Anak kaya yg bermain tenis

Ia terlahir di keluarga kelas menengah yang termasuk kaya di Spanyol.
Keluarganya adalah pencinta olah raga, termasuk tenis lapangan.

Suatu
hari, ia memainkan raket tenis pamannya. Toni, sang paman, lalu
melemparkan bola tenis kepada bocah yang saat itu baru berusia 4 tahun.
Si bocah mengayunkan raket dan membuat swing yang sempurna.

Sejak
saat itu, sang paman melatihnya untuk bisa menjadi pemain profesional.
Tantangan utama melatih anak berbakat ini adalah membentuk karakternya
agar tidak tumbuh sebagai anak yang manja karena dia terlahir di
keluarga kaya.

Pamannya percaya, sukses hanya dapat diperoleh
melalui kerja keras dan latihan yang tekun serta terus memperbaiki diri.

Di
bawah kepelatihan sang paman, anak ini harus membereskan sendiri
lapangan dan segala peralatannya sehabis berlatih, membawa sendiri tas
tenisnya yang berat, memasang sendiri senar raketnya, mencuci sendiri
kaos kakinya. Dia juga dilarang membanting raket tenisnya dalam kondisi
apapun.

Sejak kecil ia tidak pernah berlatih di lapangan yang
permukaannya mulus atau dengan bola yang bagus. Sang paman hanya ingin
memberi pelajaran bahwa kemenangan atau kekalahan lebih ditentukan oleh
perilaku, disiplin, dan determinasi (kekuatan tekad).

Rafael
Nadal sekarang dikenal sebagai petenis top dunia terutama sebagai ‘raja
lapangan tanah liat’ di usia muda.

Pamannya mengatakan, ”Yang
saya tanamkan kepada Rafael Nadal adalah disiplin dan mental, bukan
hanya dalam latihan dan pertandingan tetapi juga dalam seluruh aspek
kehidupan.”

Demikian juga dengan kita, dengan ketekunan,
disiplin, dan kerja keras dalam semua apapun yang kita kerjakan, niscaya
berbagai prestasi akan lebih mudah kita raih.