur menggunakan dua mobil
Mercedes dan Peugeot yang sudah disediakan oleh para agen Mossad
lainnya. Ketika mereka sedang kabur, agen Mossad belum menyadari bahwa
pria Arab yang ditembak bukan Hassan Salameh melainkan Ahmed Bouchiki,
imigran Norwegia asal Maroko yang bekerja sebagai pelayan restoran. Dua
puluh empat jam kemudian para agen Mossad menuju Bandara Oslo
menggunakan mobil Peugeot. Polisi yang telah disebar, khususnya di
Bandara segera mengenali buruannya dan meringkus penumpangnya. Agen
Mossad yang beroperasi di Norwegia rupanya kurang pengalaman karena dari
agen yang tertangkap di Bandara Oslo, is langsung menunjukkan alamat
rumahnya yang sedang dihuni oleh agen-agen Mossad lainnya. Tak berapa
lama kemudian polisi Norwegia yang melaksanakan penggerebekan berhasil
menahan sebagian agen Mossad. Sedangkan sebagian agen Mossad lainnya
berhasil lobos setelah melarikan diri dengan cara tergesa dan sembrono.

Gagalnya operasi Mossad di Norwegia karena salah membunuh orang
ditambah sebagian besar agen lainnya berhasil diringkus polisi jelas
membuat Mossad dan Israel sangat malu. Upaya pemerintah Israel menekan
Norwegia agar membebaskan enam agen Mossad yang ditawan ternyata tidak
berhasil. Para agen Mossad yang dikenai tuduhan kriminal dan tindakan
spionase itu kemudian diadili dan dipenjara. Mossad terpaksa harus
menelan pil pahit akibat operasi yang gagal itu selama bertahun-tahun.
Hanya ada satu cara untuk mengobati kegagalan itu, yakni menemukan
Hassan Salameh dan membunuhnya. Sebelum Salameh dihabisi, Mossad harus
menanggung beban sebagai kambing hitam, karena setiap pembunuhan warga
Arab di berbagai negara, Mossad selalu dituduh sebagai pelakunya. Namun,
kali ini Mossad sadar akan makin sulit menemukan Salameh karena
pentolan Black September itu pasti makin hati-hati dan dikawal super
ketat.
Kembali Ke Atas Go down
 
Memburu Pelaku “Black September”
Kembali Ke Atas 
Halaman 1 dari 1
 Similar topics
-
» Seribu Trik Memburu Informasi
» Men in Black
» trik internet terbaru september XL n Indosat
» Trik Internet Gratis Axis September 2011
» Opera Mini Handler 5.2 & 4.2 Gratis Internet Kartu 3 Three Terbaru | Update 28 29 30 september 2012

Permissions in this forum:Anda tidak dapat menjawab topik
FUN STATION Forum Friendship & Brotherhood :: Story,& History,Misteri , Figure, Fenomena :: Fakta & Sejarah (Non Fiksi Only)-
Navigasi: