FUN STATION Forum Friendship & Brotherhood
Spiritualitas “Ora Et Labora” Para Pembawa Damai di Indonesia (Refleksi: I Petrus 2:11-17) By andiosville Utf-8BaGVsbG8tMDAxLmpwZwJoin us bro & sis di FS Forum Brotherhood untuk Fun,Friendship,Chat,Ask,Share Tips,Tricks,Trouble,Problem,Solusi Mengenai semua hal Anything/Everything untuk kamu2 semua...Welcome bro...Please Joint Us at This Forum Brotherhood Community...
FUN STATION Forum Friendship & Brotherhood
Spiritualitas “Ora Et Labora” Para Pembawa Damai di Indonesia (Refleksi: I Petrus 2:11-17) By andiosville Utf-8BaGVsbG8tMDAxLmpwZwJoin us bro & sis di FS Forum Brotherhood untuk Fun,Friendship,Chat,Ask,Share Tips,Tricks,Trouble,Problem,Solusi Mengenai semua hal Anything/Everything untuk kamu2 semua...Welcome bro...Please Joint Us at This Forum Brotherhood Community...
FUN STATION Forum Friendship & Brotherhood
Would you like to react to this message? Create an account in a few clicks or log in to continue.
FUN STATION Forum Friendship & Brotherhood

FS Forum Net Brotherhood,Share,Ask,Tips,Trick,Solution,Lifestyle,Health,Bussines,Gadget,Phone,Otomotif,Sport,Friendship,Networking,Fun,Friendship,Chat, Sport,Jokes,Ask,Internet,Repair,Assesories,Spare parts,Trade,
 
IndeksFunStation PortPencarianLatest imagesPendaftaranLogin
untuk semua Sobat.Kami Mengundang Para Tamu, sekiranya berkenan para Sobat mari bergabung menjadi bagian dari FS Forum Brotherhood ---- Mari kita saling Ask & Share Solusi dan menambah Wawasan kita2 semua Thanks Alot Salam kenal - Admin FS Forum

 

 Spiritualitas “Ora Et Labora” Para Pembawa Damai di Indonesia (Refleksi: I Petrus 2:11-17) By andiosville

Go down 
PengirimMessage
Admin
Admin
Admin
Admin


Jumlah posting : 2379
Score : 6688
Reputasi : 31
Join date : 15.06.11
Age : 45
Lokasi : DKI Jakarta

Karakter
Table: 2

Spiritualitas “Ora Et Labora” Para Pembawa Damai di Indonesia (Refleksi: I Petrus 2:11-17) By andiosville Empty
PostSubyek: Spiritualitas “Ora Et Labora” Para Pembawa Damai di Indonesia (Refleksi: I Petrus 2:11-17) By andiosville   Spiritualitas “Ora Et Labora” Para Pembawa Damai di Indonesia (Refleksi: I Petrus 2:11-17) By andiosville Icon_minitimeSun 25 Dec - 1:58:07

Spiritualitas “Ora Et Labora” Para Pembawa Damai di Indonesia (Refleksi: I Petrus 2:11-17) By andiosville Jesus-hands1
Ketika menuliskan artikel ini, terus terang hati saya sedang galau ketika mendengar bahwa pada hari Minggu 11 September, di Ambon terjadi gejolak lagi. Pertikaian antar dua kelompok dengan simbol-simbol “agama, suku” dipertontonkan akibat kematian seorang tukang ojek. Secara akal sehat, saya sudah memprediksi bahwa kemungkinan besar ini adalah sebuah “rekayasa” konflik yang kembali berusaha dimunculkan. Demi tujuan tertentu, ada sekelompok orang yang bermain di atas air keruh, demi melancarkan “kepentingan-kepentingan” mereka, untuk menghapus berita-berita seputar korupsi dari Nazarudin, Pejabat Menakertrans dll (barangkali.com).

Dalam konteks global, mata seluruh dunia baru saja tertuju pada peringatan dasawarsa Tragedi 9 September di New York, yang telah merubah tatanan dunia baru, dengan munculnya slogan “war against terrorism”. Negara AS berduka dengan kematian 3000 lebih dalam waktu sekejap. Tidak lama kemudian, peristiwa itu seolah, melegitimasi serangan AS bertubi-tubi ke Afganistan dan Irak, semua dengan slogan, melawan terorisme. Ada satu pertanyaan yang seringkali muncul di dalam menyikapi realita seperti ini, “apa yang bisa kita lakukan?”

Doa: Jalan Menuju Kedamaian Sejati dan Sikap Positif

Dalam perenungan akan segala kerumitan problema negeri ini, saya diingatkan dengan sebuah falsafah “ora et labora”. Bahwa semua perjuangan demi apapun harus dimulai dengan berdoa dan bekerja. Benar, doa adalah sebuah proses pemendappan segala kekalutan, kecemasan, kepanikan, kebimbangan, dan semua kegelisahan-kegelisahan yang ada baik di dalam pikiran, maupun batin kita. Doa mampu menghantar kita untuk bersikap dengan tenang, berpikir jernih dan bertindak wajar. Doa akan membawa dampak baik relasi kita dengan Tuhan maupun sesama. Dan terlepas dari doa-doa kita, tentu ada sebuah upaya yang harus kita lakukan.

Ada sebuah kisah menarik yang ditemukan dari Kisah Para Rohaniwan Padang Gurun, “Ada tiga orang bersahabat yang ingin mendapatkan pekerjaan. Salah seorang dari mereka memilih memberikan diri sebagai pembawa damai di antara orang-orang yang sedang bertengkar, sebagaimana tertulis ‘berbahagialah orang yang membawa damai.’ Orang kedua memilih mengunjungi orang-orang sakit. Dan yang ketiga pergi dan menyepi di padang gurun. Orang pertama tidak dapat melerai orang yang sedang bertengkar. Maka, ia pergi kepada orang yang sedang merawat orang sakit itu dan mendapati bahwa orang itu juga sedang lesu karena setelah berjalan jauh ia tidak dapat menunaikan tugasnya dengan baik. Mereka berdua bersepakat untuk pergi mencari temannya yang sedang menyepi di padang gurun. Mereka menceritakan kesulitan mereka masing-masing dan meminta kepadanya supaya menceritakan apa saja yang telah ia buat. Dia terdiam sejenak, lalu menuang air ke dalam mangkok dan berkata, ‘lihatlah air ini. Tidak tenang bukan?’ Sesaat kemudian ia menyuruh mereka melihat air itu sekali lagi dan melihat bagaimana air itu mereda. Ketika sedang melihatnya, mereka melihat wajah mereka seperti di dalam cermin. Maka itu, ia berkata kepada mereka, ‘dalam cara yang sama, seseorang yang hidup bersama-sama dengan orang lain tidak bisa melihat dosanya sendiri karena adanya gangguan-gangguan, tetapi jika ia hidup tenang, khususnya di padang gurun seperti ini, ia bisa melihat kekurangan-kekurangannya (Benedicta Ward, The Wisdom of the Desert Fathers).

Henri Nouwen mengatakan bahwa cerita ini meninggalkan sedikit keraguan bahwa ketenangan hati bukanlah jalan untuk mendapatkan “rasa aman”, sementara dunia terkoyak-koyak oleh kekerasan dan perang, tetapi merupakan jalan yang menunjukkan bahwa kita sebenarnya adalah bagian dari masalah dunia. Doa membimbing kita ke dalam kedamaian batiniah dan kedamaian batiniah membimbing kita ke pengakuan dosa, dosa yang menciptakan perang. Membawa damai ke tengah-tengah manusia dan mengunjungi orang-orang sakit itu penting, tetapi jika melakukannya tanpa dilandasi dengan pertobatan tak akan berguna. Jika kita mengetahui dosa-dosa kita sendiri di dalam cermin yang tenang dan mengakui bahwa kita juga pencipta-pencipta perang, kita harus siap berjalan dengan penuh kerendahan hati di jalan menuju hidup damai (Henri Nouwen, The Road to Peace, Karya untuk Perdamaian dan Keadilan, hlm.81-82).

Saya percaya sikap inilah yang pertama-tama harus kita miliki, di dalam perjuangan kita untuk melihat perubahan-perubahan yang lebih baik terjadi di Indonesia. Kita harus senantiasa berdoa, dan percaya bahwa kita adalah orang-orang yang dipanggil untuk mempercayai kedaulatan Tuhan atas segala situasi apapun yang terjadi di negeri ini. Doa tidak berarti meniadakan keterlibatan kita secara aktif dan praktis, namun justru memampukan kita untuk senantiasa bersikap positif dalam segala keadaan (Band. I Tesalonika 5:17-18). Dalam hal ini saya setuju dengan pandangan Alm. T.B. Simatupang, seorang murid Kristus yang memahami imannya secara utuh yang pernah memaparkan suatu paradigma Positif, Kritis, Kreatif dan Realistis di dalam memandang realita kehidupan bergereja, berbangsa dan bernegara.

Sosok Kristus, adalah salah satu teladan kita di dalam perjuanganNya melaksanakan mandat Bapa di dalam revolusiNya di Kalvary. Yesus senantiasa berdoa, mengambil waktu teduh bersama dengan Bapa (band. Markus 1:35-39), sebelum memulai semua karya perjuanganNya bagi kaum papa, yang tersisih, kaum terabaikan, dan orang-orang yang sakit, tertindas dan terbuang. Yesus senantiasa memulai hari-harinya dengan doa kepada Allah, untuk memohon kuasa, kekuatan, dan penyerahan total segala kehendak dan kegelisahan kemanusiaanNya kepada kedaulatan dan kehendak Sang Bapa. Kalau kita sudah berdoa, bagaimana selanjutnya?



Menjadi Komunitas yang Takut kepada Allah, Menghargai Pemerintah dan Melakukan Kebaikan di Tengah-tengah Masyarakat

Dalam refleksi saya atas kebenaran Firman Tuhan di dalam Petrus 2:11-17 dan Roma 13:1-7, saya menemukan ada beberapa frase tentang “perbuatan baik” di tengah-tengah masyarakat dimana kita tinggal. I Petrus 2:12 mengatakan, “milikilah cara hidup yang baik di tengah-tengah bangsa bukan Yahudi, supaya apabila mereka memfitnah kamu sebagai orang durjana, mereka dapat melihatnya dari perbuatan-perbuatanmu yang baik pada hari Ia melawat mereka.” Ayat 15, “Sebab inilah kehendak Allah, yaitu supaya dengan berbuat baik kamu membungkemkan kepicikan orang-orang yang bodoh.”

Berbuat baik atau good deeds yang dimaksud disini, bukanlah perbuatan baik yang kita upayakan dengan kekuatan dari diri kita, namun sebuah panggilan Ilahi karena status kehidupan baru dan perubahan hidup yang telah dikerjakan oleh Kristus di Kalvary, dan ini adalah semata-mata karya Roh Kudus (Band. Galatia 5:22-24). I Petrus 2:9-10, “Tetapi kamulah bangsa yang terpilih, imamat yang rajani, bangsa yang kudus, umat kepunyaan Allah sendiri, supaya kamu memberitakan perbuatan-perbuatan yang besar dari Dia, yang telah memanggil kamu keluar dari kegelapan kepada terangNya yang ajaib”.

Oleh sebab itu, perbuatan baik kita sebagai komunitas orang-orang yang telah diperbaharui oleh Kristus, adalah perbuatan baik yang muncul dari dalam keluar (inside out). Ini hanya dapat terjadi ketika kita benar-benar telah mengijinkan Kristus memerintah hidup kita secara total. Disinilah nilai-nilai kebaikan yang sejati akan muncul, sebagai karya Roh Kudus di dalam hidup kita. Nilai-nilai kebaikan inilah yang seharusnya mengejawantah di dalam kehidupan kita secara pribadi, maupun secara komunal. Nilai-nilai “Christ’ values/Christian Values” ini harus keluar secara alamiah, memancar, baik dalam wujud kesaksian hidup pribadi, di dalam keluarga, maupun di tengah-tengah masyarakat bahkan bangsa. Nilai-nilai kebaikan Kristus, harus terwujud dalam kehidupan karier, bisnis, maupun setiap perjumpaan kita dengan semua kalangan, baik kolega bisnis kita yang belum mengenal Kristus, tetangga yang berbeda keyakinan dengan kita, para pejabat yang masih melihat dan mencari peluang untuk memperkaya diri melalui jabatannya, hingga Pengurus RT/RW yang masih mencari kekuasaan di tengah-tengah masa pensiun mereka.

Sementara dunia di sekeliling kita sedang berlomba-lomba untuk memperkaya diri dengan korupsi, mari kita memberi teladan dengan menjalankan profesi dan bisnis kita dengan nilai-nilai kebaikan Kristus. Di tengah-tengah banyaknya tipu daya kejahatan, kekerasan, konspirasi yang berupaya memecah-belah persatuan dan kedamaian negeri ini, mari kita terus berdoa dan tetap menjalankan gaya hidup yang takut akan Tuhan, menghormati pemerintah dan berbuat baik kepada sesama seluas-luasnya.

Ada sebuah kisah kesaksian pribadi yang ditulis oleh Sumanto Al Qurtuby, yang ditulisnya dalam sebuah buku berjudul Among the Believers (Kisah Hidup Seorang Muslim Bersama Komunitas Mennonite Amerika) yang menarik untuk kita perhatikan. Sumanto yang adalah Tokoh Cendekiawan NU telah mengalami hidup bersama komunitas Mennonite selama masa studinya. Dalam salah satu kisahnya ia mengutip demikian, “saya kira Profesor Gopin benar. Spirit dan filosofi nirkekerasan yang dilakukan Mennonite dibentuk oleh, dan produk dari, berbagai faktor: 1) respon spiritual atas pluralitas lingkungan sekitar, 2) pembacaan atas tradisi biblikal terutama mengenai sepak terjang Yesus yang antikekerasan dan penuh cinta kasih kepada umat manusia, serta 3) pengalaman sejarah kelompok agama ini yang penuh penderitaan sejak dari Eropa sampai Amerika (Sumanto Al Qurtuby, Among the Believers, Elsa, 2002, hlm. 9). Saya percaya, ketika kita benar-benar menjalankan kehidupan kita sebagai umat pilihan Allah yang telah dibebaskan dari dosa, dimerdekakan dari kegelapan dunia, kita akan dimampukan untuk menjadi komunitas umat Allah yang senantiasa takut kepada Allah, menghormati pemerintah dan berbuat baik bagi sesama. Inilah spritualitas “ora et labora”, atau barangkali spiritualitas Mennonite yang perlu kita perjuangkan, berdoa dan berupaya semaksimal mungkin untuk berjuang sebagai para pembawa damai di Indonesia: memiliki gaya hidup yang baik, mempraktekkan kasih, kebenaran, keadilan, dan perdamaian di tengah-tengah kehidupan sehari-hari kita. Salam perdamaian!

“Percayalah kepada Tuhan dan lakukanlah yang baik, diamlah di negeri dan berlakulah setia, dan bergembiralah karena Tuhan, maka Ia akan memberikan kepadamu apa yang diinginkan hatimu. Serahkanlah hidupmu kepada Tuhan dan percayalah kepadaNya, dan Ia akan bertindak: Ia akan memunculkan kebenaranmu seperti terang, dan hakmu seperti siang. Berdiam dirilah di hadapan Tuhan dan nantikanlah Dia, jangan marah karena orang yang berhasil dalam hidupnya, karena orang yang melakukan tipu daya. Berhentilah marah dan tinggalkan panas hati itu, jangan marah, itu hanya akan membawa kepada kejahatan. Sebab orang-orang yang berbuat jahat akan dilenyapkan, tetapi orang-orang yang menanti-nantikan Tuhan akan mewarisi negeri” (Mazmur 37:3-9).

Christopher Andios
Kembali Ke Atas Go down
https://funstation.indonesianforum.net
 
Spiritualitas “Ora Et Labora” Para Pembawa Damai di Indonesia (Refleksi: I Petrus 2:11-17) By andiosville
Kembali Ke Atas 
Halaman 1 dari 1
 Similar topics
-
» 50 Fakta Tentang Keistimewaan Indonesia Di Mata Internasional, Membuat Kita Bangga Sebagai Menjadi Warga Negara Indonesia
» Mereka yang Lolos dari PETRUS
» Mengungkap Misteri PETRUS (Penembak Misterius)
» 10 sikap hidup agar tetap bahagia, damai, tentram.
» Puisi tentang Damai di hati dari Khalil Gibran

Permissions in this forum:Anda tidak dapat menjawab topik
FUN STATION Forum Friendship & Brotherhood :: News & Social (LifeStyle,Healt,Hobbies,Kuliner etc)-
Navigasi: