FUN STATION Forum Friendship & Brotherhood
Dari Kairo Sampai Pemaksaan Penyatuan Utf-8BaGVsbG8tMDAxLmpwZwJoin us bro & sis di FS Forum Brotherhood untuk Fun,Friendship,Chat,Ask,Share Tips,Tricks,Trouble,Problem,Solusi Mengenai semua hal Anything/Everything untuk kamu2 semua...Welcome bro...Please Joint Us at This Forum Brotherhood Community...
FUN STATION Forum Friendship & Brotherhood
Dari Kairo Sampai Pemaksaan Penyatuan Utf-8BaGVsbG8tMDAxLmpwZwJoin us bro & sis di FS Forum Brotherhood untuk Fun,Friendship,Chat,Ask,Share Tips,Tricks,Trouble,Problem,Solusi Mengenai semua hal Anything/Everything untuk kamu2 semua...Welcome bro...Please Joint Us at This Forum Brotherhood Community...
FUN STATION Forum Friendship & Brotherhood
Would you like to react to this message? Create an account in a few clicks or log in to continue.
FUN STATION Forum Friendship & Brotherhood

FS Forum Net Brotherhood,Share,Ask,Tips,Trick,Solution,Lifestyle,Health,Bussines,Gadget,Phone,Otomotif,Sport,Friendship,Networking,Fun,Friendship,Chat, Sport,Jokes,Ask,Internet,Repair,Assesories,Spare parts,Trade,
 
IndeksFunStation PortPencarianLatest imagesPendaftaranLogin
untuk semua Sobat.Kami Mengundang Para Tamu, sekiranya berkenan para Sobat mari bergabung menjadi bagian dari FS Forum Brotherhood ---- Mari kita saling Ask & Share Solusi dan menambah Wawasan kita2 semua Thanks Alot Salam kenal - Admin FS Forum

 

 Dari Kairo Sampai Pemaksaan Penyatuan

Go down 
PengirimMessage
Lygatto
Vice Admin
Vice Admin
Lygatto


Jumlah posting : 474
Score : 1007
Reputasi : 0
Join date : 26.06.11
Lokasi : Beverlly Hills

Karakter
Table: 1

Dari Kairo Sampai Pemaksaan Penyatuan Empty
PostSubyek: Dari Kairo Sampai Pemaksaan Penyatuan   Dari Kairo Sampai Pemaksaan Penyatuan Icon_minitimeTue 24 Apr - 0:20:22

Dari Kairo Sampai Pemaksaan Penyatuan

Mau tidak mau, suka tidak suka, krisis di Semenanjung Korea
belakangan ini tidaklah terlepas dari apa yang pernah terjadi
sebelumnya, yang berpuncak pada berkobarnya Perang Korea (1950-53).
Perang yang sia-sia karena pada akhirnya semua pihak tidak ada yang
menang atau pun kalah. Lebih hebat nya lagi, perang itu pun hingga kini
resminya belum berakhir, karena hanya gencatan senjata (cease fire)
sajalah yang menghentikan perang tersetut, dan bukannya perjanjian damai
antara kedua pihak Sehingga apabila suasana prmusuhan masih kental
seperti sekarang, hal ini tidaldah mengherankan. Namun konsekuensinya
jauh lebih menakutkan apabila perang baru sampai pecah

Bagi kedua pihak, perang yang baru akan menjadi moment of truth bagi
mereka. Keduanya kali ini akan berusaha saling menghabisi, seolah-olah
tidak ada kesempatan lagi pada lain waktu. It’s now or never, begitulah
kira-kira semboyan mereka. Kalau perlu dan ketika nalar sehat sudah
hilang, maka kemungkinan dipakainya senjata nuklir pun terbuka mengingat
Korea Utara telah memilikiya, sementara AS pun pasti mendukung
sepenuhnya Korea Selatan.Mengapa perseteruan
saudara sebangsa itu menjadi begitu tajamnya, sehingga orang di Korea
Utara yang kedapatan menyimpan selebaran yang terbawa balon dari selatan
pun harus menghadapi ajal di depan regu tembak (Kompas, 25 Januari
2011) Seberat itukah dosa mereka sehingga dieksekusi di muka umum.
Tetapi itulah kenyataan yang menggambarkan betapa antipati kedua saudara
sudah sedemikian besarnya

Padahal perseteruan mereka itu hanyalah warisan dari persaingan dan
permusuhan antara dua kekuatan besar seusai Perang Dunia Kedua, Amerika
Serikat dengan sistem kapitalismenya yang berhadapan dengan komunisme
Uni Soviet. Saat-saat itu AS sedang dilanda ketakutan yang mungkin
berlebihan terhadap ancaman ekspansi komunis di seluruh dunia. Kecemasan
terhadap kemungkinan subversi komunis itu pun misalnya tercermin dari
gerakan `McCarthyisme’ di AS, ketika orang Amerika seperti kesetanan
menghadapi isu apa pun yang dianggap berkaitan dengan komunis.

Ketakutan ini juga menyangkut Korea, menyusul jatuhnya China ke
tangan komunis pimpinan Mao Zhe-dong tahun 1949 dengan kaburnya kaum
nasionalis Kuomintang pimpinan Chiang Kai-shek ke Formosa (Taiwan).
Sehingga begitu perang di Korea meletus pada 25 Juni 1950, McCarthy pun
berkoar mengenai “matinya para pemuda Amerika di tanah Korea, sebagai
akibat kelompok tak tersentuh di Deplu AS yang menyabot bantuan untuk
Korea Selatan. Ia serang semua pihak di lingkungan pemerintahan AS dan
para politisi yang dianggapnya tak sejalan dengan sikap
anti-komunismenya. Semua dituduhnya sebagai komunis atau agennya.

Lima tahun sebelum perang pecah, hubungan AS dengan Uni Soviet
mengalami kemerosotan tajam. Padahal selama PD II persekutuan mereka
menghadapi fasisme Jerman-Jepang berjalan begitu baik. Bahkan AS memberi
bantuan atau pinjaman apa saja kepada Moskwa agar mampu bertahan
terhadap invasi Jerman Nazi, mulai dari kapal, pesawat, kendaraan
perang, hingga apa saja yang diperlukan untuk mengalahkan Hitler. Tetapi
begitu musuh bersama habis, maka mereka sendiri saling berhadapan.

Kesalahpahaman atau persepsi keliru satu sama lain semakin sering
terjadi, bahkan banyak yang mengeras menjadi mitos-mitos yang justru
makin membuat kondisi bertambah gawat. Namun apabila menilik latar
belakang sejarah, maka antara pusat kapitalisme dengan pusat komunisme
internasional itu dari awal memang tidak pernah baik. Bersama kekuatan
Barat lainnya, AS ikut mengintervensi perang saudara di Rusia menyusul
revolusi oleh kaum komunis tahun 1917. AS tidak mengakui Uni Soviet
hingga tahun 1933, sementara Moskwa sendiri juga acap menyerukan
revolusi dan penghancuran kapitalisme Amerika. AS juga dibuat kaget
dengan aksi pembersihan kejam oleh Stalin di negerinya tahun 1930-an,
ditambah adanya pakta Soviet dengan Nazi tahun 1939 yang membukakan
pintu bagi Hitler untuk menyerbu Polandia sebulan kemudian

Hawaii dari Kairo

Pada awal 1945 para pemimpin Sekutu dan Soviet bertemu di Yalta,
sebuah resor di pantai Laut Hitam. D sini mulai timbul kesan, bahwa
persatuan dan persahabatan antara Amerika dan Uni Soviet akan segera
berakhir. Namun pertemuan di Yalta membuktikan sebaliknya. Pertemuan ini
justru menunjukkan betapa aliansi inereka masih kokoh. Presiden
Franklin D. Roosevelt membeberkan visinya usai PD II yang tetap akan
menjaga keutuhan Grand Alliance bersama para sekutunya termasuk Uni
Soviet, Inggris, dan China. Roosevelt percaya diri bahwa dia dapat
mengelola hubungan baik dengan Josef Stalin, pemimpin Soviet. Sebaliknya
Stalin pun menunjukkan indikasi bahwa dia pun menyukai dan mengagumi
Presiden Amerika itu.
Bersama PM Inggris Winston Churchill, mereka mengeluarkan pernyataan,
antara lain dalam , tempo tiga bulan sesudah Jerman menyerah, maka Uni
Soviet harus menyatakan perang terhadap Jepang. Sebagai kompensasinya
Soviet memperoleh wilayah yang semula dikuasai Jepang, seperti Kepulauan
Kuril dan bagian selatan P. Sakhalin serta Port Arthur, yang tahun 1904
direbut oleh Jepang dari tangan Rusia.

Namun di balik itu, beda visi antara AS dengan Soviet mulai naik ke
permukaan. AS yang bervisi internasionalis atau dunia yang terbuka
sesudah perang usai, ternyata tidak kompatibel dengan visi Soviet yang
memandang dunia terbagi dalam lingkungan pengaruh (sphere of influence)
mereka yang menang perang, termasuk Eropa Timur yang dihaki oleh
Soviet. AS merasa dikhianati dengan determinasi Soviet membagi-bagi
dunia dalam lingkungan pengaruh tersebut. AS berbalik memandang bekas
sekutunya menghadapi fasisme itu sebagi kekuatan yang ekspansionis dan
totaliter, sehingga harus dihadapi dengan kombinasi sikap curiga dan
ketegasan.

Sesudah Harry Truman menggantikan Presiden Roosevelt yang wafat
menjelang berakhirnya PD II, maka ketegangan antara pusat kapitalisme
dengan pusat komunisme itu pun semakin meningkat. Masalah Korea pun
mulai dimunculkan lagi oleh Truman dan Stalin. Sejak konferensi di Kairo
November 1943, para pemimpin Sekutu telah menggariskan bahwa “pada
waktunya Korea akan dibebaskan dan menjadi negara merdeka.”
Selama 40 tahun sebelumnya sejak perang Jepang — Rusia tahun 1904,
Korea dianeksasi Jepang dengan brutal. Jepang ingin mengabsorsi Korea
sebagai wilayahnya secara sepenuhnya dengan menindas semua perlawanan
rakyat Korea. Bahkan berbagai identitas kenasionalan bangsa Korea pun
dihancurkan dan dihapuskan demi `menyulap’-nya menjadi Jepang. Uni
Soviet ikut menyepakati bahwa Jepang tidak akan diizinkan lagi untuk
memiliki Korea. Hal ini ditegaskan kembali dalam konferensi di Teheran
dan Postdam.

Dalam pertemuan di Kairo, sebetulnya Roosevelt tidak menyetujui ide
pedudukan semenanjng Korea oleh salah satu kekuatan mana pun. Dalam
gambarannya, maka Korea memerlukan semacam dewan perwalian bersama
(multipower trusteeship) selama periode tertentu hingga paling lama 40
tahun sebelum memperleh kemerdekaan penuh. Roosevelt tidak menyetuju
gagasan pendudukan terhadap Korea, sebab itu hanya akan menyebabkan
rivalitas antara kekuatan besar. Persaingan semacam itulah yang pernah
memicu konflik China-Jepang yang berebutan pengaruh di Korea awal abad
ke-20, yang kemudian disusul perang Jepang versus Rusia tahun 1904-05.

Roosevelt juga ingin menghindari kesalahan tahun 1930-an ketika tidak
ada usaha untuk menyetop ekspansi Jepang di Asia maupun agresi Jerman
di Eropa Tengah. Karena itu dia pun di satu pihak menekankan arti
penting hubungan dan kerjasama antara AS dengan Uni Soviet, namun pada
pihak lain menyadari bahwa suatu pendudukan oleh Soviet di Korea akan
mengancam posisi AS di Pasifik. Pendudukan itu hanya akan memperkuat
posisi Soviet di Asia Timur Laut tanpa imbangan, mengingat Jepang sudah
keok dalam PD II.

Namun sejarah menunjukkan AS gagal membuat pengaturan yang konkret
mengenai Korea pasta perang. Kegagalan ini disebabkan sikap Washington
yang sewaktu perang masih berlangsung, selalu menunda-nunda keputusan
politik tentang berbagai hal pasta-perang. Roosevelt sendiri juga punya
kecenderungan untuk menggantung atau mengulur masalah-masalah yang
sulit. Padahal begitu perang dengan Jepang
berakhir pada 15 Agustus 1945, kalangan Deplu AS sudah memperingatkan
bahwa pendudukan oleh Soviet terhadap Semenanjung Korea akan langsung
mengancam kepentingan keamanan Amerika di Timur Jauh.

Tetapi gayung itu tidak bersambut. Bahkan para petinggi militer di
Pentagon bersikukuh bahwa Korea tidaklah memiliki nilai strategis. Lebih
baik kekuatan AS dipakai di tempat-tempat lain yang lebih penting.
Sekalipun demikian Truman yang belum lama menjabat sebagai presiden dan
tidak menduga Jepang akan bertekuk lutut begitu cepat, masih mau
mendengar pendapat staf Deplu yang menganut garis keras tentang Korea.
Truman sendiri yang mulai merasakan hubungan dengan Uni Soviet sudah
tidak seharmonis dulu, menyetujui usulan untuk mencegah pendudukan
seluruh Korea oleh Soviet, dengan penetapan adanya pembatas pada garis
lintang ke-38 di Semenanjung Korea. Bagian utara garis diperuntukan bagi
Soviet, dan zona selatan untuk AS.

Berhadapan langsung

Dengan demikian Uni Soviet dan Amerika akan berhadapan langsung di
Korea. Namun sayangnya, dalam menentukan pembagian Korea menjadi dua
zona tersebut, Gedung Putih kurang memperhitungkan aspirasi rakyat Korea
sendiri, atau pun potensi kekacauan internal Korea ketika itu. Padahal
selama empat ribu tahun Korea sudah menjadi suatu masyarakat bangsa yang
homogen, dengan bahasa, warisan budaya, dan kultur politik yang
tunggal. Usaha kejam Jepang selama 40 tahun untuk menghancurkan pola
tradisonal bangsa Korea pun terbukti gagal. Dalam hal ini pengetahuan
Washington tentang Korea rupanya nihil atau amat minim.
Jika pun di Korea ada yang berubah akibat sistem kolonialisme Jepang
yang keras, maka itu disebabkan oleh sistem desentralisasi pemerintahan,
industrialisasi, sistem perdagangan dan sebagainya, yang mengakibatkan
tercerabutnya penduduk pedesaan. Mereka pindah ke kota-kota, berubah
dari petani menjadi buruh, tentara, penambang dan lainlainya. Tetapi
meskipun mereka terekspos ke dunia luar, mereka tidaldah pernah terlepas
dari akarakarnya.

Tatkala perang usai dan Jepang meninggakan Korea, maka terjadilah
kevakuman yang diisi oeh pertarungan internal. Kaum kiri menuntut
perubahan fundamental, berhadapan dengan para elit yang berusaha
mempertahankan privilese yang mereka kenyam dalam pemerintahan Jepang.
Dampaknya adalah semakin berkembangnya gerakan buruh, tani, dan politisi
komunis. Kaum nasionalis yang berkoalisi dalam Republik Rakyat Korea
(KPR), sebuah organisasi anti-Jepang, gagal menjembatani perbedaan
antara mereka yang menganut garis kiri dengan yang kanan. Bahkan KPR
sendiri semakin radikal, menuntut penyitaan tanah dan membagikannya
kepada kaum tani. Begitu pula industri besar harus dinasionalisasi.

Tetapi kabar AS juga akan masuk menduduki Korea, membesarkan hati
berbagai keldmpok yang merasa terancam oleh gerakan kiri. Mereka lalu
mendirikan Partai Demokratik Korea (KDP), yang segera menjadi tumpuan
golongan kanan. KDP pun kini berhadapan langsung dengan KPR. Selain
kedua faksi besar itu, juga bermunculan faksi-faksi moderat dan
revolusioner lainnya, yang masing-masing memiliki aspirasi
sendiri-sendiri, baik yang revolusioner maupun yang evolusioner. Tetapi
semuanya satu pendapat, yakni kemerdekaan segera negerinya.
Berkembangnya kehendak segera memerdekakan diri itu membuktikan lagi
kegagalan Jepang memadamkan nasionalisme bangsa Korea. Bahkan tahun 1919
sekelompok pelarian politik Korea berkumpul di Shanghai, China,
membentuk Pemerintah Sementara Korea. Selain di China, berbagai kelompok
nasionalis Korea juga bertumbuh di AS dan Soviet. Dua tokoh terkemuka
dari gerakan perlawanan itu adalah Dr Syngman Rhee di AS dan Kim Sung-ju
alias Kim Il-sung di Soviet. Rhee yang dilahirkan tahun 1875 sejak muda
telah berjuang untuk bangsanya. Ia pernah dipenjara karena gerakanya.
Bebas dari penjara tahun 1904 dia ke AS dan memperoleh gelar Ph.D. dalam
hukum internasional dari Princeton (1910). Kembali ke Korea dia akan
ditangkap Jepang karena kegiatannya, sehingga terpaksa lari kembali ke
AS. Dia ke China dan diangkat sebagai pemimpin pemerintahan sementara
Korea yang dibentuk di Shanghai tahun 1919. Dia dikenal sebagai
nasionalis, konservatif, anti-komunis, percaya diri, dan juga ambisius.

Tatkala tentara Amerika mendarat di Korea bulan September 1945, maka
seluruh negeri ketika itu telah bersepakat untuk mendapatkan kemerdekaan
secepatnya. Syngman Rhee sebagai pejuang kemerdekaan paling senior pun
telah bersiap pulang dari AS untuk mengambil alih tampuk pemerintahan
Korea merdeka. Namun kenyataan di Korea tidaklah sesederhana itu. Sebab
kelompok kiri, kaum komunis dan radikal lainnya telah bergerak,
menginginkan kekuasaan pula.

Kegentingan Soviet -AS

Mereka bergerak lebih cepat dan masuk hingga pedalaman. Karena Kim
Il-sung yang pulang ke Korea bersama tentara Soviet yang masuk
mendahului tentara Amerika, segera mengonsolidasikan kekuatan
politiknya, terutama di utara garis lintang ke-38. Kim yang dilahirkan
tahun 1910 adalah seorang pejuang kemerdekaan. Dia bergerilya melawan
Jepang sampai kemudian terpaksa lari dan mengungsi ke Uni Soviet, masuk
Tentara Merah. Dialah yang dielus-elus Soviet untuk memimpin Korea
setelah merdeka. Tetapi seperti halnya AS, sebetulnya perhatian Soviet
ke Korea juga tidak besar. Fokus perhatiannya adalah ke Eropa Timur yang
betul-betul dijadikan tumpuan pengaruhnya pasca perang.
Karena itu Soviet lebih banyak menyerahkan proses politik di Korea
bagian utara kepada orang Korea sendiri yang dipimpin oleh Kim II-sung.
Hasilnya pun ternyata baik, karena mereka membentuk komite-komite rakyat
sampai pelosok. Akibatnya partisipasi politik di wilayah utara lebih
tinggi dari yang dijumpai di selatan. AS pada akhir 1945 pernah
mengusulkan pembentukan komisi bersama dengan Soviet guna menyiapkan
pemilihan pemerintahan sementara di Korea. Pemilihan ini akan diikti
pembentukan perwalian oleh AS, Soviet, Inggris, dan China hingga lima
tahun sebelum Korea dberi kemerdekaan dan kedaulatan sepenuhnya. Soviet
menyetujui usulan tersebut.

Namun pelaksanaannya mengalami berbagai hambatan, terutama sulitnya
mempersatukan faksi-faksi politik Korea. Di kalangan kiri atau komunis
sendiri, Kim Il-sung juga menghadapi saingan dari para kader komunis
yang dibina di Yenan, China Berbagai demosntrasi menentang dewan
perwalian negara asing muncul di mana-mana. Sementara itu hubungan AS
dengan Soviet juga memburuk, yang antara lain
dipicu penolakan Washington terhadap permintaan pinjaman dana satu
miliar dolar AS oleh Moskwa. Stalin yang marah menegaskan, antara
kapitalisme dengan komunisme memang tidak akan pernah kompatibel !

Kegentingan hubungan kedua negara besar itu pun berakibat di Korea,
yaitu semakin tidak mungkinnya Korea dipersatukan sebagai satu negara.
Bahkan pemecahan negara ini mengarah semakin permanen. AS yang semakin
khawatir akan dominasi komunis, menegaskan tidak akan mundur dari
semenanjung ini. Komisi bersama pun terbukti telah gagal. Karena itu AS
mengajukan persoalan Korea kepada PBB, mengusulkan agar Uni Soviet dan
AS menyelenggarakan pemilu di wilayah pendudukan masingmasing sebelum 31
Maret 1948. Pemilu ini untuk memilih majelis nasional dan suatu
pemerintahan nasional.
PBB menyetujui usulan ini dan membentuk Komisi Sementara PBB untuk
Korea (UNTCOK) guna mengawasi pemilu. Namun kenyataan di lapangan
berbeda sekali: Kaum kiri atau komunis juga kuat di wilayah selatan,
sehingga ada ancaman bahwa AS bisa terusir dari Korea jika pemilu
dimenangkan komunis. Akhirnya Washington berpendapat lebih balk ada
pemerintahan sendiri di bagian selatan garis lintang ke-38, yang akan
menghentikan infiltrasi dan pengaruh komunis dari utara. Dia pun
mendukung Dr Synman Rhee, satu-atunya tokoh politik terkuat di selatan.
Sebagian anggota UNTCOK seperti Australia dan Kanada berpendapat pemilu
tak mungkin dilaksanakan secara terpisah-pisah, melainkan harus
menyeluruh. Mereka masih berharap adanya Korea yang satu.

Pemisahan Korea

Meskipun muncul tentangan di kalangan UNTCOK, namun pemilu tetap
dilaksanakan di selatan pada bulan Mei 1948, dengan hasil Syngman Rhee
memperoleh kemenangan. Dia dengan cepat membentuk pemerintahan yang
terpisah dari wilayah utara. Pemerintahan Republik Korea (RoK) atau
Korea Selatan ini mengangkat Rhee sebagai presiden pertamanya.

Sementara itu di utara garis lintang, kaum komunis pun tidak tinggal
diam. Mereka membuat konstitusi sendiri, dan memroklamasikan berdirinya
Republik Demokrasi Rakyat Korea atau Korea Utara, dengan Kim Il-sung
sebagai perdana menterinya pertama. Bulan Desember 1948, PBB yang
dipengaruhi AS mengeluarkan resolusi yang hanya mengakui Republic Korea,
karena di situlah UNTCOK dapat mengawasi jalannya pemilu. Tetapi
kondisi politik di Selatan sendiri tak kunjung stabil, karena berbagai
aksi menentang Rhee terus berlanjut.

Untuk mengakhirinya, Rhee bersikap represif dan memberlakukan keadaan
darurat. Aksi kekerasan yang banyak memakan korban pun pecah, antara
lain di Cheju-do, sebuah pulau di selatan semenanjung. Hanya karena
dukungan Washingon-lah maka pemerintahan Syngman Rhee mampu bertahan.
Rhee yang berambisi untuk menyatukan Korea, merasa tidak puas dengan
skala bantuan militer dari AS yang sifat dan tujuannya hanyalah untuk
defensif, bukan ofensif. Padahal Rhee menginginkan pesawat, kapal
perang, dan persenjataan lainnya yang mampu melengkapi sedikitnya
100.000 pasukan. Washington setuju mendirikan Kelompok Penasihat Milker
Korea (KMAG) untuk melatih militer Korea Selatan. Namun AS tidak siap
bila harus membantu mat reunifikasi Rhee dengan menyerang Korea Utara.

Sekalipun begitu AS juga menyadari potensi pecahnya permusuhan lewat
serangan oleh Korut. Ironisnya, agar tidak terlibat lebih jauh, AS malah
bermaksud menarik tentaranya dari Korea. AS hanya akan membantu Korsel
membangun kekuatan sendiri agar mampu bertahan. Sikap seperti inilah
yang 20 tahun kemudan diulangi lagi di Vietnam dalam program yang
terkenal dengan istilah “Vietnamisasi”, yaitu dengan mengurangi
keterlibatan langsung pasukan Amerika di front dan menyerahkannya kepada
pasukan Vietsel sendiri.

Sementara itu kondisi di Korsel sendiri semakin runyam. Presiden Rhee
terjebak dalam pertengkaran dengan majelis nasional, serta bersikap
makin keras terhadap oposisi. Washington sendiri terombang-ambing,
karena politik luar negerinya waktu itu lebih mementingkan Eropa, namun
untuk meninggalkan Korea juga tak mungkin sebab sudah kepalang basah.
Korsel dijadikannya simboldemokrasi di Asia. Karena itu harus
diselamatkan dari ekspansi kaum komunis. Perang dingin di Asia Timur pun
semakin mengeras.

Di tengah suasana yang semakin tegang di Korea, Menlu Dean Acheson
dalam pidato penting Januari 1950 di Washington menegaskan, bahwa
perimeter pertahanan Amerika di Pasifik yang terjauh adalah Kep. Aleut,
Jepang, dan Kep. Ryukyu serta Filipina. Dia tidak menyebut Formosa atau
Korea Selatan sama sekali. Sehingga nantinya dia akan dipersalahkan
seolah-olah telah mendorong Korea Utara untuk menyerang Selatan.
Dua-duanya Berniat Serupa Apabila Presiden Rhee punya niat untuk
memprsatukan kembali Korea dengan menyerang ke utara manakala kekuatan
militernya sudah memungkinkan, maka PM Kim II-sung di Utara pun memiliki
cita-cita serupa. Keduanya samasama nasionalis dan patriot tulen yang
mendambakan Korea kembali sebagai satu negara dan satu bangsa.
Persoalannya adalah perbedaan ideologi mereka, serta siapa yang lebih
dulu merasa siap untuk melakukan serangan pertama. Washington sendiri
memperkirakan suatu perang di Asia dalam rangka ekspansionisme komunis
di Asia pasti akan terjadi. Tetapi kemungkinannya adalah di Formosa atau
Indochina, bukan di Korea.

Ketumpulan analisis Washington tadi mungkin dikarenakan sejak 1945
setiap kali telah beredar isu bahwa komunis di utara akan menyerang
selatan dengan dukungan Soviet. Namun itu terbukti hanya isu melulu,
sehingga lama-lama kepekaan pun tergantikan oleh kekebalan terhadap isu
semacam itu. Apalagi para ahli strategi Amerika juga melihat Soviet
tidak menganggap Korea sebagai sesuatu yang penting, karena fokusnya
lebih ke Eropa. Begitu pula karena kedekatan Seoul dengan PBB, rasanya
tak mungkin jika Korsel akan diserang. Namun kenyataannya pada fajar 25
Juni, pasukan Utara tiba-tiba menyerbu ke Selatan, mengerahkan 110.000
paukan, 1.400 pucuk meriam, dan 126 buah tank.

Meski semula AS keliru dalam perhitungannya megenai kemungkinan
serangan dari Utara serta pecahnya perag di semenanjung ini, namun
reaksinya terhadap serbuan itu sangat cepat. Selain meminta Dewan
Keamanan PBB langsung bersidang, maka kekuatan militer Amerika pun
diperintahkan mengamankan wilayah antara Seoul dengan Inchon, termasuk
kemungkinan bertempur dengan pasukan Korut. Tujuan
pen ini resminya untuk menc intervensi Korut terhadap evakuasi warga
Amerika dari Seoul-I hon. Namun penugasan militer S ini diputuskan
sendiri oleh Presiden Truman tanpa mengacu pada PBB samasekali. Ini
merupakan preseden yang di kemudian hari diikuti oleh presiden Amerika
lainnya seperti dalam perang Vietnam dan invasi ke Irak.

Tetapi apa yang melatar-belakangi serbuan Korut itu tetap tidak
jelas. Bahkan ada yang berpendapat sebetulnya Selatanlah yang mula-mula
melancarkan serangan, sesuai dengan ambisi Presiden Rhee untuk
reunifikasi Korea. Tetapi pendapat seperti ini dibantah dengan kenyataan
tidak berimbangnya kekuatan militer kedua pihak. Penulis dan sejarawan
militer terkenal, Stephen Ambrose menyatakan, ofensif Korut itu “terlalu
kuat, terlalu terkoordinasi baik, dan terlalu berhasil untuk suatu
ofensif balasan.”

Pada saat perang pecah, kekuatan darat Utara terdiri dari 135.000
pasukan yang terlatih dan terorganisasi baik, termasuk 29.000 pasukan
berpengalaman dari Manchuria. Mereka juga memiliki 150 tank, 110 pesawat
tempur, dan ibuan pucuk artileri. Sebaliknya Selatan hanya memiliki
sekitar 100.000 pasukan dan persejantaannya kurang lengkap, ditambah
25.000 polisi. Mereka tidak memiliki tank, artileri medium, pesawat
tempur atau pun pengebom.

Preemptive strike

Memang benar bahwa perang ini diwarnai nuansa perang dingin antara AS
dengan Uni Soviet. Namun banyak pengamat menyebutkan perang ini
bukanlah kepanjangan perang dingin Melainkan lebih sebagai perang
saudara yang sesungguhnya. Bahlcan serbuan Korea Utara itu pun mungkin
tanpa sepengetahuan Soviet maupun China, meskipun banyak pejabat Amerika
yang berpendapat sebaliknya. Moskwa memang telah mengantisipasi bahwa
perang bisa berkobar di Korea, namun hal itu diperkirakannya baru akan
terjadi pada bulan Agustus.

Ketidaktahuan Soviet itu terbukti dari statusnya yang masih memboikot
PBB dalam kaitan dengan penolakan keanggotaan RRC di PBB. Sehingga
semua aksi AS di PBB sehubungan dengan krisis perang Korea berjalan
lancar tanpa halangan atau pun veto dari Soviet. Sedangkan RRC ketika
itu masih mengharapkan terbukanya komunikasi dengan AS dalam soal
Formosa. China pun punya kesan bahwa Formosa tidaklah termasuk perimeter
pertahanan AS di Pasifik, sehingga ada harapan Washington tidak akan
menghalangi pengambilan Formosa oleh RRC. Sebaliknya jika China berusaha
merebut Formosa setelah meletusnya perang di Korea, maim dapat
dipastikan AS akan menjawabnya dengan kekuatan militer.
Figur Kim Il-sung yang acap digambarkan oleh AS sekadar sebagai boneka
Soviet saja, memang mengakui kepemimpinannya di Utara tak lepas dari
bantuan Soviet. Namun perintahnya untuk menyerbu ke selatan, lebih
disebabkan keyakinannya bahwa AS tidak akan melakukan intervensi. Selain
itu dia pun merasa lebih siap dibandingkan Selatan, serta masih
berharap adanya dukungan Soviet manakala dia memerlukannya.

Perintah Kim juga tak lepas dari berbagai insiden di perbatasan sejak
pertengahan 1949, serta ancaman Presiden Syngman Rhee untuk menyatukan
kembali Korea lewat kekuatan senjata. Berbagai lcrisis politik dan
ekonomi yang ketika itu tengah terjadi di Korsel, menggoda Kim Il-sung
untuk melancarkan preemptive strike ke selatan. Sehingga dengan sekali
serangan itu, ancaman dari Rhee dapat dimatikan dan sekafigus dia pun
dapat mempersatukan Korea kembali.

Tetapi impiannya gagal. PBB dan terutama AS akhirnya mengh entikan
rencana besar Kim 11-sung. Apakah anaknya Kim Jong-il ingin melanjutkan
dan mewujudkan impian sang ayah sebagaimana halnya George W. Bush
menghidupkan kembali keinginan ayahnya, Presiden Bush Sr, mengalahkan
Presiden Saddam Husein dari Irak – hanya sejarahlah yang dapat
membuktikannya.
Kembali Ke Atas Go down
 
Dari Kairo Sampai Pemaksaan Penyatuan
Kembali Ke Atas 
Halaman 1 dari 1

Permissions in this forum:Anda tidak dapat menjawab topik
FUN STATION Forum Friendship & Brotherhood :: Story,& History,Misteri , Figure, Fenomena :: Fakta & Sejarah (Non Fiksi Only)-
Navigasi: