FUN STATION Forum Friendship & Brotherhood
Kisah William Wallace Utf-8BaGVsbG8tMDAxLmpwZwJoin us bro & sis di FS Forum Brotherhood untuk Fun,Friendship,Chat,Ask,Share Tips,Tricks,Trouble,Problem,Solusi Mengenai semua hal Anything/Everything untuk kamu2 semua...Welcome bro...Please Joint Us at This Forum Brotherhood Community...
FUN STATION Forum Friendship & Brotherhood
Kisah William Wallace Utf-8BaGVsbG8tMDAxLmpwZwJoin us bro & sis di FS Forum Brotherhood untuk Fun,Friendship,Chat,Ask,Share Tips,Tricks,Trouble,Problem,Solusi Mengenai semua hal Anything/Everything untuk kamu2 semua...Welcome bro...Please Joint Us at This Forum Brotherhood Community...
FUN STATION Forum Friendship & Brotherhood
Would you like to react to this message? Create an account in a few clicks or log in to continue.
FUN STATION Forum Friendship & Brotherhood

FS Forum Net Brotherhood,Share,Ask,Tips,Trick,Solution,Lifestyle,Health,Bussines,Gadget,Phone,Otomotif,Sport,Friendship,Networking,Fun,Friendship,Chat, Sport,Jokes,Ask,Internet,Repair,Assesories,Spare parts,Trade,
 
IndeksFunStation PortPencarianLatest imagesPendaftaranLogin
untuk semua Sobat.Kami Mengundang Para Tamu, sekiranya berkenan para Sobat mari bergabung menjadi bagian dari FS Forum Brotherhood ---- Mari kita saling Ask & Share Solusi dan menambah Wawasan kita2 semua Thanks Alot Salam kenal - Admin FS Forum

 

 Kisah William Wallace

Go down 
PengirimMessage
Lygatto
Vice Admin
Vice Admin
Lygatto


Jumlah posting : 474
Score : 1007
Reputasi : 0
Join date : 26.06.11
Lokasi : Beverlly Hills

Karakter
Table: 1

Kisah William Wallace Empty
PostSubyek: Kisah William Wallace   Kisah William Wallace Icon_minitimeSat 9 Jul - 23:54:48

[You must be registered and logged in to see this link.]Sekarang kita nonton Braveheart.
Beberapa Stasiun TV udah pernah nayangin Film epic kolosal ini 3 jam
lamanya, potong iklan sana-sini mungkin cuma 2-2,5 jam(gimana nih KPI?).
Braveheart dirilis 24 Mei 1995. Budgetnya sendiri sebesar 53 Juta USD
dan mampu meraih pendapatan bersih sebesar USD. 210,409,945 dari seluruh
dunia, untuk AS sendiri sebesar USD. 75,609,945. Film ini mengisahkan
tentang Pahlawan Nasional Skotlandia Sir William Wallace of Elerslie.
Filmnya dibuka oleh suara narator, ”Saya akan menceritakanmu tentang
William Wallace. Para sejarawan Inggris mungkin akan berkata saya adalah
seorang penipu, tetapi sejarah ditulis oleh mereka -yang pahlawannya
telah digantung.”
Pada adegan pertama, William Wallace muda melihat tubuh-tubuh orang
dewasa dan anak-anak Skotlandia tergantung, mereka baru saja menemui
perwakilan dari Edward I, yang lebih terkenal dengan sebutan Longshanks
–si Jangkung. Edward I memerintah dengan kekejaman tanpa batas, yang
memiliki obsesi menghancurkan populasi asli orang Skotlandia baik
melalui perang maupun perkawinan. Ia menerapkan hukum kuno yaitu, primae
noctis
(“malam pertama”), yang membolehkan para bangsawan, tuan
tanah dan sejenisnya untuk “memperawani” setiap gadis pada malam
pernikahan mereka –alamaaak…
Dikisahkan ayah dan kakak William meninggalkan rumah untuk bertempur
melawan serdadu Edward. Keduanya terbunuh, dan jasad mereka dikembalikan
ke rumah si yatim piatu William. Setelah pemakaman, Paman William,
Argyle, menjemput William dan membawanya dalam perjalanan melintasi
Eropa selama 20 tahun, sebuah perjalanan yang merupakan pendidikan dan
pembelajaran bagi William.
Ketika William kembali ke tanah kelahirannya, Anak Edward si Jangkung
–yang homoseksual itu, telah menikahi Isabelle, seorang putri Perancis,
yang secara politis -menurut Edward, akan meningkatkan hegemoninya atas
Perancis. Sedangkan William sendiri berencana membangun kembali rumah
ayahnya, menikah, dan membentuk keluarga. Ia bertemu kembali dengan
cinta masa kecilnya, Murron, dan mereka menikah secara rahasia untuk
menghindari hukum yang diterapkan si Jangkung, primae nocte.
Namun masa bahagia itu kemudian berubah drastis ketika Murron hendak
diperkosa oleh serdadu Inggris, William melawan mereka, lalu mundur
untuk sembunyi. Sayangnya, Murron, tak dapat meloloskan diri, ia
tertangkap dan kemudian dieksekusi mati secara brutal di depan umum oleh
hakim setempat –anteknya Edward, sebagai contoh hukuman bagi para
pembangkang, namun alih-alih hal itu malahan secara langsung membuat
William menjadi terprovokasi dan mendendam.
William kembali ke desa dengan berkuda, ia berpura-pura akan
menyerahkan diri namun pada saat-saat terakhir dia menyerang para
serdadu Inggris, perlawanan seorang diri ini kemudian berlanjut dengan
bergabungnya kawan karib william, Hamish, Campbell –ayah si Hamish, dan
beberapa sahabat lainnnya di desa itu, dengan membunuhi setiap serdadu
dalam benteng pengadilan tsb. Diikuti oleh rasa dendam yang amat sangat,
William kemudian mengeksekusi mati hakim yang telah membunuh istrinya
dengan cara yang kurang lebih sama –mata dibalas mata, nyawa dibalas
nyawa. Tak lama kemudian William menganeksasi benteng Inggris yang lebih
besar. Kekalahan untuk kedua kalinya menyebabkan Raja Edward marah dan
mengirimkan para serdadunya untuk memerangi William namun berita telah
cepat menyebar dan seluruh highlander –sebutan untuk orang Skotlandia,
bersatu untuk melawan invasi Inggris. William sebenarnya telah
mengetahui hal tersebut dan ia yakin Edward akan mengirim seluruh
serdadu Inggris di bagian utara, untuk memberangus rencananya.
Kemenangan pasukan William dalam peperangan ini terjadi pada
peristiwa yang dikenal dengan, Battle of Stirling. William, memimpin
pasukannya yang notabene kalah jumlah dari serdadu Inggris, menggugah
rasa percaya diri pasukannya dengan pidatonya yang kharismatik. Mereka
mengalahkan pasukan kavaleri –pasukan berkuda, dengan tombak panjang dan
membantai pasukan infantri dan para jenderal Inggris yang tersisa.
Walaupun telah dianugerahi gelar sebagai “High Protector of Scotland”
–Pelindung tinggi tanah Skotlandia, oleh para bangsawan, William tetap
saja tak mampu meyakinkan para bangsawan untuk bersatu dan melawan
Inggris untuk memastikan kemenangan mereka, sekaligus mengeyahkan Edward
si Jangkung untuk selamanya dari tanah Skotlandia. Bangsawan Skotlandia
berstrata tertingi, Robert the Bruce, calon penerus takhta kekuasaan di
Skotlandia, berbicara pada William dan mengatakan bahwa segala upayanya
tersebut lebih cenderung didorong oleh kemarahan dan dendam
dibandingkan keinginan untuk melindungi tanah kelahirannya. William
mengakui hal itu tetapi ia juga melihat bahwa Bruce adalah tipe pemimpin
yang diperlukan bangsa Skotlandia dan ia berusaha menawarkan Bruce
untuk menyatukan klan-klan yang ada.
William akhirnya, mengambil keputusan untuk menyerang Inggris dengan
pasukannya sendiri, mereka berjalan beberapa ratus mil menuju kota York.
Mereka berhasil menyerang dan melumpuhkan kota itu. Ketua hakim
setempat dipenggal dan kepalanya dikirimkan ke London sebagai pesan
utnuk si Jangkung.
Si Jangkung kemudian mengirim Putri Wales, Isabelle –jaman
sekarangnya Lady Di juga ga’ kalah cantik, ke York menegosiasikan
gencatan senjata dengan William. William bersedia bertemu dengan sang
putri namun menolak memenuhi permintaan si Jangkung. Alasannya karena
perlakuan si Jangkung yang kejam serta usahanya untuk melenyapkan
–genocide, bangsa Skotlandia. Sang putri akhirnya kembali ke London dan
mengetahui bahwa pertemuan tersebut -antara dia dan William, hanyalah
strategi si Jangkung untuk mengalihkan perhatian William, yang secara
diam-diam mengirimkan serdadunya ke Skotlandia untuk menyerang William.
Isabelle kemudian mengirimkan kurir untuk menyampaikan berita tersebut.
William kemudian mengumpulkan pasukannya dan kembali ke Skotlandia untuk
menghadang pasukan Inggris di Falkirk. Selama peperangan, sekali lagi
William membuktikan sebagai seorang pengatur taktik yang lebih jitu, ia
menggunakan pasukan panah untuk menyalakan api di lapangan yang telah
dipenuhi minyak tepat diantara pasukannya dan serdadu si Jangkung
sedangkan pasukan kavaleri Inggris terperangkap di tengah lapangan yang
penuh kobaran api itu. Selanjutnya dalam peperangan itu, pasukan
Irlandia yang tadinya bergabung dengan serdadu si Jangkung membelot ke
pasukan William sebagai hasil tipuan yang dilakukan oleh Steven –si
Irlandia gila, yang juga merupakan sahabat William, hal ini menggandakan
jumlah pasukan William secara instan. Namun, si jangkung telah berhasil
mempengaruhi beberapa bangsawan Skotlandia dan pasukan kavalerinya. Hal
ini menyebabkan kekosongan tenaga bantuan bagi William, mereka
meninggalkan “sekutu“-nya menuju kematian. William lari dari ladang
pembantaian dan mengejar si Jangkung. Tak lama kemudian, ia dihentikan
oleh teman si Jangkung yang memakai helm, kemudian ia mengenalinya
sebagai, Robert the Bruce. Robert membantu William lolos dari
penangkapan dan kembali dengan selamat ke pasukannya. Sementara itu di
kamp pasukan Skotlandia, Hamish melihat ayahnya wafat, William juga
menyaksikannya. William menyadari betapa egonya yang terlalu tinggi
menyebabkan kekalahan mereka.
Meskipun pasukannya kalah, William masih mampu mengumpulkan dukungan
dari banyak highlander di tempat asalnya dan membentuk lagi
pasukan baru. Ia juga melakukan balas dendam yang brutal atas
pengkhianatan yang dilakukan oleh beberapa bangsawan, diantaranya
membunuh Mornay di tempat tidurnya (sambil berkuda ia menghancurkan
tengkorak Mornay dengan sebuah tongkat) dan kemudian Lochlan yang
tubuhnya dilemparkan dari jendela ke meja makan Lord Craig setelah
sebelumnya lehernya digorok terlebih dahulu. Si Jangkung segera
menyadari bahwa William sekali lagi menjadi “tak tersentuh” dan kemudian
merencanakan untuk membunuhnya, Sekali lagi dengan menggunakan sang
putri –Isabelle sebagai bagian dari triknya. Namun sang putri malah
memperingatkan William dan si pembunuh kemudian secara brutal dibunuh
dengan cara dibakar oleh William, Hamish dan Steven –si orang Irlandia.
William secara sembunyi-sembunyi menemui sang putri untuk mengucapkan
terima kasih dan selanjutnya… mereka “ho’oh” berdua –kelamaan perang
sih… jadi perlu peregangan yang tegang-tegang deh…
Beberapa bulan telah berlalu dan si Jangkung tetap berusaha untuk
menjebak William secara halus. Kali ini Robert the Bruce sebagai
umpannya, dengan memanggil William dalam suatu pertemuan untuk
menegosiasikan gencatan senjata. William ditangkap di Edinburgh oleh
serdadu Inggris dan para bangsawan Skotlandia yang mengkhianatinya untuk
kali kedua. Ia kemudian dikirim ke London untuk di eksekusi di depan
umum.
Putri Isabelle meminta William untuk memohon ampunan dari raja.
William menolak, ia lebih memilih mati sebagai orang yang bebas.
Akhirnya putri Isabelle sendiri yang memohon kepada raja untuk
mengampuni William. Raja tak mampu berbicara karena suatu hal yang
fatal, sakit yang misterius (tampaknya TBC, seperti terlihat batuk
kencang yang dialaminya selama setengah bagian dari film), tetapi
keputusannya tetap tidak berubah. Sambil kemudian, sang putri
membisikkan ke kuping raja, Isabelle mengungkapkan bahwa ia tengah
mengandung anak dari William dan keturunannya nanti yang akan mewarisi
takhta Inggris. Rajanya Inggris sekarang turunan Skotlandia dan
Perancis? Ah, yang bener aja…
Sementara pada waktu yang sama William dibawa ke lapangan, yang
dipenuhi oleh masa, untuk dieksekusi. Ia ditawari ampunan (ini dapat
diartikan dengan kematian yang cepat dengan cara dipenggal) dan sebagai
gantinya ia harus mengumumkan bahwa dirinya setia pada raja. William
menolak, ia kemudian diikat, pertama-tama lehernya, kemudian kedua
pergelangan tangan dan kakinya. Kemudian diikat menyilang dan dikuliti
hidup-hidup. Wiliam tetap menolak meneriakkan kesetiaan kepada raja yang
ditawarkan oleh algojo, kata-kata terakhir yang diteriakkannya,
“Merdeka…!” -Ini bukan film “Serangan Fajar” kan? Menyadari William tak
akan menyerah, bahkan dengan siksaan yang sangat sadis sekalipun, si
algojo kemudian memenggal lehernya. Sesaat sebelum kapak jatuh
diayunkan, William melihat Murron tampak diantara kerumunan banyak
orang. Potongan selendang (syal?) yang diberikan padanya oleh Murron
sebagai hadiah pernikahan mereka, terjatuh dari tangannya… (Sumpah gw
sampe keluar air mata waktu nonton adegan ini, biar ini cuma adegan
ngibul tapi kenapa gw tetep suka ya?)
Di Skotlandia, beberapa waktu setelah eksekusi terhadap William
dilakukan, Robert the Bruce memimpin sisa pasukan William menuju tanah
lapang di Bannockburn untuk menerima takhta sebagai raja Skotlandia.
Dengan memeganng potongan selendang (syal?) yang terjatuh dari tangan
William di saat akhir hidupnya, Bruce memimpin pasukannya berperang
melawan Inggris, banyak keraguan dari para bangsawan, yang berharap
Bruce mau menerima takhtanya tanpa harus terlibat dalam suatu insiden.
Di akhir cerita suara dari William/Mel Gibson menginformasikan pada kita
–penonton, bahwa pada tahun 1314, Bangsa Skotlandia memenangkan perang
tersebut dan tanah Skotlandia meraih kemedekaannya. Merdeka!!! Apaaaa
coba…?
Heroik, romantis, dan kolosal. Tapi faktanya gimana?
Sir William Wallace of Elerslie
Pro Liberasi – Untuk Kemerdekaan
Kematian yang cepat dan perselisihan internal menjadi hal yang biasa
pada saat itu. Alexander III (1249-1286) sedang bertikai dengan Edward
si Jangkung, dan membentuk hubungan dengan raja Norwegia, Erik II dalam
usahanya menjaga perdamaian. Istri Alexander, Margaret meiliki tiga
anak, tampaknya calon penerus takhta adalah anak tertua yang juga
dinamai Alexander. Namun sayangnya permaisuri keluarga kerajaan ini
harus berpulang lebih awal. Margaret wafat di tahun 1275 pada umur 35
tahun, anak tertuanya Alexander (putra mahkota) menyusul kemudian di
tahun 1284. Bahkan adiknya wafat 3 tahun sebelum ia meninggal dan hanya
dua tahun setelah kematian Alexander muda kemudian disusul dengan cepat
oleh kematian adik perempuannya -yang menikah dengan raja Eric II dari
Norwegia di tahun 1281, jelas terlihat sebagai bagian dari usaha membuat
suatu ikatan dan menjaga perdamaian. Ketika Alexander II mendengar
berita kematian putrinya di Norwegia, ia menyadari bahwa ia tidak
memiliki pewaris dan mengumumkan bahwa ia harus menikah lagi –sesegera
mungkin.
Iapun menikahi Yolande, putri dari Count of Dreux di tahun 1284.
Namun di tahun 1286 setelah pertemuan rutin konsul di istana Edinburgh,
dan mungkin juga karena pengaruh beberapa cawan anggur Perancis, ia
memutuskan pergi untuk menemui istri mudanya. Dalam perjalanan ke sana,
ia menunggangi kudanya tanpa menghiraukan angin badai yang bertiup
kencang dan akhirnya ia wafat karena terjatuh ke dalam jurang. Masa
keemasan pemerintahan Alexander III yang panjang dan suksespun berakhir.
Segera saja kabar kematiannya diumumkan, Yolande, istri mudanyapun
membuat pengumuman bahwa dirinya tengah mengandung. Setelah beberapa
bulan menunggu dengan sabarnya untuk melihat apakah yang dikatakannya
benar, maka jelaslah bahwa Yolande tidak sedang dan tidak akan pernah
mengandung dan karena itu tidak mungkin menghasilkan keturunan bagi
Alexander III.
[You must be registered and logged in to see this link.]Anak Alexander III, Margaret, yang
menikah dengan raja Norwegia ternyata memiliki seorang putri, yang cukup
mengejutkan namanya juga Margaret. Keluarga Alexander yang berhasil
selamat -yang juga dikenal sebagai ‘The Maid of Norway’, hanyalah
seorang anak kecil. Umurnya baru 3 tahun ketika mahkota kerajaan jatuh
ke tangan-(kepala?)-nya.
Situasi di Skotlandia dipenuhi keputusasaan. Ratu mereka adalah anak
kecil berumur tiga tahun bernama Margaret, dan ia berada jauh,
beratus-ratus mil jaraknya di Norwegia, tinggal bersama ayahnya -raja
Norwegia- yang umurnya sendiri baru 16 tahun, gile bener… berarti 13/14
tahun udah “ho’oh”.
Ini adalah suatu masa di Skotlandia dimana para Pelindung Skotlandia
mengambil alih kekuasaan. Keluarga Bruce dan Balliol keduanya mengklaim
hak mereka atas takhta, keduanya mengatakan bahwa mereka adalah pewaris
dari garis keturunan David I (1124 – 1153), anak dari Alexander I.
Perang saudara di Skotlandia sedikit lagi segera terjadi, dan dua
keluarga yang berkuasa, yaitu Bruce dan Balliol mulai menguasai benteng
dan wilayah bernilai srategis.
Dan inilah kesempatan bagi si Jangkung untuk berkuasa lebih dari
sebelumnya. Sangat jelas bahwa hanya ada satu orang saja yang memiliki
otoritas dan kekuatan untuk menduduki takhta di Skotlandia. Siapa saja,
baik itu Bruce ataupun Balliol, mendapatkan dukungan dari si Jangkung
maka yang lain harus menghormati dan menerima aturan yang berlaku.
Pertanyaannya adalah, keuntungan apa yang didapatkan si Jangkung? Dan
apa yang akan menjadi keputusannya?
Si Jangkung dengan caranya yang licin dan terencana mempersiapkan
rencana tersebut sesuai dengan persyaratan Inggris, Margaret ‘The Maid
of Norway’ dan “Damsel of Scotland’ disetujui sebagai penerus tahkta
sesuai dengan hak yang melekat padanya sejak lahir. Namun ada satu
syarat bahwa ia harus menikahi anak si Jangkung, Edward. Skotlandia akan
tetap independen dan sepenuhnya terpisah dari pemerintahan Inggris
sesuai dengan perjanjian perikatan ini, bebas dan tak terikat. Semuanya
tampak terlihat baik-baik saja, namun dengan dimasukkannya “antek-antek”
si Jangkung membuat kecurigaan atas perjanjian tersebut -yang dapat
merusak kemerdekaan Skotlandia.
Si Jangkung meyiapkan kapal dan mengirimkannya untuk menjemput Ratu
Skotlandia -berumur 3 tahun, dari Norwegia. Ia juga menyiapkan putranya
Edward, yang saat itu sendiri baru berumur 6 tahun, untuk menikah -6
tahun udah nikah berarti gua udah terlambat 29 tahun, susah ngejarnya…
Kapal ini dimuati dengan daging segar, berbagai macam buah-buahan dan 14
kilo roti jahe yang dirancang agar si ratu –yang masih bayi itu,
bahagia selama perjalanannya menuju Inggris. Satu bulan kemudian kapal
itu kembali namun gagal menunaikan tugasnya untuk membawa bayi itu
menyeberangi samudra. Erik II –raja Norwegia telah memutuskan cara yang
terbaik untuk mengirim putrinya ke Skotlandia adalah melalui kepulauan
Orkney dan Shetland (yang pada saat itu merupakan daerah kekuasaannya),
namun sepanjang perjalanan yang panjang itu kesehatannya yang terus
memburuk dan rapuh, tak dapat menahan ganasnya badai lautan dan akhirnya
iapun wafat tanpa pernah sampai di Orkney – bahkan untuk menjejakkan
kakinya di tanah Skotlandia –apa semua keluarganya dikutuk, kali ya?
Era keluarga Dunkeld yang panjang dan sukses, Dinasti keluarga
kerajaan Skotlandia tertua yang berkuasa sejak Duncan I di tahun 1043
-garis keluarga diturunkan olehnya dengan membentuk keluarga kerajaan
Skotlandia yang pertama, keluarga Alpin, akhirnya berakhir sudah.
Dengan kematian Margaret ‘Damsel of Scotland’ pada 26 September 1290,
Ide dan prinsip-prinsip yang ditetapkan si Jangkung juga ikut berakhir
–seorang raja baru bagi Skotlandia harus ditunjuk. Sebuah surat yang
ditulis oleh Kardinal Fraser untuk si Jangkung menginformasikan kematian
ratu muda Skotlandia tersebut, dan memintanya untuk datang ke
Skotlandia dan menunjuk salah satu dari keluarga yang menjadi rival
–baik itu Bruce ataupun Balliol. Surat itu juga menginformasikan bahwa
John Balliol ingin bertemu dengannya, dan jika terpilih akan mengikuti
aturan dewan yang ditunjuk si Jangkung dan membayar upeti: artinya ia
akan memerintah Skotlandia dibawah kekuasaan Inggris. Namun surat itu
juga memberikan petunjuk secara implisit pada si jangkung untuk
mengawasi John Balliol secara sangat hati-hati dan jika ia menunjuk John
Balliol untuk takhta Skotlandia dan memberikan dukungan terhadap
klaimnya itu maka si Jangkung harus dapat membuat perjanjian yang
menguntungkan kedua belah pihak, tidak hanya pada Balliol tetapi juga
pada pihak yang dirugikan -Bruce, yang berpretensi hal itu pantas
dibayar dengan cara berperang. Hal itu merupakan hal yang tersulit pada
masa itu dan si Jangkung harus memastikan bahwa rencana barunya akan
tetap memberikannya peluang untuk menyatukan Skotlandia dan Inggris dan
Inggris sebagai pusat pemerintahan.
Antara tahun 1290 dan 1292 si Jangkung memainkan peran yang panjang
dan penuh kehati-hatian. Periode dua tahun dari masa kevakuman tersebut
merupakan nilai yang hebat bagi keluarga Dunkeld sebelumnya karena kedua
keluarga siap meletakkan pedang dan bersepakat bahwa hal itu –perebutan
hak takhta, dapat diselesaikan melalui jalan hukum di pengadilan. Kedua
keluarga, baik Bruce dan Balliol, menyatakan bahwa mereka adalah
keturunan dari garis anak-anak perempuan David I. Keluarga Balliol
menyatakan mereka keturunan dari anak perempuan tertua David I, yang
juga bernama Margaret – sedangkan keluarga Bruce menyatakan bahwa mereka
keturunan dari anak perempuan kedua David I, yaitu Isabel.
Namun, sebagai harga dari mediasi antar dua keluarga yang berpengaruh
tesebut, si Jangkung menempatkan dirinya sebagai ‘Overlord of the
land of Scotland
’ –Tuan tanah Skotlandia, menurut prinsip-prinsip
hukum tertinggi yang berlaku. Si Jangkung, ‘Hammer of the Scots
– Penguasa Skotlandia- di masa depan memastikan bahwa kedua keluarga
yang mengajukan klaim hak-haknya terhadap takhta Skotlandia haruslah
berpedoman pada peraturan-peraturan yang berlaku. Mereka harus menerima
apapun keputusan dari pengadilan dan menerima si Jangkung sebagai
majikan tertinggi mereka.
Langkah ini memberikan si Jangkung kekuasaan yang lebih besar lagi
dari sebelumnya, seperti yang selama ini selalu ia rasakan bahwa ia
memang pantas mendapatkannya, dan merupakan landasan penting bagi
Inggris Raya-nya!
Bukti dokumentasi dari sejarah keluarga William Wallace terpecah dan
membingungkan. Beberapa menyebutkan ia keturunan dari Richard the
Welshman, melihat kembali ke masa awal William the Conqueror (sang
Penakluk) –lainnya berkata ia merupakan keturunan keluarga yang cukup
terkenal di Skotlandia yaitu Cragies.
William Wallace, adalah anak kedua Sir Malcolm Wallace dari tiga
bersaudara yang lahir pada Januari 1272, (walupun banyak yang
memperdebatkan, tahun kelahirannya diperkirakan jatuh pada tahun-tahun
antara 1270 sampai dengan 1276 –tapi tampaknya tahun 1272-lah yang
paling mendekati dari beberapa riset yang ada), di Skotlandia, tepatnya
di kota Elerslie (yang sekarang disebut Elderslie).
Ayahnya, Sir Malcolm Wallace, walaupun memiliki gelar kesatriaan
namun memiliki peringkat yang rendah dalam dunia perpolitikan dan
kebangsawanan di Skotlandia. Ia memiliki sejumlah tanah atas gelarnya
dan menjalani hidup yang relatif damai.
Skotlandia tempat William Wallace dibesarkan selama akhir tahun
1200-an adalah sebuah negara yang cukup makmur jauh dari gambaran bangsa
pengemis seperti yang selama ini dilukiskan oleh para propagandais
Inggris. Ini jelas terlihat dari keberadaan Katedral besar yang masih
berdiri membujur mulai dari Glasgow di selatan sampai dengan ke utara di
bagian Dornoch. Komplek biara dan kepasturan yang indah di Arbroath,
Scone, Dunfermline dan Cambuskenneth, begitu juga dengan beberapa istana
dan rumah-rumah besar di Paisley, Kilwinning, Crossraguel, New Abbey,
Dundrennan, Holyrood, Kelso, Jedburgh, Dryburgh dan Melrose.
Sangat jelas bangunan-bangunan hebat tersebut hanya dapat didirikan
di negeri yang memiliki kesejahteraan tinggi dan banyak sumber daya.
Dipenuhi oleh beratus-ratus istana, kaum regal, baronial dan kesatria,
rumah yang hebat untuk kaum berkelas: Inilah waktu bermunculannya kaum
borjuis yang makmur.
Raja Alexander II yang hebat sedang bertakhta tidak hanya memiliki
kemampuan bertahan tetapi juga mampu mengusir para agresor. Saat William
dilahirkan, Raja Inggris selanjutnya, raja Henry III wafat dan
digantikan oleh orang yang suatu hari nanti menjadi musuh yang paling
mematikan bagi William – Edward I (si Jangkung). Pada 18 Agustus 1274
-671 tahun lebih 1 hari waktunya sebelum tanggal kemerdekaan RI, Edward
menerima mahkotanya di Westminster. Ia berumur 35 tahun, tinggi, tubuh
yang cukup seimbang dan malah dapat dikatakan tingginya diatas
rata-rata, ia memang pantas mendapat julukan si Jangkung.
William Wallace juga tumbuh menjadi pemuda yang kuat dan tegap,
dengan tinggi 6 kaki 7 inchi dan fisik yang seimbang, ia juga bagaikan
raksasa. Seringkali hal ini diperdebatkan bahwa sangat tidak mungkin
orang dapat setinggi itu. Namun, melihat dari baju dan senjata yang ada
pada saat itu tak cuma si Jangkung yang memiliki tubuh setinggi itu,
tetapi William Wallace juga sebanding dengannya.
Pada masa itu juga jelas, seseorang untuk dapat dikatakan “matang”
pada umur sekitaran 20-25 tahun. Untuk menjadi pemimpin dan sukses dalam
pertempuran, seseorang harus dilahirkan berdasarkan gelar, atau
layaknya William dalam hal ini, mendapatkan derajatnya lewat
kemampuannya berperang. Di masa dimana kekuatan, stamina, ketahanan,
keberanian dan, di atas semua itu, kemampuan menggunakan pedang dan
pisau dianggap sebagai puncak kehebatan dari seorang pemimpin –saat
dimana kemampuan berperang sangat tergantung pada keteguhan pribadi
seseorang, sangat tidak mungkin untuk menyangsikan kemampuan yang
dimiliki oleh William.
Sedangkan William saat itu belumlah dianggap sebagai pria yang
memiliki kekuatan yang dapat diperhitungkan, dengan kata lain,
mungkinkah anak kedua dari seorang kesatria biasa-biasa saja, yang baru
saja melepas masa remajanya, apalagi tanpa bantuan dari bangsawan
terhormat, dapat membangun dirinya, mampu memikat pengikut-pengikutnya,
menanamkan rasa takut pada musuh-musuhnya ketika berhadapan langsung
dalam peperangan, memupuk kebencian pada Edward Plantagenet I dari
Inggris, dan menjadi pahlawan bangsa Skotlandia jika ia tidak memiliki
cukup kekuatan fisik dan kemampuan berperang?
Namun, tidak hanya melulu karena keunggulan fisik yang membuat
William Wallace menjadi pahlawan yang hebat, kemampuan mentalnya juga
berpengaruh besar. Dimana dan kapan tepatnya William Wallace mendapatkan
pendidikan, lebih tepat dikatakan sebagai cerita yang panjang dan dalam
daripada sekadar dongeng. Nah, biar gak panjang-panjang kita singkat
aja ya… Tepatnya sebelum penasbihan John Balliol. Bapaknya William, Sir
Malcolm Wallace terlibat dalam pemberontakan yang dikenal sebagai ‘The
revolt of the Turnberry Band’
.
Ide pemberontakan itu sendiri muncul untuk mengumpulkan retribusi
yang nantinya diharapkan dapat menggalang kekuatan untuk mendukung
‘House of Bruce’. William kira-kira baru berumur 14 tahun dan pastinya
ia tinggal bersama ayahnya dan kakaknya, yang juga bernama Malcolm.
Boleh jadi inilah pengalaman pertama baginya dalam aksi militer, tetapi
pemberontakan itu –kalo boleh disebut begitu- bubar dengan sendirinya
bahkan sebelum dimulai, damai dan tenang tetapi pertemuan pada September
tahun 1286 itu punya peranan besar dalam masa depan William nantinya.
Dalam masa tiga tahun yang sulit itu –masa tenang sebelum badai datang-
dan seiring dimana pertemuan-pertemuan rahasia terjadi, William banyak
menghabiskan waktunya di Dunipace, bagian timur Stirlingshire dimana ia
tinggal dengan pamannya , yang bekerja sebagai pegawai di Komplek Kapel
Cambuskenneth Abbey.
William menunjukkan kepandaiannya, dengan mudah ia menapaki karir di
Gereja, yang juga merupakan aturan tradisi bagi anak laki-laki yang
paling muda bangsawan biasa. Di umurnya yang ke 16 saat itu pendidikan
mengarahkannya ke kedewasaan. Pamannya menempa moralnya dengan
aturan-aturan latin yang ketat, dan mengenalkannya pada penulis-penulis
klasik terkenal. Semangat dan kecintaan William akan kebebasan,
kemerdekaan yang menjadi pijakan karirnya yang hebat tidak terlepas dari
peran pamannya -yang pendeta itu- dalam menanamkan nilai-nilai dan
dasar kebebasan dan kemerdekaan yang sangat baik dalam dirinya. Inilah
yang menjadi pedoman baginya yang tertanam baik dalam diri William
sampai pada akhir hayatnya.
William kini kembali bersatu dengan keluarganya, saat itu ia berumur
17 tahun, sebenarnya ada kejadian lain yang mendasari mengapa William
diasuh dalam kehidupan Gereja. Selama masa pendidikanya (di usia 14 – 16
tahun), John Balliol telah diasingkan dan untuk mengembalikan Penjagaan
Skotlandia ke tangan pemerintah Skotlandia kembali maka mereka harus
membayar upeti kepada Si Jangkung. Penyerahan upeti berbentuk gandum ini
bersifat memaksa, dan batas waktu penyerahannya pada saat itu adalah
setiap bulan Juli.
Dan tanggung jawab dalam pengadministrasian gandum di Ayrshire jatuh
ke tangan Sir Ranald Craufurd, Kakek William –bapak dari ibunya.
Siapapun yang tidak membayar upeti kepada Si Jangkung mendapat hukuman
yang berat, dan ketika Sir Ranald tahu bahwa nama Sir Malcolm termasuk
yang tidak membayar upeti, dan ia menyadari ancaman dari serdadu-serdadu
Inggris, yang saat itu mengatur daerah Ayr dan Irvine (tempat mereka
tinggal), pastinya akan mengejar Malcolm maka ia membawa anak perempuan
dan cucunya dalam perlindungannya.
Sir Malcolm bersama anak laki-laki tertuanya pindah ke utara dan
meninggalkan istrinya Margareth dan dua anak laki-lakinya yang lebih
muda, William dan John. Setelah beberapa saat tinggal dengan Sir Ranald,
ia mengirim seluruh keluarganya ke Kilspindie di Carse of Gowrie dimana
mereka tinggal dengan Paman William yang lain –kemungkinan saudara
laki-laki dari ibunya.
Seperti kebiasaan pada masa itu, saudara laki-laki yang lebih muda
mengikuti pendidikan di Gereja, sedangkan yang lebih tua mewarisi tanah
dan gelar kehormatan. Pamannya -yang kini ia tinggal bersamanya -adalah
sorang pendeta di distrik itu dan disinilah, saat ia berumur antara 17
atau 18 tahun William meneruskan pendidikannya di Dundee, di sini juga
ia bertemu dengan John Blair, yang segera setelah menjadi pendeta ordo
Benedictine, selanjutnya ia meninggalkan biaranya untuk menemui William
dan menjadi penasehat spiritual serta kawan seperjuangan William.
Di sekolah Gereja ini William bertemu dan menjadi sahabat dari Duncan
of Lorn dan Sir Neil Campbell of Lochawe, keduanya menyukai William dan
memiliki peranan yang penting dalam pengalaman awal William. Mengapa
seorang William muda yang memiliki kekuatan fisik bagus dan sempurna mau
menjadi seorang pendeta, jawabannya sangat mudah. Sepeti telah
dikatakan sebelumnya, ini adalah tradisi turun temurun dari keluarga
William, baik dari garis bapak maupun ibunya , dan di masa yang penuh
dengan ketidakpastian tersebut sangat bijak untuk menguasai banyak
bahasa dan ilmu politik serta Gereja, karena Gereja memiliki kekuatan
yang besar pada masa itu.
Dan karena sebab pelarian ayahnya dan kakaknya ke utara jugalah yang
menjadi alasan mengapa William, yang memiliki tubuh yang besar dan kuat
menjadi harapan untuk menjaga ibu dan adiknya John untuk tinggal
disana. Memang agak ganjil juga, Dundee merupakan salah satu daerah
yang mengadakan perlawanan terhadap Inggris karena aneksasi atas
Skotlandia –dan William masih dapat tidur nyenyak terhindar dari segala
kesulitan.
[You must be registered and logged in to see this link.]Di film Braveheart, baik penulis
Randall Wallace dan sutradara Mel Gibson menggambarkan bahwa Ibu William
telah meninggal. Mereka juga tidak menyinggung sekalipun tentang
adiknya John, dan dalam setengah jam pertama mereka telah “membunuh”
ayahnya dan kakaknya saat William seorang bocah. Tentu saja ini tidak
benar –kalo bener pasti ngantuklah nontonnya. Tapi meski begitu, kalo
dipikir lagi, jelaslah jika film ini dibuat sangat detail, pasti
bisa-bisa durasinya lebih panjang dua kali lipat dan kita semua pasti
sudah tidur pas adegan serunya baru aja dimulai :p.
Mereka boleh saja berkilah, dalam pandangan mereka, bahwa hal-hal
diatas tidaklah signifikan dibandingkan dengan sosok dan keberanian
William yang asli. Gw pikir gak perlu waktu panjang koq, untuk
menjelaskan situasi di sekitar William saat dia mengecap pendidikan dan
tentang keluarganya secara akurat dan singkat. Dan gw pikir juga,
justru penggambaran di film ketika dia pergi ke selatan bersama pamannya
dan pertemuannya di pemakaman dengan Murron itu benar-benar fiktif.
Tapi adegan itu malah bikin filmnya jadi bagus J .
——————————————————————————————
Skotlandia dirundung perang saudara, perkelahian antar keluarga dan
perang antar kota terus meningkat , begitu juga dengan perlawanan
terhadap penjajahan Inggris. Perkelahian berubah menjadi kekacauan –
kekacauan berubah menjadi penyerangan dan peperangan yang sporadis
dimana-mana. Sir Malcolm Wallace baru saja kembali ke selatan bersama
anak tertuanya ketika salah satu penyerangan terjadi di Loudoun Hill
pada tahun 1921 yang menyebabkan ayah William tewas. Inilah awal dendam
William terhadap Inggris yang selanjutnya menjadi kebencian yang amat
sangat.
Sekarang umur William telah 19 tahun, ibunya tenggelam dalam
kesedihan dan kakaknya kini adalah kepala keluarga Wallace. Sekarang
saatnya bagi dia untuk melepaskan segala ikatan dengan Gereja dan
menghunuskan pedang untuk pertama kalinya. Dia telah merasa “cukup”
melihat orang-orang di sekitarnya (masyarakatnya) terpecah belah karena
ulah Inggris. Kekejaman yang berlangsung atas negaranya, kesedihan yang
teramat dalam bagi ibunya yang membuatnya terus mengurung diri, serta
kematian ayahnya di tangan orang Inggris bernama Fenwick akibat
keributan kecil di Irvine – semuanya dirasa sudah terlalu banyak
kesedihan yang dia harus terima- buat anak berumur 19 tahun bertubuh
raksasa ini.
Sepanjang hidupnya pada masa itu, tampaknya ia terlindung karena
statusnya sebagai pelajar di Gereja dan dirinya juga tidak menjadi ‘buah
bibir’ diantara teman-temannya, karena sebagian dari mereka juga
memiliki ayah dan saudara laki-laki yang telah siap menghunus pedang
untuk berperang, tentunya mereka juga siap membalas dendam. Sebagai
seorang Skotlandia tentunya ia lebih dari sekadar siap bersama
keluarganya untuk membela tanah air mereka. Apalagi jika mengingat bahwa
pelajaran pertama yang telah tertanam dalam dirinya adalah dasar-dasar
kebebasan dan hak-hak individu.
Tak heran jika waktu untuk William membalas dendam atas semua
kegetiran yang dialami oleh keluarganya tak akan lebih lama lagi.
Benteng Dundeee saat itu dibawah pengawasan Inggris dan dikuasai oleh
Brian Fitz-Alan of Bedale, dia menempatkan seorang pengawas bernama
Selby, ia terkenal sebagai veteran yang tangguh dan ‘haus’ darah,
terutama lagi darahnya orang Skotlandia. Selby memiliki seorang anak
laki-laki yang sedikit lebih tua dari William. Pada Bulan Desember 1921
yang dingin, Selby muda melihat William, yang bukan sengaja terlihat
dalam kerumunan sebagai orang yang pantas diajak berkelahi karena ukuran
tubuhnya, tetapi juga karena baju hijau ‘norak’nya yang dia kenakan.
Selby muda yang ditemani beberapa teman Inggrisnya, menarik William
dari kerumunan dan mulai mengomentari pakaian yang dikenakan William.
Katanya, “Hey, orang Skotlandia, berani-beraninya lo pake baju kayak
homo gini? Pantesnya, lo tuh pake mantel Irlandia, bawa peso Skotlan
diiket pinggang lo, terus pake sepatu jelek di kaki lo yang dekil itu”.
Sambil berkata begitu sebenarnya Selby muda tertarik pada belati yang
dibawa William di ikat pinggangnya. William merespon serangan itu dengan
cepat dan dramatis, ia menarik kerah Selby muda, kemudian menghunus
belati dan menancapkannya tepat di dada penyerangnya.
Teman-teman Selby muda tidak tinggal diam, mereka siap menyerang
William, namun karena orang-orang mulai mengerumuni tubuh Selby muda
yang telah menjadi mayat, membuat mereka kesulitan menghunus pedangnya
masing-masing. Ini memberi kesempatan pada William untuk menyerang balik
mereka dengan belatinya, ia membunuh atau melukai mereka dan segera
kabur dari tempat itu.
William lari ke rumah pamannya dan disambut seorang pelayan wanita,
William mengatakan padanya semua yang telah terjadi, kemudian pelayan
itu mengenakan mantel berwarna merah dan menyembunyikan William di pojok
ruangan yang dapat diputar (semacam ruangan rahasia). Sebentar kemudian
ketika sepasukan Inggris menggeledah rumah pamannya, mereka segera
meninggalkan rumah itu karena mereka hanya menemukan dua pelayan wanita
tua. Pekerjaan yang sia-sia. Siang itu diumumkan surat perintah
pencarian pembunuh Selby muda, jika warga kota itu tidak menyerahkan si
pembunuh maka seluruh kota akan di-bumi hangus-kan termasuk orang-orang
yang ada di dalamnya. Orang Inggris, emang kacau-kacau banget ya? Singit
semua! .
William berhasil sampai ke rumah ibunya, yang risau karena mendengar
berita tentang pencariannya. Semua orang saat itu juga pasti tahu bahwa
Williamlah yang dicari-cari oleh pihak Inggris karena tidak ada orang
lain lagi yang cocok dengan gambaran orang tersebut.
William dan ibunya segera meninggalkan Dunfermline, tetapi William
berkeras agar mereka kembali ke Elerslie tempat keluarga mereka berasal.
Setelah pelarian yang cerdik dan perjalanan yg cukup menyulitkan ke
Elerslie akhirnya mereka bertemu dengan Sir Ranald, kakek William. Sir
Ranald menginfotmasikan bahwa berita kematian anak Selby telah tersebar
luas dengan cepat, dan kepala William telah disayembarakan dan namanya
telah ditasbihkan sebagai penjahat! Sir Ranald menyatakan bahwa dirinya
tidak ingin mengalami kesulitan, ia dapat memberikan perlindungan pada
Margaret tetapi tidak pada William, maka ia menyarankan sebaiknya mereka
berpisah dan William tinggal bersama pamannya Sir Richard Wallace yang
berada di Riccarton. Tak berapa lama William sampai di Riccarton pada
bulan Pebruari 1292 dan tinggal disana sampai dengan bulan April.
Tampaknya Sir Richard Wallace inilah paman yang digambarkan dalam
film ‘Braveheart’. Paman ‘Argyle’ seperti yang kita ketahui di film,
digambarkan setengah buta, pandai dalam banyak bahasa, terlatih dengan
pedang dan secara umum digambarkan sebagai orang yang pandai dengan
kemauan yang kuat. Inilah tampaknya “paman Argyle” yang digambarkan
dalam film tersebut sebagai pamannya William. Dua pamannya telah
mengajarkannya berbagai kepandaian di Gereja dan bahasa, dan paman
dimana ia tinggal sekarang setelah insiden pembunuhan Selby muda, Sir
Richard Wallace, digambarkan buta, cacat dan lemah karena beberapa
pertempuran yang dialaminya dengan pihak Inggris.
Segalanya tampak tenang setelah itu dan William telah menemukan
seorang teman pada dirinya pamannya. Diceritakan pada satu hari ketika
William sedang memancing di Irvine, sepasukan serdadu Inggris
melewatinya. Lima orang serdadu terakhir tertarik dengan ikan tangkapan
William dan bermaksud untuk memilikinya. Ketika William mengatakan
bahwa ikan-ikan tersebut untuk seorang kesatria tua, serdadu-serdadu itu
mengatakan bahwa merea memiliki hak untuk menyuruhnya terus memancing
sampai mendapatkan ikan yang banyak. Semua tampak baik-baik saja sampai
William meminta agar ia dapat membawa setengah dari tangkapan dan itu
cukup ‘adil’ baginya, namun pemimpin dari 5 serdadu itu menjadi marah
dalam percakapan dengan pemuda Skotladia tersebut. Ia menghunus
pedangnya dan mengarahkannya pada dada William.
William menangkis serangan itu dengan pancingnya dan menyerang
serdadu itu dengan kakinya dan menjatuhkan pedangnya. William segera
memburu pedang itu untuk mempersenjatai dirinya, ia memenggal kepala
serdadu tersebut dengan hantaman pedang yang keras mengarah ke leher
kemudian menyerang serdadu yang lainnya yang ada dan mencoba membantu
rekannya yang terjatuh. William mulai terbakar amarahnya, ia mencekik
leher salah satunya, kemudian menyerang lengan mereka dengan kekuatan
yang hebat sehingga kedua pedang serdadu tersebut jatuh dari tangan
mereka. Setelah menghabisi dua serdadu lainnya, William segera
menghabisi serdadu yang tersisa dengan pedang mereka sendiri.
[You must be registered and logged in to see this link.]Sekembalinya pulang ke rumah
pamannya, ia menjelaskan apa yang terjadi mengatakan pada pamanya bahwa
ia harus segera meninggalkan rumah pamannya untuk menyelamatkan diri
dari kejaran kemarahan pasukan Inggris yang akan segera datang. Ia
segera mengumpulkan barang-barang miliknya, dan pergi menuju ke hutan di
utara seperti yang dilakukan oleh ayah dan kakaknya beberapa tahun yang
lalu.
Sementara itu, John Balliol akan segera dinobatkan dan perpecahan di
Skotlandia mulai membayangi. William saat itu telah dikenal sebagai
penjahat berdarah dingin. Dia seorang pelarian, penjahat dan orang yang
kepalanya dihargai sanagat tinggi. Keluarganya tercerai berai di
beberapa tempat di Skotlandia selatan, Ayahnya telah mati dan William
tidak memiliki banyak pilihan kecuali berperang atau mati, hukuman atas
segala perbuatannya adalah mati. Saat itu ia baru berumur 20 tahun.
——————————————————————————————
Untuk membandingkan antara film “Braveheart” dan riset James Mackay,
dimana sumber informasi mengenai kisah ini banyak didapat, kita dapat
mengatakan bahwa film itu menggambarkan William berubah dalam waktu yang
singkat dari seorang petani biasa yang kemudian berubah menjadi Satria
Pelindung Skotlandia.
Pertempuran Stirling Bridge, penghancuran di York, pertempuran di
Falkirk dan eksekusi mati William, semuanya memakan waktu 8 tahun
lamanya. Kita tahu bahwa ia ditangkap kemudian dieksekusi mati pada
tahun 1305, William saat itu berumur 33 tahun.
Kemenangan pertempuran di Stirling pada tahun 1927, dari sana ia
mulai menginvasi Inggris dan menghancurkan banyak kota dan
benteng-benteng penjagaan. Pada 1928 ia mengalami kekalahan dan
pengkhianatan di Falkirk tetapi ia sendiri tidak tertangkap sampai
dengan tahun 1305. Ini meninggalkan kita dua halaman luas yang harus
diisi. Pertama, waktu selama 7 tahun antara masa-masa ia dikhianati dan
saat ia dieksekusi mati (yang kita akan kita ketahui di halaman-halaman
akhir tulisan ini), dan juga masa di saat ia berumur 20 tahun dan
kemudian bangkit menjadi pemimpin dalam pertempuran di Stirling Bridge
yang saat itu mungkin usianya 25 tahun. Apa yang terjadi, dan apa yang
William lakukan selama masa 5 tahun sebelum peristiwa di Stirling?
Setelah William meninggalkan rumah pamannya menuju hutan di utara, Ia
menghabiskan waktunya disana selama 5 tahun dan mencari cara
membalaskan dendam keluarganya. Kita harus tahu bahwa pada masa itu di
abad ke -13, sangatlah umum untuk ‘main hakim’ sendiri, dan pembalasan
dendam, bahkan untuk hal sekecil seperti misalnya, pencurian ternak
dapat dikenai hukuman dalam bentuk apapun yang dirasa cocok oleh mereka
yang menjadi korban. Orang Inggris emang ‘rada’ gila aslinya, pantesan
penyakit sapi gila asalnya dari sono :p .
Kalo kita pernah baca cerita Robin Hood pasti kita tahu ada
‘kemiripan’ antara cerita William Wallace dengan cerita Legenda Inggris
tersebut. Pihak Inggris telah menetapkan William Wallace sebagai ‘orang
mati’ apabila dia berani menunjukkan batang hidungnya. Sedangkan
William sendiri jelas ia merasa tidak ada ruginya dengan hal itu, jika
ia menyerahkan diri dia pasti dipenggal atau diikat kemudian ditarik
dengan tali sampai mati. Tampaknya ia sendiri telah mnganggap dirinya
‘mati’, yang di masa-masa mendatang menggambarkan bagaimana sulitnya
menaklukkan perlawanan gerilyanya, dan dengan mudah menjadi senjata yang
mematikan. Jadi cukup mungkin jika William Wallace punya pemikiran
‘kalo dia harus mati paling nggak dia bisa ngajak banyak musuhnya untuk
ikut bareng dia’. Hebat!!!.
Dari huniannya di dalam hutan itulah, Ia mulai menyerang dan menjebak
apapun yang berbau Inggris secara brutal dan tanpa mpun. Tentu saja
semua itu tidak dilakukannya sendiri. Ia sebelumnya telah memikirkan
cara untuk memperoleh dukungan dan bantuan dari kerabat Wallace dari
Auchencruive, dan menemukan tempat perlindungan di dalam Hutan Leglen di
tepi Sungai Ayr, ini adalah salah satu tempat yang paling disenanginya
untuk bersembunyi, dan di tahun-tahun kemudian hutan itu sering
dikunjungi oleh penyair Robert Burns yang datang menyambangi mereka pada
setiap Minggu sore untuk menghormati teman-teman Skotlan-nya dan
orang-orang yang sangat ia kagumi.
Gambaran William dan kaum kerabatnya yang mengamuk di sekitar hutan
dataran rendah Skotlandia yang menyerang segala yang beratribut Inggris,
yang pada masa itu lebih dibenci oleh tiap-tiap daerah dan pada
kenyataanya bahkan di tiap-tiap kota, membuat William nampak seperti
semacam percampuran malaikat pembalas dendam yang marah dengan pembunuh
serial yang baik hati. Ia melakukan penyerangan sesuka hati dan tanpa
provokasi di banyak tempat yang berbeda di dataran rendah Skotlandia,
dari sinilah ia memperoleh reputasi sebagai prajurit besar dari
orang-orang Skotlandia dan menimbulkan ketakutan dan desas-desus sebagai
musuh nomer 1 pasukan Inggris. Tak seorangpun pernah mengetahui dimana
dan kapan dia akan melakukan penyerangan berikutnya. Selentingan tentang
‘Raksasa’ ini segera menyebar dan kemahirannya menggunakan senjata
tidak hanya belati dan pedang tetapi juga panah dan busur belakangan
semakin cepat tersiar.
Selama periode 3 tahun di masa penyerangan dan pengumpulan dukungan
lokal kepadanya, dan pertempuran mereka, William telah dengan mudah
mengumpulkan pemahaman dan pengetahuan tentang siapa yang musuh-musuhnya
itu dan bagaimana mereka mempersiapkan taktik dan rencana pertempuran
melawan taktik gerilyanya, sesuatu yang belum pernah dilakukan
sebelumnya. Sampai pada William Wallace, tak seorangpun yang pernah
menangani musuh sedemikian rupa -William menemukan bakat baru dalam
menyerang dan memukul kekuatan dan pasukan dalam jumlah yang lebih besar
dari jumlah pasukannya sendiri.
Bertempur dan bersembunyi dalam hutan seluas Selkirk yang besar,
pasti kita tidak dapat membayangkan bagaimana orang sebesar itu dapat
mudah bersembunyi di dalamnya. Tentu ini bukanlah suatu pemikiran yang
mudah untuk untuk mengatakan bahwa ia dapat dengan mudah menyembunyikan,
membungkukkan dirinya dan membuka jalan sampai ke pasar yang penuh
sesak untuk memperoleh persediaan dan mengumpulkan dukungan. Tetapi Ia
telah sukses melakukan itu semua sejak ia masih muda!
Satu kesaksian menceritakan bahwa ia tidak dapat menahan diri untuk
menerima tantangan dari orang Inggris yang tak sopan -yang memiliki
cukup reputasi dalam olah raga angkat besi. Untuk empat penny ia akan
membiarkan orang tersebut memukul punggungnya dengan tongkat keras yang
ia bawa. William menawarkan orang tersebut 3 kali seperti biasanya untuk
perlakuan khusus, dan sesudah itu ia memukul orang tersebut dengan
kekuatannya yang besar untuk mematahkan punggungnya. Seorang prajurit
lain datang mencoba untuk menundukkan William tetapi ia melumpuhkannya
dengan tongkat dan mematahkan leher yang lainnya, kemudian menghunus
pedangnya, menjatuhkan prajurit yang ketiga dan memotong sampai ketiak
baju besi prajurit keempat. Termasuk orang yang tak sopan itu. William
telah membunuh lima orang Inggris dalam kesempatan yang singkat namun
berdarah ini sebelum akhirnya ia melompat ke atas kuda terdekat dan
melarikan diri kembali ke Hutan Leglen tempat persembunyiannya.
Kesaksian yang lain membuat gambaran publik terhadap William menjadi
abadi. Dalam suatu percobaan untuk membantu seorang pemuda yang
tertangkap oleh pasukan Inggris, ia menyerang pasukan yang banyak namun
ia terlambat menyadari bahwa dirinya tersudut dan akhirnya dapat
dikalahkan. Ia dijatuhkan, diikat dan dimasukkan kedalam penjara. Pada
waktu itu ia hanya dianggap sebagai seorang penjahat biasa dan Si
Jangkung tak terlalu mempedulikannya dan hanya pasukan Inggris setempat
yang menginginkan kematiannya. Ia dilemparkan ke dalam penjara dan
dibiarkan untuk mati. Sipir diperintahkan untuk memberi makan dia hanya
dengan roti dan ikan haring busuk, setelah beberapa lama, mingu ke
minggu dan kelaparan mereka salah mengira bahwa William telah mati
setelah ia mengalami koma. Berita itu kemudian tersebar bahwa William
Wallace sudah mati dan tubuhnya dilemparkan ke atas tumpukan rabuk dan
dibiarkan membusuk.
Mendengar kabar kematiannya seoran kawan lama, yakni perawat
pertamanya, mendatangi penjara dan meminta agar dia dapat membawa
jenazah Wiiliam untuk kemudian menguburkannya secara layak. Tentu saja
dengan keadaan William yang telah mati dan luar biasa itu nampaknya
cukup aman bagi pihak keamanan yang sedang bersuka cita dengan
membiarkannya menguburkan William.
Dia mengambil tubuh William kembali ke rumahnya dan mulai
membersihkan dan merapikan tubuhnya untuk penguburan yang pantas
baginya. Namun, saat ia membersihkan tubuh William ia melihat
tanda-tanda kehidupan kemudian ia mulai menyuapkan makanan, bahkan
putrinya, yang memiliki bayi berumur duabelas minggu, menyusui William
muda dan bersama-sama mereka keduanya membawa William dari jurang
kematian. Adalah sesuatu yang luar biasa mememukan kasus koma seperti
ini yang masih menunjukkan tanda-tanda primitif, refleks alami.
Padawaktu itu Sir Thomas Rymour Ercildoune mendengar tentang berita
kematian William dan dengan segera mengirim seorang pelayan untuk
mengetahui apa yang telah terjadi. Ketika pelayannya kembali dengan
berita yang menyatakan William masih hidup dan telah menantang kematian
langsung di mana nampaknya ia telah benar-benar kembali dari kuburnya,
Sir Thomas Rymour, sebagaimana dikenal oleh kita yang mengenalnya
sebagai ‘Thomas the Rhymer (Thomas si Penyair)”, menyatakan:
For sooth, ere he decease (Untuk sooth, disini ia mati),
Shall many thousands in the field make end (Akan banyak ribuan di
lapangan yang berakhir).
From Scotland he shall forth the Southron send (Dari Skotlandia ia
akan menghadapi kiriman Southron),
And Scotland thrice he shall bring to peace (Dan Scotland tiga kali
akan dibawanya menuju damai).
So good of hand again shall ne’er be kenned.
Thomas Rhymer, telah meramalkan kematian Alexander III dan secara
luas ia dihormati di sepanjang hidupnya seperti dukun dan nabi. Sejak
William ditempatkan di dalam lingkaran mistis dan kebatinan yang sama
dengan Alexander III, tidak hanya pihak Inggris yang jauh di selatan
seperti London yang memasang telinga mereka, tetapi juga William dengan
sendirinya telah merasa bahwa ia adalah seseorang yang spesial apalagi
dengan –takdir yang telah diramalkan, apakah tak ada hal yang tak dapat
ia lakukan? Ia telah menantang kematian di hadapan wajahnya dan
memenangkannya. Dengan takdir di depannya, hal itu tak seberapa lama
sebelum kerabatnya dan dan temannya sesame orang Skotlandia
mengumpulkan dukungan baginya.
Saat itu juga adalah masa dimana masa ia merasakan bahwa perasaannya
pada gadis-gadis muda dapat membawanya pada kesulitan besar.
Bermain-main cinta dengan gadis-gadis muda telah membuktikannya menjadi
sebuah pemainan yang mengakibatkannya banyak orang kabur dari
pertempuran dan seringkali menempatkan dirinya dalam posisi kompromi
yang mengakibatkan dirinya hampir sering ditangkap- lagi. Dasar playboy
cap topi miring… Geblek!
[You must be registered and logged in to see this link.]Sampai akhirnya ia berjumpa dengan
Marion Braidfute, gadis berumur delapan belas tahun, ahli waris dan
putri dari Hugh Braidfute of Lamington dimana hatnya tertembus oleh
panah cinta. William dan Marion tidak pernah menikah sama halnya seperti
William percaya peperangan dan cinta tidak dapat dicampur, namun
begitu, ia sering menemui Marion secara diam-diam di rumahnya. Pada saat
itulah Marion melahirkan putri William. Banyak sejarawan akan
menyangkal bahwa tak ada bukti apapun yang menyatakan bahwa William
memiliki keturunan, dan jika ia memang telah menikahinya maka pastinya
telah banyak buku sejarah yang merekam peristiwa itu. Marion dibunuh
tidak lama sesudah kelahiran bayinya dan ini yang makin mendorong
William ke dalam tindakan yang lebih jauh.
Selama waktu itu juga ia bergabung dengan kawan lamanya Thomas
Halliday dan Edward Little yang yang lebih dari senang melihat William,
menurut kabar angin, tidak mati. Kawan lama lainnya yang bergabung dalam
kelompok itu adalah John Blair, Jika kita mengacu pada bagian
sebelumnya mengenai pendidikan William, kita akan mengingat bahwa John
Blair adalah biarawan ordo Benedictine yang meninggalkan biaranya untuk
bergabung dengan William. Ia menghabiskan sisa waktunya dengan William
dan mencatat tiap aksi yang mereka buat.
Jadi coba kita ikhtisarkan secara cepat. Kita memiliki cerita
penjelajahan sekelompok pria yang membuat serangan mendadak pada pasukan
dan garnisun Inggris. William, pemimpin, Marion sang nyonya dan,
sekaligus, sekitar 15 orang skotlandia, salah satu dari mereka bernama
Little (Edward Little), dan ditambah satu persamaan yaitu biarawan ordo
Benedictine
Kembali Ke Atas Go down
 
Kisah William Wallace
Kembali Ke Atas 
Halaman 1 dari 1
 Similar topics
-
» Kisah-kisah Artis Porno Terkenal di Dunia
» Kisah Yakuza
» Kisah ZOMBIE
» Kisah baalbeck
» Kisah tabut perjanjian

Permissions in this forum:Anda tidak dapat menjawab topik
FUN STATION Forum Friendship & Brotherhood :: Story,& History,Misteri , Figure, Fenomena :: Fakta & Sejarah (Non Fiksi Only)-
Navigasi: